Al-Hadisi menambahkan, sebagian pegawai penerbit yang mencetak al-Quran tersebut adalah non-Muslim. "Kementerian bagian keislaman telah menerima sebuah al-Quran cetakan Cina. Bentuk cetakan tersebut seperti hasil penerbitan Fahad tapi hisbnya kurang sempurna," tandas al-Hadisi. Seraya menyinggung tentang masyarakat yang lebih cenderung mencari al-Quran dengan harga murah, al-Hadisi mengatakan, "Kekhawatiran kita tidak terbatas hanya pada penjualan al-Quran tersebut, namun juga terhadap para pedagang yang mengekspor al-Quran tanpa melalui beacukai. Sementara pihak kerajaan melarang segala bentuk impor al-Quran. Dua tahun lalu, telah dibentuk komite yang meneliti al-Quran impor dengan harga murah. Komite itu telah mendeteksi 60 kasus." Berdasarkan laporan tersebut, sebagian besar kebutuhan para jamaah haji dan bahkan kain kafan Arab Saudi diimpor dari Cina. Dan hal ini amat wajar jika al-Quran cetakan Cina juga diimpor Saudi. Akhir-akhir ini, di Saudi dijual kain atau kayu bertuliskan ayat-ayat Al-Quran dari Cina yang salah cetak. (IRIB/RA/MF |
Rabu, 14 September 2011
Al-Quran Salah Cetak Menyebar di Saudi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar