Laman

Kamis, 31 Maret 2011

Pesan Terakhir Rasulallah saw Di Ghaidir Khum



Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala Puji bagi Allah yang tinggi dalam keesaan­-Nya, dekat dalam ketunggalan-Nya, perkasa dalam kekuatan-Nya, agung dalam keberadaan pembantu­-pembantu utama-Nya, Maha Tahu akan segala sesuatu, sementara Dia tetap ditempat-Nya; rnenundukkan seluruh makhluk dengan kekuasaan­Nya dan (kekuatan) bukti-bukti-Nya.

Hadis Al-Ghadir


Hadis Al-Ghadir adalah hadis yang disampaikan oleh Rasulullah saw di Ghadir Khum, suatu tempat antara Mekkah dan Madinah, sesudah haji wada’. Hadis ini disampaikan di depan kurang lebih 150.000 sahabat, di bawah terik matahari yang sangat panas, sambil memegang tangan Imam Ali bin Abi Thalib (sa). Hadis Al-Ghadir adalah hadis yang paling mutawatir dari semua hadis, tidak ada satupun hadis Nabi saw yang melebihi kemutawatiran hadis Al-Ghadir. Karena tidak satu pun hadis Nabi saw yang lain yang disaksikan dan didengarkan oleh puluhan ribu sahabat.

Nabi Muhammad saw Dalam Agama Lain

Ada anggapan di sebagian non-Muslim bahwa Muhammad saw hanyalah seorang nabi yang diutus untuk bangsa Arab saja. Sebagaimana Yesus (Isa as) yang diutus untuk Bani Israil, maka demikian juga Nabi Muhammad diutus hanya untuk bangsa Arab. Pendapat lainnya menilai bahwa Muhammad bukanlah seorang nabi melainkan orang yang melangkah di jalan kenabian. Pandangan ini diyakini oleh Timothy dari Gereja Nestorian, seperti yang diungkapkan Alwi Shahab dalam pengantar buku Muhammad & Isa (Mizan: 1999). Timothy menyebutnya sebagai seorang yang berjalan di tapak para nabi—walau tidak secara khusus mengakui Muhammad saw sebagai nabi.


Zainab Al-Qubra As

Sayyidah Zainab al-Kubro tumbuh dan berkembang di rumah tempat para malaikat berlalu lalang. Di rumah tempat nama-nama suci Allah selalu dikumandangkan, yang para penghuninya merupakan pengejawantahan segala kesempurnaan; kezuhudan, keberanian, kedermawanan, ahklak mulia, penghambaan, keadilan dan segala sifat sempurna lainnya. Kakeknya Rasulullah saw. yang merupakan manusia tersempurna di alam semesta dan penghulu para nabi cukup memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan kepribadian beliau. Nabi Muhammad saw. senantiasa memperhatikan para putra dan putri Sayyidah Fathimah Zahro as dengan sepenuhnya serta mengasihi mereka

Bada' Dalam Pandangan Syi'ah

Dalam ideologi Syi'ah, bada' menempati posisi yang urgen sehingga hampir semua buku teologi atau filsafat Islam kuno memuat pembahasan ini secara terperinci atau global. Para ulama mencoba untuk meneruskan jejak Al-Qur'an dan sunah dalam sosialisasi persoalan tersebut. Allamah Tehrani meriwayatkan sekitar dua puluh lima karangan khusus tentang bada' yang ditulis oleh ulama Syi'ah terdahulu[1].


Dzakhâ’ir al-‘Uqbâ fî Manâqib Dzawî al-Qurbâ


Pendahuluan oleh Muhaqqiq buku ini

Bismillâhirrahmânirrahîm

Sudah sejak lama terlintas dalam benakku keinginan untuk menulis sebuah risalah (buku kecil) yang ringkas, yang didalamnya aku hendak memberikan pengenalan tentang Ahlulbait --'alaihimussalâm-- dan peran yang mereka jalankan dalam kancah kehidupan sejarah Islam. Saya percaya sepenuhnya bahwa umat Islam dengan semua ragam madzhab dan alirannya, sepakat dalam hal keicntaan pada Ahlulbait --'alaihimusalâm--  selaku pribadi-pribadi yang telah Allah hilangkan dari diri mereka cacat dan noda serta Allah sucikan mereka sesuci-sucinya. Mengingat mereka (Ahlulbait --'alaihimusalâm--) telah memberikan suatu cakrawala pemikiran yang tertata dan kepemanduan agama yang murni dan penuh keikhlasan, maka masing-masing dari alasan itu menjadi pendorong bagi saya untuk melahirkan tulisan kecil ini, yang tentunya, dengan banyak menyerap dari cahaya ajaran suci mereka, akhlak luhur mereka, dan pengetahuan  mereka yang tak tertandingi, serta perhatian mereka yang begitu besar pada nilai-nilai kemanusiaan. Diantaranya  adalah bagaimana mereka mengajar dan mendidik umat Islam tentang akhlak-akhlak mulia dalam berinteraksi antar sesama manusia dalam berdiskusi, berkomukisasi dan saling mau mengerti satu sama lainnya, agar dengan demikian dapat meringankan dampak menyakitkan dari sengketa dan polemik kesejarahan beserta luka parah yang ditimbulkannya berupa perpecahan dan perselisihan, juga berbagai bentuk kebencian antara yang satu dengan lainnya.



Al Ustd Sayyid Hasyim Al-Habsyi


DALIL – DALIL  SYI’AH
UNTUK  MEMPERKUAT  HUJJAH
DALAM  MENJALANKAN
AQIDAH  MEREKA

KONSEP AL-WILÂYAH DAN AL-QURAN


(Oleh : Ust. Abdullah Assegaf)

            Penafsiran dan pengenalan terhadap dunia dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan melihat tabiatnya. Kedua, dengan melihat segala yang ada di balik tabiat. Sedangkan, tabir yang menutupi serta menjadikan kebutaan dalam penafsiran juga terbagi dua. Yakni, tabir kegelapan, yang menutupi dalam mengenali suatu sifat dan daerah tertentu, serta tabir cahaya, yang menutupi dari segala makna hakikat.

Sayyidah Khadijah Al Kubra As











 









































Introduction

Khadija, the first wife of Muhammed Mustafa, the Messenger of Allah, (may Allah bless him and his Ahlel-Bayt), and the first Believer, evokes a most extraordinary personality. She played a stellar role in the history of nascent Islam. She was, with Abu Talib, one of the two greatest benefactors of Islam and the Muslims. At a time when Islam was under unremitting predation pressure; and was, for three years, in a state of unrelenting siege, she bailed it out, by her incredible sacrifices. Her constancy, her tenacity, her vision, and her indomitable faith in Allah, and in the mission of Muhammed Mustafa - His Last and the Greatest Messenger - were the sine qua non as the underpinnings of Islam during the first ten years of its existence.



2 Dari Yang 1


(Oleh : Ust. Abdullah Assegaf)


Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (al-Anbiyâ: 107)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”  (al-Baqarah: 30)

Segala puji bagi Allah atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya dan telah menempatkan cinta di hati kita semua, sehingga kita dapat merasakan sebuah kegembiraan di saat Rasulullah saww bergembira. Salah satu kegembiraan besar Rasulullah saww adalah kelahiran puteri beliau, Fathimah al-Zahra, yang jatuh pada tanggal 20 Jumadil Akhir ini.

Sakit dan Wafat Sayyidah Fathimah Az Zahra as


(Oleh: Abbas Azizi)



Meminta Usungan Mayat

Dalam kitab al-Isti'ab, dengan sanadnya, dinukilkan bahwa Fathimah binti Rasulullah saww berkata kepada Asma' bin Umays, "Aku memandang buruk apa yang dilakukan terhadap kaum perempuan. Dipakaikan pakaian kepada perempuan, lalu orang lain melihatnya."
Asma' berkata, "Wahai putri Rasulullah, maukah kutunjukkan sesuatu yang pernah kulihat di Habsyah (Etiophia)?"

Kisah Teladan Fathimah Az Zahra as


Kisah Teladan

Padang pasir tandus nan gersang tak pernah menjanjikan kesejukan dan kedamaian bagi para pelintasnya, angin panas yang menghembus dari sela-sela bukit gersang nan terjal di siang hari itu membuat suasana makin tidak menentu, panasnya sang surya kian membuat suasana semakin mencekam, derap kaki unta yang ditungganginya nampak semakin lama semakin tertatih-tatih. Jemunya perjalanan dalam kesendirian membuat suasana semakin membosankan. Di ketinggian nampak burung-burung Nasar melayang-layang dan berteriak-teriak mengisi keheningan suasana lautan padang pasir yang luas dan tak berujung itu. Dia tetap melakukan perjalanannya itu mengarungi "Sahara" dalam kesendirian demi menuai harapan Keridhoan Ilahi. Dialah Abdullah bin Mubarak yang kala itu sedang menempuh perjalanan dan ingin menunaikan Ibadah Hajji dan berziarah ke Maqam Nabi Muhamad saw.

Karamah Sayyidah Fathimah Az Zahrah as


(Oleh: Abbas Azizi)



Karamah Sayyidah Fathimah atas Ummu Aiman
           
            Tatkala Sayyidah Fathimah al-Zahra wafat, Ummu Aiman bersumpah untuk tidak tinggal di Madinah. Sebab, dia tak tahan menyaksikan tempat kosong Sayyidah Fathimah. Karenanya, dia pergi menuju Mekah. Di tengah jalan, dia mengalami kehausan yang tak tertahankan. Kemudian, dia mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berkata, "Ya Allah! Aku pelayan Sayyidah Fathimah. Selamatkan daku dari haus yang mencekik ini!"

Kezuhudan Sayyidah Fathimah Az Zahra as


Kezuhudan Sayyidah Fatimah as
(Oleh: Alam Firdaus)

Rasulullah saww pernah bersabda kepada Sayyidah Fatimah as, "Putriku! Ayahmu dan suamimu bukanlah orang yang miskin. Allah SWT telah memberikan kepadaku semua tanah yang mengandung emas dan perak, tetapi aku memilih sesuatu yang abadi disisi Allah swt. Putriku! Aku berkata seperti ini supaya kamu tahu bahwa ayahmu mengetahui hakekat dunia . Ketahuilah bahwa kamu juga akan berpaling dari dunia".

Kelahiran Sayyidah Fathimah Az Zahra as


KELAHIRAN SAYYIDAH FATHIMAH AZ ZAHRA AS

Termaktub dalam sebuah kitab seorang Alim besar “ AL MAJLISI “ Hyatul qutub, meriwatkan penulis buku “ AL ‘ADAD “ yang mengtakan bahwa : pada hari jum’at tanggal 20 jumadil akhir, bertempat dikota suci Mekkah, telah lahir bayi perempuan yang suci dan disucikan dan akan melahirkan pula Imam – Imam Ma’sum Ass yang bernama Fathimah Az Zahra As.


Biografi Imam 'Ali Bin Abi Thalib as


Amirul Mukminin Ali a.s. adalah anak keempat Abu Thalib. Ia dilahirkan di Makkah pada hari Jumat tanggal 13 Rajab tepatnya di dalam Ka'bah. Kelahirannya terjadi sekitar tiga puluh tahun sebelum peristiwa tahun Gajah dan dua puluh tiga tahun sebelum periode hijrah. Ibunya adalah seorang wanita luhur yang berjiwa mulia bernama Fathimah binti Asad bin Hisyam bin Abdi Manaf. Ia tinggal di rumah ayahnya hingga berusia enam tahun.

Rangkuman Riwayat Kebenaran 12 Imam Ahlilbait as



1). Perumpamaan ahlilbaitku seperti perahu nuh, yang menaikinya selamat dan yang meninggalkannya tenggelam. (Al-Hakim, al-Mustadrak, ii, hlm. 343. Al-Dhahabi, al-Talkhis, ii, 345. al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi‘ al-Mawaddah , i, hlm. 27. al-Tabrani, al-Ausat, hlm. 216.

2). Al-Bukhari, Sahih, viii, hlm. 384-385. ‘‘Sesungguhnya mereka (para sahabat) telah menjadi murtad selepasmu (irtaddu ba‘da-ka). Hanya sedikit daripada mereka yang terselamat seperti unta yang tersesat daripada pengembalanya”. Ia sejajar dengan firman-Nya Surah al-Saba’ (34):13 ‘‘Dan sedikit sekali daripada hamba-hamba-Ku yang bersyukur”.