Isu ini terangkat kala sebagian umat islam mengaku pengikut Rasulillah Saww justru memusyriknya ayahanda Rasulullah Saww. (Innalillah..)
Dalam menjawabnya saya sampaikan 2 jawaban sekaligus bahwa :
Nama ayahanda Rasulullah Saww adalah Sayyidina Abdullah bin Abdul Muthalib r.a yang artinya Hamba ALLAH.
Definisinya jelas bahwa ayahanda Rasul Saww sangat mengenal ALLAH AWJ karena nama ini yang membedakan antara penyembah berhala dengan penyembah Illah SWT.
Contoh Nama nama Jahiliyah (mirip mirip Tuhan mereka Latta dan Udza): Uta, Abul Udza, dll
Jadi jelaslah bahwa Ayahanda Mulia Ar Rasul Saww bukan seperti claim mereka..!
Ayah Nabi Ibrahim As tidak Kafir
Banyak orang yang memaknai bahwa Azar adalah ayahnya Nabi Ibrahim demi memuluskan upaya mereka menampilkan ‘cacatnya’ Nasab Nabi Saww.
Namun sekali Lagi Hujjah ALLAH AWJ membungkam sekaligus membongkar kebohongan bertingkat kaum hipokrit pendengki Ar Rasul Saww..
Dalam Nasab Umum inilah Nasab Ayahanda Rasul Saww :
Sayyidina Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim (AMR) bin ‘Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu ‘ Ayy ... bin Isma ‘ell (Ismail) bin ibrahim bin Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh bin Lamik bin Metusyalih bin Idris bin Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S
Rantai Nasab diatas ada Nama Azar {tarih}
sesungguhnya keduanya adalah orang yang berbeda. Azaar adalah paman Nabi Ibrahim yang bekerja tuk Namrud dalam membuat Patung. Sedang Tarikh adalah Ayahanda Nabi Ibrahim As.
Lamanya sejarah serta berlapisnya pengkaburan membuat orang sulit mencari jawaban siapa Ayah Nabi Ibrahim As sebenarnya, Padahal Jawabannya ada di Depan mata
Kuncinya ada pada QS al An’am ayat 74 dalam kata Ab’ (ayah dalam makna luas)
Penggunaannya :
Abu jabir (ayah Jabir) Abu Abdillah (ayah Hamba Allah) atau :
Abaaika (Kakek)
metode ini sederhana, namun banyak yang tidak faham, artinya penggunakaan kata ab’ pada orang tertentu tidak menyatakan bahwa orang tersebut adalah Ayah dalam nasab.
Dalil yang dijadikan sebagai dasar pengkafiran ayah Nabi Ibrahim adalah ayat yang menyebutkan Azar sebagai ” ab ” Ibrahim. Misalnya :
”Ingatlah ( ketika ), Ibrahim berkata kepada ” ab “nya Azar, ” Apakah anda menjadikan patung-patung sebagai tuhan ?. Sesungguhnya Aku melihatmu dan kaummu berada pada kesesatan yang nyata“.( al An’am 74 ).
Atas dasar ayat ini, ayah Ibrahim yang bernama Azar adalah seorang kafir dan sesat. Kemudian ayat lain yang memuat permohonan ampun Ibrahim untuk ayahnya ditolak oleh Allah dikarenakan dia adalah musuh Allah ( al Taubah 114). Dalam menarik kesimpulan dari ayat di atas dan sejenisnya bahwa ayah nabi Ibrahim adalah seorang kafir sungguh sangat terlalu tergesa-gesa, karena kata ” abun ” dalam bahasa Arab tidak hanya berarti ayah kandung saja.
Kata ab’ bisa juga berarti, ayah tiri, paman, dan kakek.
contoh lain : Misalnya al Qur’an menyebutkan Nabi Ismail sebagai ” ab ” Nabi Ya’kub as., padahal beliau adalah paman Nabi Ya’kub as.
“Adakah kalian menyaksikan ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia bertanya kepada anak-anaknya, ” Apa yang kalian sembah sepeninggalku ? “. Mereka menjawab, ” Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, Tuhan yang Esa, dan kami hanya kepadaNya kami berserah diri “.( al Baqarah 133 )
Dalam ayat ini dengan jelas kata “aabaaika ” bentuk jama’ dari ” ab ” berarti kakek ( Ibrahim dan Ishak ) dan paman ( Ismail ).
Dan juga kata ” abuya ” atau ” buya ” derivasi dari ” ab ” sering dipakai dalam ungkapan sehari-hari bangsa Arab dengan arti guru, atau orang yang berjasa dalam kehidupan, termasuk panggilan untuk almarhum Buya Hamka, misalnya.
Dari keterangan ringkas ini, kita dapat memahami bahwa kata ” ab ” tidak hanya berarti ayah kandung, lalu bagaimana dengan kata ” ab ” pada surat al An’am 74 dan al Taubah 114 ?
Dengan melihat ayat-ayat yang menjelaskan perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim as. akan jelas bahwa seorang yang bernama ” Azar “, penyembah dan pembuat patung, bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan pamannya atau ayah angkatnya atau orang yang sangat dekat dengannya dan Ia adalah pembuat Patung untuk Raja Namrud
Pada permulaan dakwahnya, Nabi Ibrahim as. mengajak Azar sebagai orang yang dekat dengannya, “Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka Tuhan yang Maha Pemurah ” ( Maryam 44 ).
Namun Azar menolak dan bahkan mengancam akan menyiksa Ibrahim. Kemudian dengan amat menyesal beliau mengatakan selamat jalan kapada Azar, dan berjanji akan memintakan ampun kepada Allah untuk Azar. ” Berkata Ibrahim, ” Salamun ‘alaika, aku akan memintakan ampun kepada Tuhanku untukmu ” ( Maryam 47 ).
Kemudian al Qur’an menceritakan bahwa Nabi Ibrahim As menepati janjinya untuk memintakan ampun untuk Azar seraya berdoa,
” Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan gabungkan aku bersama orang-orang yang saleh. Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. Jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah ayahku ( abii ), sesungguhnya ia adalah termasuk golongan yang sesat. Jangnlah Kamu hinakan aku di hari mereka dibangkitkan kembali, hari yang mana harta dan anak tidak memberikan manfaat kecuali orang yang menghadapi Allah dengan hati yang selamat “.(al Syua’ra 83-89 ).
Allamah Thaba’thabai menjelaskan bahwa kata ” kaana ” dalam ayat ke 86 menunjukkan bahwa doa ini diungkapkan oleh Nabi Ibrahim as. setelah kematian Azar dan pengusirannya kepada Nabi Ibrahim as. ( Tafsir al Mizan 7/163).
Setelah Nabi Ibrahim as. mengungkapkan doa itu, dan itu sekedar menepati janjinya saja kepada Azar, Allah AWJ menyatakan bahwa tidak layak bagi seorang Nabi memintakan ampun untuk orang musyrik, maka beliau berlepas tangan ( tabarri ) dari Azar setelah jelas bahwa ia adalah musuh Allah swt. (lihat surat al Taubah 114 )
Walid = Ayah Nasab (kandung)
* Bedakan dengan kata walid (sebutan ayah dalam makna nasab/ kandung) seperti doa yang diajarkan Khalil ALLAH Ibrahim As. dan Doa ini muktabar di kalangan kita. Jelaslah bahwa Walid menunjukkan bahwa ia menuju pada Orang tua asli (kandung)
Ketika Nabi Ibrahim datang ke tempat suci Mekkah dan bersama keturunan membangun kembali ka’bah, beliau berdoa,
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua walid- ku dan kaum mukminin di hari tegaknya hisab”( Ibrahim 41 ).
Kata ” walid ” hanya mempunyai satu makna yaitu yang melahirkan.
Dan yang dimaksud dengan ” walid ” disini tidak mungkin Azar, karena Nabi Ibrahim telah ber-tabarri (berlepas diri) dari Azar setelah mengetahui bahwa ia adalah musuh Allah (al taubah 114)
Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan walid disini adalah orang tua yang melahirkan beliau, dan keduanya adalah orang-orang yang beriman. Selain itu, kata walid disejajarkan dengan dirinya dan kaum mukminin, yang mengindikasikan bahwa walid- beliau bukan kafir. Ini alasan yang pertama.
* Alasan yang kedua, adalah ayat yang berbunyi, ” Dan perpindahanmu ( taqallub) di antara orang-orang yang sujud “.( al Syua’ra 219 ). Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa diri nabi Muhammad saww. berpindah-pindah dari sulbi ahli sujud ke sulbi ahli sujud.
Artinya ayah-ayah Nabi Muhammad dari Abdullah sampai Nabi Adam adalah orang-orang yang suka bersujud kepada Allah. (lihat tafsir al Shofi tulisan al Faidh al Kasyani 4/54 dan Majma’ al Bayan karya al Thabarsi 7/323 ).
Nabi Ibrahim as. beserta ayah kandungnya termasuk kakek Nabi Muhammad saww. Dengan demikian, ayah kandung Nabi Ibrahim as. adalah seorang yang ahli sujud kepada Allah swt.
Tentu selain alasan-alasan di atas, terdapat bukti-bukti lain dari hadis Nabi yang menunjukkan bahwa ayah kandung Nabi Ibrahim as. bukan orang kafir.
Hingga timbul Pertanyaan Besar Siapa Ayah kandung Nabi Ibrahim As ?
As Sayyid Nikmatullah al Jazairi menjawabnya dalam kitab an Nur al Mubin fi Qashash al An biya wal Mursalin hal 270 mengutip az Zujjaj bahwa Ayahanda Nabi Ibrahim As bernama Tarikh
Salam atas Khalil ALLAH yang suci.. Salam atas Nabi ALLAH Ibrahim alaihissalam..
Source : Dinukil dari Buletin al Jawad edisi 1421 dan Kitab Adam hingga Isa (Sayyid Jazairi)
Dalam menjawabnya saya sampaikan 2 jawaban sekaligus bahwa :
Nama ayahanda Rasulullah Saww adalah Sayyidina Abdullah bin Abdul Muthalib r.a yang artinya Hamba ALLAH.
Definisinya jelas bahwa ayahanda Rasul Saww sangat mengenal ALLAH AWJ karena nama ini yang membedakan antara penyembah berhala dengan penyembah Illah SWT.
Contoh Nama nama Jahiliyah (mirip mirip Tuhan mereka Latta dan Udza): Uta, Abul Udza, dll
Jadi jelaslah bahwa Ayahanda Mulia Ar Rasul Saww bukan seperti claim mereka..!
Ayah Nabi Ibrahim As tidak Kafir
Banyak orang yang memaknai bahwa Azar adalah ayahnya Nabi Ibrahim demi memuluskan upaya mereka menampilkan ‘cacatnya’ Nasab Nabi Saww.
Namun sekali Lagi Hujjah ALLAH AWJ membungkam sekaligus membongkar kebohongan bertingkat kaum hipokrit pendengki Ar Rasul Saww..
Dalam Nasab Umum inilah Nasab Ayahanda Rasul Saww :
Sayyidina Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim (AMR) bin ‘Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu ‘ Ayy ... bin Isma ‘ell (Ismail) bin ibrahim bin Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh bin Lamik bin Metusyalih bin Idris bin Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S
Rantai Nasab diatas ada Nama Azar {tarih}
sesungguhnya keduanya adalah orang yang berbeda. Azaar adalah paman Nabi Ibrahim yang bekerja tuk Namrud dalam membuat Patung. Sedang Tarikh adalah Ayahanda Nabi Ibrahim As.
Lamanya sejarah serta berlapisnya pengkaburan membuat orang sulit mencari jawaban siapa Ayah Nabi Ibrahim As sebenarnya, Padahal Jawabannya ada di Depan mata
Kuncinya ada pada QS al An’am ayat 74 dalam kata Ab’ (ayah dalam makna luas)
Penggunaannya :
Abu jabir (ayah Jabir) Abu Abdillah (ayah Hamba Allah) atau :
Abaaika (Kakek)
metode ini sederhana, namun banyak yang tidak faham, artinya penggunakaan kata ab’ pada orang tertentu tidak menyatakan bahwa orang tersebut adalah Ayah dalam nasab.
Dalil yang dijadikan sebagai dasar pengkafiran ayah Nabi Ibrahim adalah ayat yang menyebutkan Azar sebagai ” ab ” Ibrahim. Misalnya :
”Ingatlah ( ketika ), Ibrahim berkata kepada ” ab “nya Azar, ” Apakah anda menjadikan patung-patung sebagai tuhan ?. Sesungguhnya Aku melihatmu dan kaummu berada pada kesesatan yang nyata“.( al An’am 74 ).
Atas dasar ayat ini, ayah Ibrahim yang bernama Azar adalah seorang kafir dan sesat. Kemudian ayat lain yang memuat permohonan ampun Ibrahim untuk ayahnya ditolak oleh Allah dikarenakan dia adalah musuh Allah ( al Taubah 114). Dalam menarik kesimpulan dari ayat di atas dan sejenisnya bahwa ayah nabi Ibrahim adalah seorang kafir sungguh sangat terlalu tergesa-gesa, karena kata ” abun ” dalam bahasa Arab tidak hanya berarti ayah kandung saja.
Kata ab’ bisa juga berarti, ayah tiri, paman, dan kakek.
contoh lain : Misalnya al Qur’an menyebutkan Nabi Ismail sebagai ” ab ” Nabi Ya’kub as., padahal beliau adalah paman Nabi Ya’kub as.
“Adakah kalian menyaksikan ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia bertanya kepada anak-anaknya, ” Apa yang kalian sembah sepeninggalku ? “. Mereka menjawab, ” Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, Tuhan yang Esa, dan kami hanya kepadaNya kami berserah diri “.( al Baqarah 133 )
Dalam ayat ini dengan jelas kata “aabaaika ” bentuk jama’ dari ” ab ” berarti kakek ( Ibrahim dan Ishak ) dan paman ( Ismail ).
Dan juga kata ” abuya ” atau ” buya ” derivasi dari ” ab ” sering dipakai dalam ungkapan sehari-hari bangsa Arab dengan arti guru, atau orang yang berjasa dalam kehidupan, termasuk panggilan untuk almarhum Buya Hamka, misalnya.
Dari keterangan ringkas ini, kita dapat memahami bahwa kata ” ab ” tidak hanya berarti ayah kandung, lalu bagaimana dengan kata ” ab ” pada surat al An’am 74 dan al Taubah 114 ?
Dengan melihat ayat-ayat yang menjelaskan perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim as. akan jelas bahwa seorang yang bernama ” Azar “, penyembah dan pembuat patung, bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan pamannya atau ayah angkatnya atau orang yang sangat dekat dengannya dan Ia adalah pembuat Patung untuk Raja Namrud
Pada permulaan dakwahnya, Nabi Ibrahim as. mengajak Azar sebagai orang yang dekat dengannya, “Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka Tuhan yang Maha Pemurah ” ( Maryam 44 ).
Namun Azar menolak dan bahkan mengancam akan menyiksa Ibrahim. Kemudian dengan amat menyesal beliau mengatakan selamat jalan kapada Azar, dan berjanji akan memintakan ampun kepada Allah untuk Azar. ” Berkata Ibrahim, ” Salamun ‘alaika, aku akan memintakan ampun kepada Tuhanku untukmu ” ( Maryam 47 ).
Kemudian al Qur’an menceritakan bahwa Nabi Ibrahim As menepati janjinya untuk memintakan ampun untuk Azar seraya berdoa,
” Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan gabungkan aku bersama orang-orang yang saleh. Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. Jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah ayahku ( abii ), sesungguhnya ia adalah termasuk golongan yang sesat. Jangnlah Kamu hinakan aku di hari mereka dibangkitkan kembali, hari yang mana harta dan anak tidak memberikan manfaat kecuali orang yang menghadapi Allah dengan hati yang selamat “.(al Syua’ra 83-89 ).
Allamah Thaba’thabai menjelaskan bahwa kata ” kaana ” dalam ayat ke 86 menunjukkan bahwa doa ini diungkapkan oleh Nabi Ibrahim as. setelah kematian Azar dan pengusirannya kepada Nabi Ibrahim as. ( Tafsir al Mizan 7/163).
Setelah Nabi Ibrahim as. mengungkapkan doa itu, dan itu sekedar menepati janjinya saja kepada Azar, Allah AWJ menyatakan bahwa tidak layak bagi seorang Nabi memintakan ampun untuk orang musyrik, maka beliau berlepas tangan ( tabarri ) dari Azar setelah jelas bahwa ia adalah musuh Allah swt. (lihat surat al Taubah 114 )
Walid = Ayah Nasab (kandung)
* Bedakan dengan kata walid (sebutan ayah dalam makna nasab/ kandung) seperti doa yang diajarkan Khalil ALLAH Ibrahim As. dan Doa ini muktabar di kalangan kita. Jelaslah bahwa Walid menunjukkan bahwa ia menuju pada Orang tua asli (kandung)
Ketika Nabi Ibrahim datang ke tempat suci Mekkah dan bersama keturunan membangun kembali ka’bah, beliau berdoa,
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua walid- ku dan kaum mukminin di hari tegaknya hisab”( Ibrahim 41 ).
Kata ” walid ” hanya mempunyai satu makna yaitu yang melahirkan.
Dan yang dimaksud dengan ” walid ” disini tidak mungkin Azar, karena Nabi Ibrahim telah ber-tabarri (berlepas diri) dari Azar setelah mengetahui bahwa ia adalah musuh Allah (al taubah 114)
Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan walid disini adalah orang tua yang melahirkan beliau, dan keduanya adalah orang-orang yang beriman. Selain itu, kata walid disejajarkan dengan dirinya dan kaum mukminin, yang mengindikasikan bahwa walid- beliau bukan kafir. Ini alasan yang pertama.
* Alasan yang kedua, adalah ayat yang berbunyi, ” Dan perpindahanmu ( taqallub) di antara orang-orang yang sujud “.( al Syua’ra 219 ). Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa diri nabi Muhammad saww. berpindah-pindah dari sulbi ahli sujud ke sulbi ahli sujud.
Artinya ayah-ayah Nabi Muhammad dari Abdullah sampai Nabi Adam adalah orang-orang yang suka bersujud kepada Allah. (lihat tafsir al Shofi tulisan al Faidh al Kasyani 4/54 dan Majma’ al Bayan karya al Thabarsi 7/323 ).
Nabi Ibrahim as. beserta ayah kandungnya termasuk kakek Nabi Muhammad saww. Dengan demikian, ayah kandung Nabi Ibrahim as. adalah seorang yang ahli sujud kepada Allah swt.
Tentu selain alasan-alasan di atas, terdapat bukti-bukti lain dari hadis Nabi yang menunjukkan bahwa ayah kandung Nabi Ibrahim as. bukan orang kafir.
Hingga timbul Pertanyaan Besar Siapa Ayah kandung Nabi Ibrahim As ?
As Sayyid Nikmatullah al Jazairi menjawabnya dalam kitab an Nur al Mubin fi Qashash al An biya wal Mursalin hal 270 mengutip az Zujjaj bahwa Ayahanda Nabi Ibrahim As bernama Tarikh
Salam atas Khalil ALLAH yang suci.. Salam atas Nabi ALLAH Ibrahim alaihissalam..
Source : Dinukil dari Buletin al Jawad edisi 1421 dan Kitab Adam hingga Isa (Sayyid Jazairi)
Kasihan muslim saat ini terkenna kutuk di Timur Tenagah sesama islam saling membunuh...
BalasHapusdan Muhammad pernah ucapkan...UMATKU...UMATKU...UMATKU
kELIHATANNYA islam AKAN HANCUR DARI DALAM MELALUI SYIAH MEMBUNUH SUNNIH