Laman

Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 Juli 2012

Ayatullah Misbah Yazdi Jelaskan Cara Menikmati Kedekatan dengan Allah Swt


Ayatullah Misbah Yazdi menyatakan, "Paramater nilai akhlak dalam Islam adalah kedekatan dengan Allah Swt. Setiap amal yang lebih mendekatkan manusia dengan Allah Swt, adalah yang lebih baik."

Rasa News (23/2) melaporkan, Ayatullah Misbah Yazdi menambahkan, "Ketika manusia memahami bahwa kedekatan dengan Allah Swt nilainya melebihi segala sesuatu, maka ketika itulah ia menemukan semangat untuk menjalankan seluruh titah ilahi, setiap amal yang lebih mendekatkan manusia kepada Tuhannya, maka amal tersebut lebih baik daripada perbuatan lainnya."

Senin, 05 Maret 2012

Islam Itu Universal


Pendahuluan
Islam sebagaimana Islam dari zaman ke zaman telah dituntut untuk menjawab segala problematika di dunia yang kita diami ini. Maka dari itu, berkat dari usaha para intelektual kontemporer Islam untuk membuktikan validitas Islam, Islam berhasil menunjukkan jati dirinya dengan merambah ke segala lini dalam konteks kehidupan. Mulai dari permasalahan hukum ibadah, lalu ke permasalahan politik, sampai kepada hak asasi manusia. Serangan-serangan dari barat tidak menjadikan Islam makin termarginalkan tetapi islam makin berkembang.

Jumat, 02 Maret 2012

Allah swt Sangat Mencintai Kita Semua

1. Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. ( 2 : 189 )

2. Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. ( 2 : 215 )

3. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir. ( 2 : 219 )

4. Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. ( 2 : 222 ).

Dan masih banyak ayat2 pertanyaan dari ummat disekitar nabi dan nabi diperintahkan untuk menjawab " katakanlah/jawablah ". namun berkenaan dengan ayat :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya :

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. ( 2 : 186 ).

Ini adalah kedekatan dan sangat dekatnya Allah swt kepada Hamba2-Nya. Bahkan Allah selalu memanggil Hamba2-Nya yg pendosa, sehingga membuat imam 'Ali Zaenal Abidin As-Sajjad bertanya, " Ya Allah, siapa yg butuh kepada siapa ?".

Do'a adalah puncaknya Ibadah, Do'a adalah senjatanya kaum Mu'minin.

Allah swt mengabulkan semua Do'a tapi tidak mengabulkan semua permintaan.

Senin, 16 Januari 2012

Kekeliruan Memandang Tasyayyu’


Muhammad Baqir Shadr

Sebagian dari cendikiawan modern kita berusaha dengan penuh semangat membedakan dan membagi Syi'ahisme atau Tasyayyu' menjadi dua macam:
1. Tasyayyu' Ruhi Maknawi (Syi'ah dalam moral dan spiritual).
2. Tasyayyu' Siasi (Syi'ah dalam masalah soslal politik).
Dan mereka juga dengan susah payah ingin membuktikan bahwa Ahlul Bayt sejak setelah pembantaian Imam Husein dan keluarga serta sahabatnya di padang Karbala telah meninggalkan aktifitas politik, sebaliknya mereka menyibukkan diri dengan berkhalwat dan beribadat serta memberi wejangan dan nasehat kepada masyarakat.

BENARKAH NABI MANUSIA BIASA


Oleh: Umar Shahab

APAKAH Nabi saw hanya manusia biasa tidak ubah-nya seperti kita-kita? Demikian, mungkin keyakinan sebagian pihak. Biasanya mereka mengajukan ayat: “Katakanlah, sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kamu. Hanya saja kepadaku disampaikan wahyu.” (QS. 18:110). Berdasarkan ayat ini dan tunjangan ayat-ayat senada, semisal “Katakan: ‘Mahasuci Tuhanku. Bukankah aku hanya seorang manusia yang diutus?” Kelompok ini percaya bahwa Nabi Muhammad saw adalah manusia biasa seperti manusia lainnya, dapat membuat kesalah-an, kekeliruan, bahkan mungkin, na’udzubillah, pelang-garan. Oleh karena itu kelompok ini menuding para pemuja Nabi saw telah berlaku berlebih-lebihan dan pengkultusan yang tidak perlu. Benarkah demikian? Untuk itu kita harus melihatnya dari berbagai sisi.

Bada’, Lauf Mahfuz, Kitabul Mubin


Apa yang dimaksud dengan badâ'', lauh mahfuz, kitabul mubin, lauh mahw wa itsbât?

************
“Badâ'” secara leksikal bermakna nampaknya (jelasnya) sesuatu setelah tersembunyi. Dan yang digunakan dalam al-Qur'an adalah makna leksikal ini: "wa badâ lahum minaLlâh mâ lam yakunu yahtasibun”; “Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan." (Qs, al-Zumar [39]: 47). Dan secara teknikal sebagian ulama berpandangan bahwa badâ' dalam urusan penciptaan (takwini) semacam nasakh dalam urusan tasyri'i (pelaksanaan syariat). Dan ia bermakna barunya sebuah "pendapat". Harus diketahui bahwa badâ' dan nasakh dari sisi Tuhan adalah sesuatu yang mustahil, lantaran hal ini meniscayakan, didahuluinya ilmu Tuhan dengan kejahilan, sementara Tuhan suci dari sifat jahil. Sebagaimana Imam Shadiq As bersabda: "Sesungguhnya Allah Swt tidak memulai sesuatu dengan kejahilan." Apa yang dapat digambarkan dari Tuhan adalah badâ' dan nasakh secara lahir; itu artinya memunculkan sesuatu bagi manusia yang tersembunyi bagi mereka sebelunya, dimana perkara ini telah diketahui oleh Tuhan semenjak azal. Dan semenjak permulaan dengan bentuk baru yang muncul ini Tuhan mengetahuinya, akan tetapi demi kemaslahatan yang dituntut pada tingkatan taklif membuat perkara itu tersembunyi bagi manusia. Kemudian sesuai kondisinya muncul dan makna ini dapat diterima oleh akal manusia.

Al-Quran dan Penghormatan Terhadap Minoritas


Firman Allah yang menyebutkan, bahwa Dia tidak membeda-bedakan diantara rasul utusan-Nya merupakan bukti, bahwa Al Quran memberikan penghormatan yang sama pada setiap agama dan nabi.
  Cendekiawan Muslim Iran, Dr. Rahim Pur Azghadi menyampaikan hal itu dalam ceramahnya pada acara Seminar yang berjudul "Perdamaian, Wanita dan Agama-agama Ilahi" serta menambahkan, bahwa seluruh penganut monoteisme harus bersatu dengan pandangan yang sama ini untuk melawan setiap bentuk pembangkangan dan penolakan atas agama.
 Beliau juga menyebutkan, bahwa kita bisa menyaksikan dengan jelas penghormatan pada setiap agama dan pemeluknya pada sejarah hidup Rasulullah saw dan para Imam Maksum as.
 menurutnya, pada zaman Rasulullah para penganut agama lain yang merupakan kelompok minorotas mendapatkan seluruh hak yang sama dengan kaum muslimin yang mayoritas. pemerintahan Islam juga menjamin keselamatan dan keamanan mereka.
 Di dalam Al Quran Surah An Nisa ayat 90m dan 91 Allah menyebutkan, bahwa jika yang datang kepada kita untuk melakukan perdamaian itu adalah orang-orang kafir, maka kaum muslimin haruslah menerima tawaran itu dan menjauhkan senjata dari tangan mereka, tegasnya.
 hal itu juga menunjukkan, bahwa kaum muslimin bukanlah yang memulai peperangan, tambahnya.
 Anggota Syura tertinggi revolusi budaya Iran ini juga menegaskan, bahwa tidak ada jihad yang dilakukan dalam sejarah yang dialamatkan kepada penganut agama ilahi. begitu pula tidak ada di dalam sabda Nabi atau para Imam yang bisa dipahami hal itu. justru sebaliknya di dalam suarah At Taubah ayat 6 disebutkan firman Allah yang mendukung apa yang kita katakan.
 Rahim Pur menambahkan, bahwa para sejarawan, baik muslim atau bukan meyakini, bahwa berkembangnya Islam secara geografis adalah karena akhlak dan spiritualitas, bukan karena kekuasaan dan pedang. pada zaman Nabi selama 23 tahun beliau memerintah hanya ada 10 peperangan dan hanya 150 orang yang terbunuh dari kaum musyrikin.
 Apa yang dilakukan oleh para penguasa bani Umayyah dan Bani Abbas tidak bisa dianggap sebagai pemerintahan Islam sehingga dianggap Islam anti agama-agama lain, tegasnya.
 Kalau memang mau melihat contoh lain selain zaman pemerintahan Nabi kita bisa saksikan sejarah kehidupan Imam Ali as dan apa yang beliau lakukan di saat memerintah, tambahnya.
Sumber: Islammuhammadi

Mengkaji Filsafat Penciptaan menurut al-Qur’an


Pada pembahasan kali ini kita akan mencoba menganalisa beberapa ayat al-Quran yang di dalamnya telah menyiratkan tentang filsafat, arah, sasaran, maksud, dan tujuan penciptaan, di antaranya, Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di muka bumi. (Qs. Al-Baqarah [2]: 30)
Dan Dia-lah yang menjadikanmu para khalifah di bumi. (Qs. Al-Anam [6]: 165)
Berdasarkan ayat-ayat di atas yang diturunkan berkaitan dengan penciptaan manusia, dikatakan bahwa tujuan dari penciptaan manusia adalah dijadikannya manusia sebagai khalifah dan penerus Tuhan.

Adakah Suatu Perubahan Pada Hukum Allah?


Abu Aqilah
Kita menyakini bahwa Allah Swt mempunyai kekuasaan mutlak untuk mengatur makhluk-Nya. Dengan dalil ini bahwa apakah Allah Swt akan memasukkan hamba-Nya yang berbuat kebajikan kedalam neraka dan memasukkan hamba-Nya yang berbuat maksiat ke dalam surga? Tidakkah Dia adalah Maha Adil , dan melakukan perbuatan-Nya sesuai dengan hikmah dan keadilan? Dan pembahasan ini terkait ke dalam penjelasan ayat berikut:
Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.” (QS. Faathir ayat 43)

Mungkinkah Melihat Tuhan Di Akhirat?


Telah ditetapkan melalui dalil akal bahwa Tuhan tidaklah memiliki jasad dan berbentuk, tidaklah menempati sebuah ruangan dan waktu. Hal ini menjadi dalil bahwa Tuhan Yang Agung adalah zat yang tidak dapat dilihat. Namun, sebahagian kalangan penafsir menyatakan bahwa Tuhan akan menampakkan dirinya di hari kiamat, mereka berdalil bahwa hamba-hamba yang soleh akan melihat wujud Tuhan di hari kiamat, melalui ayat yang berbunyi: �Kepada Tuhannyalah mereka Melihat�.[1]Apakah maksud ayat tersebut?
Adapun penglihatan adalah terbiasnya cahaya sesuatu pada lensa mata. Ketika proses pembiasan ini bekerja, maka akan terjadi ada ikatan antara yang sesuatu yang dilihat dan mata. Oleh karenanya, menjadikan sesuatu tersebut menempati pada tempat tertentu. Dan segala yang berbentuk membutuhkan sebuah tempat, dan yang membutuhkan yang lain adalah fakir. Dan ini tidak akan memiliki sifat Ketuhanan (Uluhiyah). Dari penjelasan ini maka sekiranya Tuhan bertempat, tidaklah akan melewati kemungkinan berikut ini:
1. Keberadaan tempat tersebut pada awalnya bersamaan dengan wujud Tuhan. Kalau sekiranya tempat tersebut qadim (dahulu), maka keberadaannya sama dengan keberadaan Tuhan Yang Qadim. Jadi, ada dua wujud yang qadim.
2. Sekiranya Allah Swt menciptakan tempat untuk diri-Nya sendiri. Dan kita umpakan Dia (Allah) tidak membutuhkan tempat. Dengan dalil bahwa sebelum dicitakan tempat tersebut, dia telah ada. Dengan gambaran ini, bagaimana Allah Swt tidak membutuhkan tempat , kemudian setelah itu Dia membutuhkan tempat.
Dilihat dari makna ayat, maka dapatlah kita jelaskan sebagai berikut:
Kata Nadhiro dari ayat tersebut bukanlah mempunyai makna melihat akan tetapi bermakna menunggu atau menanti. Dan maksud dari keseluruhan ayat adalah penantian rahmat dan kasih sayang Allah Swt. Ketika utusan raja Saba� mengirimkan hadiah kepada nabi Sulaiman as, disebutkan dalam al-qu�an, Allah Swt berfirman: �Dan Sesungguhnya Aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan)menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu�.[2]
Dan pengertian Nadhiro sebenarnya, bukanlah diartikan penglihatan. Maka kita mencoba penelusuri ayat diatas, dengan mengaitkan dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya. Allah Swt berfirman:
1. �Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri�.
2. �Kepada Tuhannyalah mereka Melihat�.
3. �Dan Wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram�.
4. �Mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat�.[3]
Pada keempat ayat diatas, ayat ketiga nampak berlawanan dengan ayat pertama. Dan ayat keempat juga berlawanan dengan ayat kedua. Dan pelu diperhatikan bahwa ayat keempat menghilangkan bentuk kekaburan seperti pada ayat yang kedua. Yang jelas, ayat yang pertama dan ketiga adalah pembagian atas manusia di hari kiamat. Dan ayat kedua dan keempat juga adanya penjelasan nasib perjalanan manusia dalam dua bentuk. Dari sisi lain, maka ayat keempat memaparkan tentang penantian terhadap sebuah azab, dan ayat kedua memaparkan tentang penantian terhadap rahmat Swt. Bukanlah penglihatan dan penyaksian dalam bentuk luar (dhahir).

