Adapun detail mengenai pembicaraan badan intelijen tiga negara itu muncul setelah John Bolton, mantan dubes AS untuk PBB, mengatakan kepada sebuah pertemuan analis intelijen bahwa Riyadh pasti menyetujui penggunaan udara Saudi.
Terbukanya fakta tersebut menyusul sebuah laporan media pada Juli lalu, yang menduga Pemerintahan Saudi telah menyetujui penggunaan wilayah udaranya bagi Israel.
Di saat para pejabat Saudi membantah memiliki hubungan diplomatik dengan Tel Aviv, sumber di Kementerian Pertahanan Israel membenarkan bahwa badan mata-mata Mossad memelihara hubungan kerja dengan Kerajaan Saudi.
Sebelumnya Iran mengungkapkan tengah membangun fasilitas pengaya uranium kedua di dekat kota suci Qom. Menurut laporan, baik Tel Aviv maupun Riyadh sama-sama menganggap fasilitas nuklir itu sebagai ancaman besar.
Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, Presiden AS Barack Obama, dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy telah mengingatkan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad bahwa dia harus mengizinkan masuknya pengawas persenjataan atau akan menghadapi sanksi. Soal itu, Ahmadinejad sama sekali tidak keberatan.
Iran telah menyampaikan pembangunan pabrik pengaya uranium itu dalam suratnya kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada 21 September. Fasilitas baru itu dapat memproduksi uranium yang diperkaya hingga 5 persen.
Surat tersebut dikirim 12 bulan lebih cepat dibandingkan ketentuan IAEA yang mewajibkan negara-negara anggotanya mengumumkan pembangunan fasilitas baru.
Harian Inggris Daily Express menyebutkan kemungkinan serangan Israel terhadap Iran telah meningkat signifikan setelah Teheran mengumumkan rencana meluncurkan fasilitas pengaya uranium kedua di Kota Qom itu.
Pemerintahan Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berulang kali mengancam akan memborbardir fasilitas pengaya uranium Iran. Tel Aviv menuduh Teheran mengembangkan senjata nuklir. Namun tuduhan itu telah dibantah oleh Iran maupun IAEA sebagai pengawas nuklir di bawah PBB yang telah melakukan 21 kali pemeriksaan.
IAEA dalam laporannya mengonfirmasi bahwa Iran hanya memperkaya uranium-235 ke level kurang dari 5 persen. Uranium, yang merupakan bahan bakar pembangkit nuklir, dapat digunakan untuk tujuan militer hanya jika diperkaya hingga level di atas 90 persen.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh Center for Strategic and International Studies, pertempuran antara Iran dan Israel dapat mengakibatkan kematian hingga 6 juta jiwa.(jri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar