Laman

Selasa, 31 Januari 2012

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 153-157

Ayat ke 153


Artinya:‎
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, ‎sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.‎


Di sepanjang hidup, manusia sering kali menghadapi berbagai kesulitan. Jika ‎ia tidak memiliki kekuatan yang diperlukan untuk menghadapinya, maka ia akan ‎terpaksa mengalami kekalahan. Akan tetapi, seorang manusia Mukmin, dalam ‎menghadapi kesulitan-kesulitan ini, bersandar kepada dua hal. Yang pertama ‎kesabaran dan istiqamah, dan yang kedua adalah shalat dan hubungan dengan Allah.

Kamis, 19 Januari 2012

Wahabi Juga Ternyata Selalu Melakukan Haul Dibalik Fatwa sesat Mereka Tentang Haul Itu Sendiri



DI BALIK PEMUJAAN WAHABI



Gedung Persembahan Wahabi Untuk UtsaiminIslam sama sekali tak bisa dilepaskan dari sosok Baginda Nabi SAW. Beliau adalah insan yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk memberikan pencerahan kepada umat manusia dengan agama yang sempurna ini. Tiada sosok yang patut diagungkan di muka bumi melebihi Baginda Nabi SAW. Segenap keindahan fisik dan budi pekerti terdapat dalam figur Baginda Rasulullah SAW. Mencintai Baginda Nabi SAW adalah bagian dari mencintai Allah SWT. Beliau bersaba:

مَنْ أَحَبَّنِي فَقَدْ أَحَبَّ اللهَ وَمَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطاَعَ اللهَ

“Barangsiapa mencintaiku, maka ia benar-benar telah mencintai Allah SWT. Barangsiapa menaatiku, maka ia benar-benar telah taat kepada Allah SWT.”

Selasa, 17 Januari 2012

Abdullah ibn Saba': Fitnah Kubra Terhadap Syi'ah


Abu Ashbal

(Terjemahan dari Jurnal Al-Tawhid, Vol.IV, No.4, 1407H, hlm.158-160)

Tuduhan bahawa madzhab syiah adalah ajaran daripada si Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba' telah lama diketengahkan kepada masyarakat Islam dan semacam sudah sebati dengan masyarakat bahawa syiah adalah ajaran Yahudi Abdullah ibn Saba' yang berpura-pura memeluk Islam tetapi bertujuan untuk menghancurkan pegangan aqidah umat Islam.
Beliau dikatakan mempunyai madzhab Saba'iyyah mengemukakan teori Ali adalah wasi Muhammad SAWA. Abdullah ibn Saba' juga dikenali dengan nama Ibn al-Sawda' atau ibn 'Amat al-Sawda'- anak kepada wanita kulit hitam. Pada hakikatnya cerita Abdullah ibn Saba' adalah satu dongengan semata-mata.

Senin, 16 Januari 2012

Ulama Sunni Syaikh Sulayman Al-Qunduzi Al-Balkhi Al-Hanafi dan Nama 12 Imam Yang Disebutkan Oleh Rasulullah (saww)


BAGIAN I

Selama ini banyak kalangan yang tidak mengetahui siapa sebenarnya Syaikh Sulaiman Al-Qunduzi Al-Balkhi Al-Hanafi, yang merupakan salah satu Ulama Sunni yang banyak mencatat riwayat-riwayat mengenai keutamaan Rasulullah (saww) dan Ahlul Bait (as). Dan anehnya, oleh kaum Nawashib, Syaikh Sulaiman Al-Hanafi dituduh sebagai Syiah, apa motif dibalik semua itu..? apakah kebiasaan kaum Naswahib yang suka menuduh seseorang yang banyak menulis keagungan Rasulullah (saww) dan Ahlul Bait (as) pada khususnya langsung mereka vonis sebagai Syiah!? hal ini tak jauh beda dengan Ibn Abil Hadid seorang bermazhab Mu’tazilah yang mereka katakan Syiah!

Ibn Taymiyah dan Tuduhannya Kepada Sayyidah Fathimah (as)



BAGIAN PERTAMA
Telah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah saww mengatakan dalam hadis :
حَسْبُك مِنْ نساءِ العالَميَن أَرْبَع: مَرْيمَ وَآسيَة وَخَديجَة وَفاطِمَة
Wanita pilihan di dunia ini ada empat. Maryam, Asiah, Khadijah dan Fatimah
ستدرك الصحيحين ج 3 باب مناقب فاطِمَة ص 171/ سير أعلام النبلاء ج 2 ص 126البداية والنهاية ج 2 ص 59/ مناقب الإمام علي لابن المغازلي ص 363.

خَيْرُ نِساءِ العالَمين أَرْبَع مَرْيَم وَآسية وَخَدِيجَة وَفاطِمَة
Sebaik-baiknya wanita di jagat raya ini ada empat. Maryam, Asiah, Khadijah dan Fathimah
الجامع الصغير ج 1 ح 4112 ص 469/ الإصابة في تمييز الصحابة ج 4 ص 378/ البداية والنهاية ج 2 ص 60/ ذخائر العقبى ص 44

Sahabat di mata Syiah Imamiyah



Terdapat klaim 
dari sebagian orang bahwa Syiah memandang enteng kedudukan para sahabat. Padahal klaim tersebut tidak lain kecuali tuduhan semata; karena Syiah mengikuti Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As memandang besar dan menghormati mayoritas sahabat. Syiah berpandangan bahwa kita tidak dapat memandang seluruh sahabat itu sebagai orang-orang yang adil karena, pertama, dengan merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an kita jumpai bahwa para sahabat memiliki derajat dan  tingkatan yang berbeda-beda dan kita tidak dapat menghukumi bahwa mereka itu semua adalah orang-orang yang adil. Al-Qur’an secara tegas menyebutkan bahwa di antara para sahabat terdapat orang-orang pendusta (kaddzâbin), orang-orang munafik, para pendosa (ushat), berbantahan dengan Rasulullah Saw dalam urusan perang, berat hati untuk berperang (mutsaqilain), dan orang-orang yang mengingkari Rasulullah Saw.

Kekeliruan Memandang Tasyayyu’


Muhammad Baqir Shadr

Sebagian dari cendikiawan modern kita berusaha dengan penuh semangat membedakan dan membagi Syi'ahisme atau Tasyayyu' menjadi dua macam:
1. Tasyayyu' Ruhi Maknawi (Syi'ah dalam moral dan spiritual).
2. Tasyayyu' Siasi (Syi'ah dalam masalah soslal politik).
Dan mereka juga dengan susah payah ingin membuktikan bahwa Ahlul Bayt sejak setelah pembantaian Imam Husein dan keluarga serta sahabatnya di padang Karbala telah meninggalkan aktifitas politik, sebaliknya mereka menyibukkan diri dengan berkhalwat dan beribadat serta memberi wejangan dan nasehat kepada masyarakat.

BENARKAH NABI MANUSIA BIASA


Oleh: Umar Shahab

APAKAH Nabi saw hanya manusia biasa tidak ubah-nya seperti kita-kita? Demikian, mungkin keyakinan sebagian pihak. Biasanya mereka mengajukan ayat: “Katakanlah, sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kamu. Hanya saja kepadaku disampaikan wahyu.” (QS. 18:110). Berdasarkan ayat ini dan tunjangan ayat-ayat senada, semisal “Katakan: ‘Mahasuci Tuhanku. Bukankah aku hanya seorang manusia yang diutus?” Kelompok ini percaya bahwa Nabi Muhammad saw adalah manusia biasa seperti manusia lainnya, dapat membuat kesalah-an, kekeliruan, bahkan mungkin, na’udzubillah, pelang-garan. Oleh karena itu kelompok ini menuding para pemuja Nabi saw telah berlaku berlebih-lebihan dan pengkultusan yang tidak perlu. Benarkah demikian? Untuk itu kita harus melihatnya dari berbagai sisi.

Al-Quran Dipalsukan


Assalamualaikum Wr. Wb.

Maklumat ini adalah pemberitahuan daripada seorang muslimin yang prihatin (Mohamad Hazari) dalam Bahasa Inggeris tetapi telah di Bahasa Melayukan…. Apabila saudara-saudari hendak membeli Al-Quran terutamanya yang dalam edisi baru, maka berhati-hatilah kerana terdapat 4 surah yang palsu hasil ciptaan kafir laknatullah… Surah-surah tersebut adalah : 1. Al-Iman 2. Al-Wasaya 3. At-Tajassud 4. Al-Muslimoon. Sekiranya anda kurang pasti klik: http://dialspace.dial.pipex.com/town/park/geq96/original/ di dalam website ini terdapat surah tersebut dan maksudnya sekaligus.
Adapun terjemahan isi 3 antara 4 surat-surat palsu tersebut.

Surat At-Tajassud (Penjelmaan):

1. Puji syukur kepada-Nya yang telah menciptakan sorga yang tanpa batas.
2. Dia ciptakan bumi yang sebagian terdiri dari air dan sebagian lagi tanah.
3. Katakan pada orang-orang yang telah diperdaya oleh ajakan syetan : pikiranmu telah dibutakan sehingga kamu menuduh bahwa Allah itu keliru dan menjadi pengikut syetan.
4. Syetan akan selalu menjadi musuh yang paling besar bagi manusia.
5. Jika Allah menghendaki, Dia bisa membuat seorang anak dari batu, seperti yang telah Dia katakan pada alam ini : jadilah, maka akan jadi mustahil bagi Allah bahwa Dia harus mengkonsultasikan keputusan-Nya dengan orang lain.
6. Mustahil bagi Allah bahwa Dia harus mengambil satu dari mahluknya sebagai anak.
7. Katakan pada orang-orang yang masih meragukan apa yang telah diberitakan sebelumnya ; Kristus adalah bukan makhluk Allah, dia telah bersama Allah pada awalnya dan akan selalu bersama-Nya.
8. Dalam Dia (Allah) dan dari Dia, dia (Kristus) berasal, bersama dengan jiwa-Nya, satu Tuhan, abadi, satu dan tidak lebih dari satu.
9. Seperti seorang ayah yang mengirimnya kepada umat manusia seperti yang telah Dia janjikan.
10. Dia tiupkan/turunkan se perti sabda kedalam rahim seorang perawan yang akan lahir sebagai manusia
11. Dia berbaur dengan manusia biasa, berwujud seperti manusia, mati sebagai pengorbanan atas nama manusia dan seperti manusia, juga dia dikubur kan /dimakamkan.
12. Dan seperti Bapa yang ada di Surga, setelah 3(tiga) hari dia naik.
13. Bagi siapa yang tidak percaya keajaiban-Nya, dan mengatakan hal-hal yang buruk tentang-Nya.
14. Allah tidak akan melepas kanmu dari kemurkaan-Nya.
15. Tapi bagi siapa yang percaya pada-Nya dan pada Almasih-Nya, mereka akan mendapatkan pengampunan dan surga dimana mereka hidup abadi.

Surat Al-Iman (kepercayaan):

1. Ceritera tentang beberapa pengikut dalam kitab, pada saat badai menghantamnya saat mereka sedang berlayar.
2. Kemudian mereka melihat bayangan Kristus berjalan diatas air. Mereka lalu berkata: Apakah Tuhan kita itu sedang menertawakan kita atau kita yang sedang gila?
3. Lalu terdengar suara aneh yang berkata : jangan takut ini aku,apakah kamu tidak melihat ?
4. Maka, satu dari mereka berteriak: Tuhanku, bimbinglah aku, jika Kau memang disini, untuk berjalan diatas air. Ya Allah jadikanlah keraguanku ini menjadi sesuatu yang pasti.
5. Dia (Allah) berkata padanya: kemarilah dan jadilah mu’jizat/keajaiban yang akan selalu diingat.
6. Dan mulailah sang pengikut/umat tersebut berjalan, dia lalu lihat betapa kencangnya badai yang datang sehingga dia menjadi takut akan tenggelam, lalu dia berteriak lagi kepada Tuhannya untuk minta pertolongan.
7. Dan Dia mengeluarkan tangan-Nya dan merengkuhnya sambil berkata: Oh? Kamu mempunyai sedikit kepercayaan, itulah hadiah/pahala bagi kamu sekalian yang ragu.
8. Dan segera setelah Dia pergi dengannya dengan kapal tersebut, badai reda dan si pengikut ini mengucapkan terimakasih pada-Nya dan berkata:
9. Kau adalah benar-benar anak Tuhan; dalam dirimu kami percaya dan di depan-Mu kami berlutut.
10. Dia berkata: Suka cita adalah untuk mereka yang percaya tanpa mencampur adukkan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang meragukan. Itulah keberhasilan yang sebenarnya.
Surat Al-Muslimun:
1. Alief lam saad miim.
2. Katakanlah : Hai kaum muslimin, kamu sekalian sudah tersesat jauh.
3. Bagi yang tidak percaya kepada Allah dan Kristus-Nya, akan menikmati hari akhirnya dalam kobaran api dan siksaan yang pedih.
4. Beberapa wajah pada hari itu akan terlihat memelas dan ketakutan mencari pengampunan dari Allah dan Allah akan menolong apa yang Dia inginkan (untuk ditolong).
5. Pada hari itu Sang Maha Pengampun berkata : Hai umat-Ku, Aku telah mengarunia kan padamu petunjuk dalam Taurat dan Injil.
6. Dan kamu seharusnya tidak memungkiri apa yang telah Aku perintahkan kepadamu dan menyesatkan diri dari jalan yang benar.
7. Mereka berkata : kami tidak tersesat sendiri tapi dia (Muhammad) yang telah dijadikan salah satu utusan (Allah) telah salah memimpin kami.
8. Dan Allah berkata : Hai Muhammad, kau telah membujuk umat-Ku dan menyebab kan mereka tidak mempercayai.
9. Dia berkata : ya Tuhanku, adalah syetan yang telah membujukku dan sebenar nya akan selalu mengganggu anak-cucu Adam.
10. Dan Allah akan mengampuni orang-orang yang telah terbujuk dan lalu menyesal dan dia akan memaksa dia yang telah terbujuk oleh syetan, yang menyedihkan.
11. Dan jika Allah memerintahkan sesuatu, Dialah yang paling tahu apa yang diperintahkan dan Dia dapat melakukan segalanya.
Sumber: elfisa.wordpress.com

Bada’, Lauf Mahfuz, Kitabul Mubin


Apa yang dimaksud dengan badâ'', lauh mahfuz, kitabul mubin, lauh mahw wa itsbât?

************
“Badâ'” secara leksikal bermakna nampaknya (jelasnya) sesuatu setelah tersembunyi. Dan yang digunakan dalam al-Qur'an adalah makna leksikal ini: "wa badâ lahum minaLlâh mâ lam yakunu yahtasibun”; “Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan." (Qs, al-Zumar [39]: 47). Dan secara teknikal sebagian ulama berpandangan bahwa badâ' dalam urusan penciptaan (takwini) semacam nasakh dalam urusan tasyri'i (pelaksanaan syariat). Dan ia bermakna barunya sebuah "pendapat". Harus diketahui bahwa badâ' dan nasakh dari sisi Tuhan adalah sesuatu yang mustahil, lantaran hal ini meniscayakan, didahuluinya ilmu Tuhan dengan kejahilan, sementara Tuhan suci dari sifat jahil. Sebagaimana Imam Shadiq As bersabda: "Sesungguhnya Allah Swt tidak memulai sesuatu dengan kejahilan." Apa yang dapat digambarkan dari Tuhan adalah badâ' dan nasakh secara lahir; itu artinya memunculkan sesuatu bagi manusia yang tersembunyi bagi mereka sebelunya, dimana perkara ini telah diketahui oleh Tuhan semenjak azal. Dan semenjak permulaan dengan bentuk baru yang muncul ini Tuhan mengetahuinya, akan tetapi demi kemaslahatan yang dituntut pada tingkatan taklif membuat perkara itu tersembunyi bagi manusia. Kemudian sesuai kondisinya muncul dan makna ini dapat diterima oleh akal manusia.

Tafsir “Petunjuk dan Kesesatan dari Allah”


Hidâyah secara leksikal berarti petunjuk disertai dengan perhatian.[1] Hidâyah ini terbagi kepada dua; menunjukkan jalan dan menyampaikan sesuatu ke tujuannya secara langsung, atau dengan ungkapan lain; hidâyah tasyrî'î dan hidâyah takwînî.[2]

Maksud dari Singgasana Tuhan?


Ada sekelompok aliran dalam Islam yang menafsirkan bahwa arsy Ilahi itu adalah singgasana Tuhan yang terdapat nun jauh di atas sana. Kalau penafsiran ini benar tentu saja meniscayakan tempat dan kedudukan bagi Tuhan, yang menduduki dan diduduki haruslah memiliki rangkapan, volume, isi dan ruang. Bagaimana penafsiran hal ini?

Al-Quran dan Penghormatan Terhadap Minoritas


Firman Allah yang menyebutkan, bahwa Dia tidak membeda-bedakan diantara rasul utusan-Nya merupakan bukti, bahwa Al Quran memberikan penghormatan yang sama pada setiap agama dan nabi.
  Cendekiawan Muslim Iran, Dr. Rahim Pur Azghadi menyampaikan hal itu dalam ceramahnya pada acara Seminar yang berjudul "Perdamaian, Wanita dan Agama-agama Ilahi" serta menambahkan, bahwa seluruh penganut monoteisme harus bersatu dengan pandangan yang sama ini untuk melawan setiap bentuk pembangkangan dan penolakan atas agama.
 Beliau juga menyebutkan, bahwa kita bisa menyaksikan dengan jelas penghormatan pada setiap agama dan pemeluknya pada sejarah hidup Rasulullah saw dan para Imam Maksum as.
 menurutnya, pada zaman Rasulullah para penganut agama lain yang merupakan kelompok minorotas mendapatkan seluruh hak yang sama dengan kaum muslimin yang mayoritas. pemerintahan Islam juga menjamin keselamatan dan keamanan mereka.
 Di dalam Al Quran Surah An Nisa ayat 90m dan 91 Allah menyebutkan, bahwa jika yang datang kepada kita untuk melakukan perdamaian itu adalah orang-orang kafir, maka kaum muslimin haruslah menerima tawaran itu dan menjauhkan senjata dari tangan mereka, tegasnya.
 hal itu juga menunjukkan, bahwa kaum muslimin bukanlah yang memulai peperangan, tambahnya.
 Anggota Syura tertinggi revolusi budaya Iran ini juga menegaskan, bahwa tidak ada jihad yang dilakukan dalam sejarah yang dialamatkan kepada penganut agama ilahi. begitu pula tidak ada di dalam sabda Nabi atau para Imam yang bisa dipahami hal itu. justru sebaliknya di dalam suarah At Taubah ayat 6 disebutkan firman Allah yang mendukung apa yang kita katakan.
 Rahim Pur menambahkan, bahwa para sejarawan, baik muslim atau bukan meyakini, bahwa berkembangnya Islam secara geografis adalah karena akhlak dan spiritualitas, bukan karena kekuasaan dan pedang. pada zaman Nabi selama 23 tahun beliau memerintah hanya ada 10 peperangan dan hanya 150 orang yang terbunuh dari kaum musyrikin.
 Apa yang dilakukan oleh para penguasa bani Umayyah dan Bani Abbas tidak bisa dianggap sebagai pemerintahan Islam sehingga dianggap Islam anti agama-agama lain, tegasnya.
 Kalau memang mau melihat contoh lain selain zaman pemerintahan Nabi kita bisa saksikan sejarah kehidupan Imam Ali as dan apa yang beliau lakukan di saat memerintah, tambahnya.
Sumber: Islammuhammadi

‘TRINITAS’ Dalam Pandangan Akal Dan Qur’an


Oleh: Abu Aqilah

Adalah kata pengikut Al-Masih dalam kitab-kitab teologi menggambarkan tentang keyakinan Trinitas (Tuhan Bapa, Rahul Kudus, dan Yesus Kristus) dan permasalahan- permasalahan yang mendasar yang bersumber pada akidah mereka. Tidak adanya dalil dari para pengikut Masih atas keyakinan mereka, sementara mereka mengklaim diri mereka telah menyakini monoteisme, dengan pengertian satu dalam kemajemukan. Apakah kesatuan dalam pengertian ini, berhak ada pada zat Tuhan. Sementara independen (kemandirian) terlepas pada zat-Nya dan tidak bertentangan dengan argumentasi akal?

Mengkaji Filsafat Penciptaan menurut al-Qur’an


Pada pembahasan kali ini kita akan mencoba menganalisa beberapa ayat al-Quran yang di dalamnya telah menyiratkan tentang filsafat, arah, sasaran, maksud, dan tujuan penciptaan, di antaranya, Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di muka bumi. (Qs. Al-Baqarah [2]: 30)
Dan Dia-lah yang menjadikanmu para khalifah di bumi. (Qs. Al-Anam [6]: 165)
Berdasarkan ayat-ayat di atas yang diturunkan berkaitan dengan penciptaan manusia, dikatakan bahwa tujuan dari penciptaan manusia adalah dijadikannya manusia sebagai khalifah dan penerus Tuhan.

Adakah Suatu Perubahan Pada Hukum Allah?


Abu Aqilah
Kita menyakini bahwa Allah Swt mempunyai kekuasaan mutlak untuk mengatur makhluk-Nya. Dengan dalil ini bahwa apakah Allah Swt akan memasukkan hamba-Nya yang berbuat kebajikan kedalam neraka dan memasukkan hamba-Nya yang berbuat maksiat ke dalam surga? Tidakkah Dia adalah Maha Adil , dan melakukan perbuatan-Nya sesuai dengan hikmah dan keadilan? Dan pembahasan ini terkait ke dalam penjelasan ayat berikut:
Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.” (QS. Faathir ayat 43)

Mungkinkah Melihat Tuhan Di Akhirat?


Telah ditetapkan melalui dalil akal bahwa Tuhan tidaklah memiliki jasad dan berbentuk, tidaklah menempati sebuah ruangan dan waktu. Hal ini menjadi dalil bahwa Tuhan Yang Agung adalah zat yang tidak dapat dilihat. Namun, sebahagian kalangan penafsir menyatakan bahwa Tuhan akan menampakkan dirinya di hari kiamat, mereka berdalil bahwa hamba-hamba yang soleh akan melihat wujud Tuhan di hari kiamat, melalui ayat yang berbunyi: �Kepada Tuhannyalah mereka Melihat�.[1]Apakah maksud ayat tersebut?
Adapun penglihatan adalah terbiasnya cahaya sesuatu pada lensa mata. Ketika proses pembiasan ini bekerja, maka akan terjadi ada ikatan antara yang sesuatu yang dilihat dan mata. Oleh karenanya, menjadikan sesuatu tersebut menempati pada tempat tertentu. Dan segala yang berbentuk membutuhkan sebuah tempat, dan yang membutuhkan yang lain adalah fakir. Dan ini tidak akan memiliki sifat Ketuhanan (Uluhiyah). Dari penjelasan ini maka sekiranya Tuhan bertempat, tidaklah akan melewati kemungkinan berikut ini:
1. Keberadaan tempat tersebut pada awalnya bersamaan dengan wujud Tuhan. Kalau sekiranya tempat tersebut qadim (dahulu), maka keberadaannya sama dengan keberadaan Tuhan Yang Qadim. Jadi, ada dua wujud yang qadim.
2. Sekiranya Allah Swt menciptakan tempat untuk diri-Nya sendiri. Dan kita umpakan Dia (Allah) tidak membutuhkan tempat. Dengan dalil bahwa sebelum dicitakan tempat tersebut, dia telah ada. Dengan gambaran ini, bagaimana Allah Swt tidak membutuhkan tempat , kemudian setelah itu Dia membutuhkan tempat.
Dilihat dari makna ayat, maka dapatlah kita jelaskan sebagai berikut:
Kata Nadhiro dari ayat tersebut bukanlah mempunyai makna melihat akan tetapi bermakna menunggu atau menanti. Dan maksud dari keseluruhan ayat adalah penantian rahmat dan kasih sayang Allah Swt. Ketika utusan raja Saba� mengirimkan hadiah kepada nabi Sulaiman as, disebutkan dalam al-qu�an, Allah Swt berfirman: �Dan Sesungguhnya Aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan)menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu�.[2]
Dan pengertian Nadhiro sebenarnya, bukanlah diartikan penglihatan. Maka kita mencoba penelusuri ayat diatas, dengan mengaitkan dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya. Allah Swt berfirman:
1. �Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri�.
2. �Kepada Tuhannyalah mereka Melihat�.
3. �Dan Wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram�.
4. �Mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat�.[3]
Pada keempat ayat diatas, ayat ketiga nampak berlawanan dengan ayat pertama. Dan ayat keempat juga berlawanan dengan ayat kedua. Dan pelu diperhatikan bahwa ayat keempat menghilangkan bentuk kekaburan seperti pada ayat yang kedua. Yang jelas, ayat yang pertama dan ketiga adalah pembagian atas manusia di hari kiamat. Dan ayat kedua dan keempat juga adanya penjelasan nasib perjalanan manusia dalam dua bentuk. Dari sisi lain, maka ayat keempat memaparkan tentang penantian terhadap sebuah azab, dan ayat kedua memaparkan tentang penantian terhadap rahmat Swt. Bukanlah penglihatan dan penyaksian dalam bentuk luar (dhahir).

Kesimpulan:

Dalil ayat untuk menetapkan kemungkinan Allah Swt dapat dilihat di hari kiamat, akan menyimpang dari pemahaman secara filosofis dan terhadap tujuan yang ada di dalam keempat ayat tersebut. Dari ayat, sebenarnya mengambarkan tentang pelaku ketaatan dan maksiat dan penantian keduanya terhadap nasib mereka dari turunnya rahmat Allah atau azab-Nya. Adapun penafsiran tentang penyaksian zat Al-Haq tidaklah berkaitan dengan ayat ini. [Sumber: Cahaya Islam]

[1] Al-Qiyaamah ayat 23.
[2] An-Naml ayat 35.
[3] Al-Qiyaamah ayat 22 s/d 25.

Al-Qur'an dan Penyifatan Tuhan



Sebagaimana yang telah kami katakan, mustahil bagi manusia untuk mengenal hakikat dzat Tuhan dan pengenalan atas-Nya hanya bersifat universal lewat makrifat asma dan sifat-sifat-Nya. Atas dasar ini, salah satu tujuan utama al-Qur'an yang dalam berbagai ayatnya berbincang tentang sifat-sifat Tuhan adalah melakukan re-konstruksi, memperdalam, dan memperluas pengenalan manusia terhadap Tuhan. Ratusan ayat al-Qur'an kadangkala secara langsung membahas tentang sifat-sifat Tuhan dan menyebutkan tentang asma Tuhan. Dari sebagian ayat bisa pula ditemukan adanya prinsip-prinsip universal dalam penyifatan Tuhan.


Biografi Allamah Thaba’thabai


Sosok kita yang satu ini adalah seorang mufasir dan filsuf besar. Diantara karya qurani beliau yang paling berharga adalah Tafsir Al-Mizan, yang menjadi salah satu rujukan tafsir kontemporer paling populer. Kitab tafsir ini merupakan salah satu kitab paling komplit dari sisi metode dan muatan. Berikut biografi mufasir besar ini yang ditulis langsung oleh beliau pada awal-awal tahun 1341 Hijriah Syamsiah.

Teks Fatwa Imam Khamenei soal Penghujatan terhadap Aisyah dan Simbol-simbol Ahlussunnah




Imam Khamenei
Berikut teks bahasa Arab fatwa Imam Khamenei dan terjemahannya:
نص الاستفتاء:
بسم الله الرحمن الرحيم
سماحة آية الله العظمى السيد علي الخامنئي الحسيني دام ظله الوارف
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ،،. .
تمر الامة الاسلامية بأزمة منهج يؤدي الى اثارت الفتن بين ابناء المذاهب الاسلامية ، وعدم رعا ية الأولويات لوحدة صف المسلمين ، مما يكون منشا لفتن داخلية وتشتيت الجهد الاسلامي في المسائل الحساسة والمصيرية ، ويؤدي الى صرف النظر عن الانجازات التي تحققت على يد ابناء الامة الاسلامية في فلسطين ولبنان والعراق وتركيا وايران والدول الاسلامية ، ومن افرازات هذا المنهج المتطرف طرح ما يوجب الاساءة الى رموز ومقدسات اتباع الطائفة السنية الكريمة بصورة متعمدة ومكررة .
Yang Mulia Ayatullah Uzhma Imam Sayyid Ali Khamenei… Semoga Allah selalu melestarikan naunganNya yang teduh…Umat Islam mengalami krisis metode yang mengaakibatkan penyebaran fitnah (cekcok) antar para penganut mazhab-mazhab Islam dan mengakibatkan diabaikannya prioritas-prioritas bagi persatuan barisan Muslimin.

Segelintir Munafik Dikenali Sebahagian Dari Sahabat



Rancangan Para Sahabat Untuk Membunuh Nabi(sawa)
Terdapat sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Ulama Sunni berkaitan rancangan para sahabat(tentunya yang munafik) untuk membunuh Rasulullah(sawa) dengan menjatuhkan tunggangan yang baginda naiki dari tebing tajam. Rancangan ini ada kaitannya dengan tafsir surah at Taubah ayat 74:

ISLAM ASWAJA: FAKTA KERASNYA FAHAM WAHABI

ISLAM ASWAJA: FAKTA KERASNYA FAHAM WAHABI: Di tangan kaum Wahabi, wajah Islam yang lembut menjadi penuh kebencian dan caci maki, wajah yang diliputi kasih sayang menjadi penuh dendam ...

Kamis, 12 Januari 2012

Do'a Khataman Al-Quran


Ya Allah! Engkau telah menolongku untuk mengkhatamkan Kitab-Mu yang telah Kau turunkan sebagai cahaya ini, telah Kau jadikannya sebagai penguasa atas seluruh kitab yang telah Kau turunkan, dan telah Kau jabarkannya dalam memuat segala peristiwa yang telah Kau kisahkan, (telah Kau jadikannya) sebagai pemisah yang dengannya Kau pisahkan antara halal dan haram-Mu, sebagai Al-Qur’an yang dengannya Kau jelaskan syariat-Mu, sebagai Kitab yang telah Kau beberkan kepada para hamba-Mu, dan sebagai wahyu yang telah Kau turunkan atas Nabi-Mu, Muhammad saw.

DOA SEBELUM MEMBACA AL-QURAN




Ya Allah, wahai Tuhan kami! Segala puji bagi-Mu! Engkaulah satu-satunya Dzat pemilik kekuatan dan kekuasaan yang tegar. Segala puji bagi-Mu. Engkaulah Yang Maha Tinggi dengan kemuliaan dan keagungan, serta di atas langit dan 'Arsy yang agung. Wahai Tuhan kami! Segala puji bagi-Mu! Engkaulah Yang Maha Cukup dengan ilmu-Mu dan setiap pemilik ilmu selalu membutuhkan-Mu. Wahai Tuhan kami! Segala puji bagi-Mu!

Ayat-ayat Khilafah Dan Kepemimpinan Ahl bait as


Sesuai hadis Tsaqalain, Al-Quran dan Ahlu bait merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, keduanya adalah pusaka nabi saw yang diwariskan kepada para umatnya, pusaka yang sanggup menjaga umat akhir zaman dari berbagai bahaya yang datang menghadang, baik bahaya ideology, budaya, atau yang lain yang dilancarkan musuh-musuh pengikut agama yang benar.

Wal Kazhimina al-Ghaizh


Pada masa Imam Ketujuh, ada seorang miskin, seorang peladang yang tidak terdidik berlaku sangat kasar kepada Imam Musa al-Kazhim As, manakala ia melihatnya.  Tanpa memandang betapa kasar orang ini, Imam Musa As sama sekali tidak merasa gusar dan tidak berkata kasar sebagai balasan atas orang itu. Para sahabat Imam Musa bermaksud untuk menghajar orang itu, akan tetapi Imam tidak membolehkan mereka melakukan hal itu. Imam Musa Kazhim As berkata kepada mereka bahwa ia sendirilah yang akan mengajar orang itu.  Suatu hari Imam Musa As menunggangi kudanya bertolak menuju ladang tempat orang yang kasar itu bekerja. Tatkala ia melihat Imam Musa As, ia menghentikan kerjanya dan berkacak pinggan, bersiap-siap untuk berlaku kasar kembali.
Imam turun dari kudanya dan maju mendekat orang tersebut dan memberikan salam dan senyum bersahabat kepadanya. Imam Musa As berkata kepadanya bahwa ia hendaknya tidak terlalu banyak bekerja sendiri dan ladang yang ia miliki merupakan ladang yang baik. Imam bertanya kepadanya ihwal berapa banyak yang ia harapkan untuk ia terima ketika menuai hasil ladangnya.
Si peladang menjadi sangat kaget pada sikap santun dan ketulusan Imam. Ia berpikir sesaat, dan ia kemudian berkata bahwa ia mengharapkan 200 keping emas dari tanah garapannya ini. Imam Musa As merogoh sebuah kantong dan menyerahkan kepada si peladang bahwa dalam kantung uang tersebut terdapat 300 keping emas, lebih dari nilai hasil ladang garapanmu. Imam Musa As berkata kepada orang itu untuk mengambil uang itu dan juga tetap memiliki hasil garapan. Dan ia berharap untuk mendapatkan lebih banyak dari itu.
Tatkala ia mendapatkan perlakuan yang demikian baik dan santun, si peladang kasar itu menjadi sangat malu kepada dirinya dan meminta kepada Imam Musa As untuk memaafkannya.
Setelah itu, manakala peladang kasar itu melihat Imam Musa As, ia segera menyapa Imam Musa As dengan santun. Para sahabat Imam Musa As sangat takjub akan perilaku orang tersebut.
Suatu hari Imam melintas di hadapan seorang miskin. Ia menyapanya dengan sopan dan berbicara dengannya selama beberapa menit., menanyakan apakah ia baik-baik saja.
Tatkala Imam Musa As beranjak pergi, ia berkata kepada orang miskin tersebut kalau-kalau ada yang dapat dilakukan untuk orang itu, ia akan melakukannya.
Para pengikut Imam Musa As melihat dan mendengar betapa baiknya Imam kepada orang papah ini. Mereka berkata kepada Imam bahwa tidak pantas orang sebesar Imam berkata dan menawarkan jasa kepada orang seperti orang itu.
Imam menjawab bahwa mereka lupa bahwa mereka semuanya merupakan hamba Allah, dan Allah Swt menciptakan seluruh manusia sama. Juga bahwa jika seorang miskin tidak berarti bahwa ia akan tetap miskin seumur hidupnya dan demikian juga bagi seorang yang kaya.
Imam Musa Kazhim As berkata kepada mereka bahwa siapa yang memerlukan pertolongan darimu hari ini boleh jadi akan menolongmu suatu hari kelak.

Sumber Rujukan:

Allamah Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Musa al-Kazhim As

Makna “al-Qurba” pada ayat 23 surah Syura


Apabila maksud pembicara dari sebuah redaksi atau kata-kata yang digunakan di dalamnya tidak jelas, pada setiap proposisi dan kalimat, maka ia harus ditelusuri pada indikasi-indikasi (qarâin) yang dapat menjelaskan maksud dari ucapannya itu. Terkait dengan ayat 23 surah al-Syura “Qul laa as’alukum ‘alaih ajran illa mawaddata fil qurbah” padanya terdapat indikasi-indikasi dan tanda-tanda yang membimbing dan membantu kita untuk memperoleh maksud yang sebenarnya dari firman Allah tentang al-Qurba.

Makna kata al Islam


“Al-Islam” pada ayat “Inna al-Din ‘IndaLlah al-Islam” terkadang ditakwilkan bermakna “berserah diri di hadapan Tuhan” dimana Islam di sini disebut dengan nama derivatnya (yang bermakna berserah diri), tolong Anda jelaskan masalah ini?
Islam secara leksikal bermakna totalitas penyerahan diri (taslim) tanpa reserved dan tedeng aling-aling di hadapan Tuhan. Agama merupakan penjelas segala harapan Tuhan terhadap manusia dalam bidang pemikiran, kondisi, perilaku personal dan sosial, dan juga bentuk hubungan manusia dengan dirinya, orang lain dan Tuhan.

Mengapa nama para Imam Maksum As tidak dicantumkan secara jelas dalam Al-Qur’an?


Perlu diketahui bahwa kendati nama para Imam Maksum As tidak disebutkan secara jelas dan tegas dalam Al-Qur’an, namun dalam sabda-sabda Nabi Saw disebutkan secara jelas nama para Imam Maksum As, khususnya nama Imam Ali As yang merupakan proyeksi jelas dari hadis al Ghadir dan sebagai pengumuman resmi akan kekhalifahannya. Hadis al Ghadir, dari aspek sanadnya termasuk hadis yang mutawatir dan dari sisi dilâlah-nya (petunjuknya) merupakan bukti-bukti jelas akan imâmah Imam Ali As.

Al Quran dan Ahlul Bayt as


Ahlul Bait Dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab: 33
Dalam ayat ini Allah menyebut mereka Ahlulbait. Dia berfirman: “Innamâ yuridu l’llâhu liyudzhiba ‘ankumu l’rijsa ahla l’bayt wa yuthahhirakum tathhirâ”. Artinya: “Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan al-rijs dari kamu wahai Ahlulbait dan mensucikanmu sesuci-sucinya.” (QS. 33:33).

Sabtu, 07 Januari 2012

Abu Dzar Al-Ghifari ra, Pembela Setia Rasulallah saw Dalam Amal



Usman bin Affan membuang Abu Dzar Al ghifari di sahara Zabdah sehingga berada dalam keadaan dahaga dan lapar lalu wafat. Alasan Usman : Abu Zar melancarkan penentangan terhadap pemerintahan Usman

Usman ada perselisihan sengit dengan beberapa tokoh besar, Usman bin Affan membuang Abu Dzar Al ghifari di sahara Zabdah sehingga berada dalam keadaan dahaga dan lapar lalu wafat. Abu Zar melancarkan penentangan pemerintahan Usman