Kesimpulan:

Dalil ayat untuk menetapkan kemungkinan Allah Swt dapat dilihat di hari kiamat, akan menyimpang dari pemahaman secara filosofis dan terhadap tujuan yang ada di dalam keempat ayat tersebut. Dari ayat, sebenarnya mengambarkan tentang pelaku ketaatan dan maksiat dan penantian keduanya terhadap nasib mereka dari turunnya rahmat Allah atau azab-Nya. Adapun penafsiran tentang penyaksian zat Al-Haq tidaklah berkaitan dengan ayat ini. [Sumber: Cahaya Islam]

[1] Al-Qiyaamah ayat 23.
[2] An-Naml ayat 35.
[3] Al-Qiyaamah ayat 22 s/d 25.

Al-Qur'an dan Penyifatan Tuhan



Sebagaimana yang telah kami katakan, mustahil bagi manusia untuk mengenal hakikat dzat Tuhan dan pengenalan atas-Nya hanya bersifat universal lewat makrifat asma dan sifat-sifat-Nya. Atas dasar ini, salah satu tujuan utama al-Qur'an yang dalam berbagai ayatnya berbincang tentang sifat-sifat Tuhan adalah melakukan re-konstruksi, memperdalam, dan memperluas pengenalan manusia terhadap Tuhan. Ratusan ayat al-Qur'an kadangkala secara langsung membahas tentang sifat-sifat Tuhan dan menyebutkan tentang asma Tuhan. Dari sebagian ayat bisa pula ditemukan adanya prinsip-prinsip universal dalam penyifatan Tuhan.


Kamis, 12 Januari 2012

Makna kata al Islam


“Al-Islam” pada ayat “Inna al-Din ‘IndaLlah al-Islam” terkadang ditakwilkan bermakna “berserah diri di hadapan Tuhan” dimana Islam di sini disebut dengan nama derivatnya (yang bermakna berserah diri), tolong Anda jelaskan masalah ini?
Islam secara leksikal bermakna totalitas penyerahan diri (taslim) tanpa reserved dan tedeng aling-aling di hadapan Tuhan. Agama merupakan penjelas segala harapan Tuhan terhadap manusia dalam bidang pemikiran, kondisi, perilaku personal dan sosial, dan juga bentuk hubungan manusia dengan dirinya, orang lain dan Tuhan.