Ketika manusia berada di barisan shalat, cahaya spritual dan zikir kepada Allah Swt menerangi horizon masyarakat dan menenangkan hati. Shalat adalah rukun utama agama, bahkan cahaya ibadah ini dapat menghalangi manusia dari kefasadan dan penyimpangan sosial.
Pada faktanya, shalat adalah harta karun berharga yang isinya menjelaskan dasar-dasar utama Islam. Shalat dapat menjaga manusia dari perbuatan zalim dan penyimpangan. Untuk itu, shalat menjaga keseimbangan kehidupan manusia baik dalam kondisi sulit maupun tidak.
Sebelumnya, telah dibahas masalah shalat jamaah. Shalat Iedul Fitri dan Iedul Adha adalah di antara shalat-shalat jamaah yang digelar secara meriah. Shalat Iedul Fitri dilakukan pada hari pertama bulan Syawal setelah mengerjakan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Pada hari itu, ummat Islam menyambut hari mulia yang juga hari berakhirnya ibadah puasa selama satu bulan penuh.
Adapun Shalat Iedul Adha dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijah yang juga puncak momentum ibadah haji. Pada hari itu, ummat Islam juga melakukan korban dengan menyembelih kambing untuk melakukan manasik haji. Umat Islam di berbagai negara dan kota melakukan shalat Iedul Adha dengan ikhlas dan menjadikannya sebagai hari berbahagia.
Dua shalat ied, Fitri dan Adha, adalah di antara hari raya penting. Untuk melakukan dua shalat ied pada setiap tahunnya, umat Islam berbondong-bondong melakukan ibadah itu di lapangan terbuka.
Umat Islam dalam shalat ied tersebut meneriakkan takbir secara kompak sambil memuji kebesaran Allah Swt. Mereka secara kompak melakukan ibadah dengan melakukan dua rakaat shalat ied.
Salah satu hal yang menarik dalam shalat Iedul Adha dan Iedul Fitri adalah membaca lima qunut dalam rakaat pertama dan empat qunut dalam rakaat kedua. Para pendiri shalat ied dalam setiap qunut memuji keagungan, kedermawanan dan kemuliaan. Selain itu, mereka juga mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw dan keluarga sucinya. Setelah selesai shalat, para pendiri shalat mengucapkan takbir dengan suara tinggi. Dalam shalat ied itu, khutbah shalat Jumat sama dengan khutbah shalat Jumat. Sama seperti shalat Jumat, shalat ied juga membahas berbagai masalah dan problema dunia Islam.
Shalat-shalat Jumat dan ied adalah di antara ibadah penting yang dikerjakan secara bersama dan kolosal. Untuk itu, pemerintah Islam bertangung jawab penuh melakukan shalat dengan semarak. Adapun bagi masyarakat di pemerintah non Islam, masyarakat bisa menggelar shalat dengan koordinasi sendiri tanpa melibatkan pemerintah setempat.
Barisan shalat jamaah dan zikir-zikir shalat dapat berpengaruh luar biasa pada pendiri shalat, bahkan dapat membantu spritualitas mereka serat mendongkrak slidaritas dan persatuan antar-umat Islam.
Pada suatu hari, kesedihan tampak pada wajah masyarakat Madinah. Para sahabat Rasulullah Saw berada di sekitar Rasulullah Saw sambil menangis. Rasulullah Saw pada hari itu kehilangan putranya, Ibrahim dari hasil pernikahan beliau dengan Mariyah. Umur Ibrahim tidak berlangsung lama. Pada umur 18 bulan, Allah Swt sudah mencabut nyawa anak yang juga disayangi dan dicintai Rasulullah Saw. Meninggalnya Ibrahim benar-benar membuat Rasulullah Saw sedih. Dalam kondisi seperti itu, Rasulullah Saw bersabda, "Mata menangis dan hati bersedih, tapi saya tidak akan mengucap kata-kata yang membuat Allah Swt marah. Akan tetapi ketahuilah bahwa kita sedih karena meninggalnya Ibrahim."
Kemudian Rasulullah Saw mengeluarkan perintah supaya anaknya, Ibrahim, dimandikan dan dikuburkan di Baqi. Saat itu pula, tiba-tiba terjadi gerhana matahari. Para sahabat pun gelisah melihat kondisi itu. Mereka berpikir bahwa gerhana itu terjadi karena meninggalnya anak Rasulullah Saw. Opini liar begitu cepat berkembang di tengah masyarakat. Memahami pandangan keliru masyarakat, Rasulullah Saw mengumpulkan para sahabat dan naik mimbar. Setelah mengucapkan pujian kepada Allah Swt, Rasulullah Saw bersabda, "Wahai umat, matahari dan bulan adalah di antara tanda kebesaran ilahi yang bergerak atas perintah Allah Swt dan patuh kepada-Nya. Gerhana matahari dan bulan bukan terjadi karena hidup dan meninggalnya seseorang. Jika gerhana terjadi, maka shalatlah."
Setelah berbicara di mimbar, Rasulullah Saw turun dari mimbar dan mengerjakan shalat bersama para sahabatnya.
Tak diragukan lagi, dunia ini seringkali diliputi berbagai fenomena malam seperti gerhana bulan, gerhana matahari, gempa, topan dan petir. Menurut pandangan Islam, kajadian seperti itu termasuk fenomena alam. Hukum alam menyebutkan bahwa peristiwa semacam itu sudah diatur sedemikian dengan perhitungan yang tepat. Untuk itu, semua peristiwa alam mengandung hikmah yang luar biasa. Manusia sudah sewajarnya merenungkan peristiwa ini dan menjauhkan pikiran dari khayalan keliru.
Allah Swt memberikan manusia kekuatan luar biasa yang berupa akal sehingga dapat berpikir untuk menyaksikan fenomena malam. Dalam Islam, shalat ayat diwajibkan bagi setiap muslim ketika peristiwa alam seperti gerhana, topan, gempa dan lain-lain terjadi. Dengan cara itu, manusia dapat merenungkan fenomena alam dengan baik tanpa disusupi khayalan dan asumsi keliru.
Shalat ayat seperti shalat subuh, yakni dua rakaat dengan perbedaan mencolok. Perbedaan itu terdapat pada lima ruku dalam shalat ayat. Shalat ayat mempunyai dua rakaat , tapi rukunya berjumlah lima kali. Dalam shalat ayat, seseorang melakukan shalat dengan membaca al-Fatihah dan surat, yang kemudian berdiri dari ruku dan membaca kembali surat al-Fatihah dan surat. Hal itu terus dilakukan hingga lima kali ruku. Cara yang sama juga dilakukan pada rakaat kedua.
Imam Shadiq as berkata, "Gempa, gerhana bulan dan matahari, serta topan adalah di antara tanda kiamat. Kalian setiap kali melihat peristiwa-peristiwa itu, ingatlah kiamat dan berlindunglah ke masjid-masjid, serta shalatlah."
Shalat ayat adalah salah satu shalat wajib. Jika seseorang tidak dapat melakukan shalat saat kejadian, maka shalat itu bisa dilakukan di lain waktu. (IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar