|
|||||
(Bimbingan Menjadi Orang yang Berbudi Mulia) Oleh: Syaikh Abbas Al-Qummy Penerjemah: Abu Qurba Amin Judul asli: Khamsuna Darsan fil Akhlak |
|
|
Pengantar penerjemah Pengantar peneliti Sekilas riwayat hidup Syaikh Abbas Al-Qummy Mukadimah penulis Pelajaran pertama: Khauf dan khasyyah Pelajaran kedua : Al-Raja' (Harapan) Pelajaran ketiga : Girah dan Himyah (Cemburu dan Memelihara) Pelajaran keempat : Tercelanya tergesa-gesa Pelajaran kelima : Ghadab (Marah) Pelajaran keenam : Al-Hilmu (Lembut) Pelajaran ketujuh : Al-'Afwu (Memaafkan) Pelajaran kedelapan : Al-Rifqu (Lemah lembut) Pelajaran kesembilan : Akhlak Buruk Pelajaran kesepuluh : Permusuhan dan Caci Maki Pelajaran kesebelas : Ujub (Bangga diri) Pelajaran kedua belas : Takabbur (Angkuh) dan Tawadhu (Rendah Hati) Pelajaran ketiga belas : Al-Qasawah (Keras hati) Pelajaran keempat belas : Asy-Syarrah (Keburukan) Pelajaran kelima belas : Hubb ad-Dunya (Cinta dunia) Pelajaran keenam belas : Al-Faqr (Fakir) Pelajaran ketujuh belas : Memohon Pelajaran kedelapan belas : Al-Hirsh (Rakus) Pelajaran kesembilan belas : Tamak (Serakah) Pelajaran kedua puluh : Bakhil (Kikir) Pelajaran kedua puluh satu : As-Sakho (Murah hati) Pelajaran kedua puluh dua : Menghindari harta haram Pelajaran kedua puluh tiga : Percakapan yang Tidak Bermanfaat. Pelajaran kedua puluh empat : Hasad (Iri hati) Pelajaran kedua puluh lima : Merendahkan orang lain Pelajaran kedua puluh enam : Dzalim dan kasar Pelajaran kedua puluh tujuh : Memenuhi hajat muslimin Pelajaran kedua puluh delapan : Membahagiakan hati mukmin Pelajaran kedua puluh sembian: Amr ma'ruf dan nahi munkar Pelajaran ketiga puluh : Kekeluargaan Pelajaran ketiga puluh satu : Silaturahmi Pelajaran ketiga puluh dua : Menyakiti kedua orang tua Pelajaran ketiga puluh tiga : Perhatian kepada tetangga Pelajaran ketiga puluh empat : Mencari aib orang lain Pelajaran ketiga puluh lima : Menjaga rahasia Pelajaran ketiga puluh enam : Menggunjing Pelajaran ketiga puluh tujuh : Kegirangan Pelajaran ketiga puluh delapan : Bertengkar dan berdebat Pelajaran ketiga puluh sembilan : Mengolok-olok dan mengejek Pelajaran keempat puluh : Berlebihan dalam bercanda Pelajaran keeempat puluh satu : Ghibah Pelajaran keempat puluh dua : Bohong Pelajaran keempat puluh tiga : Bahaya lisan Pelajaran keempat puluh empat : Hubburiyasah (Cinta Kekuasaan) Pelajaran keempat puluh lima : Khumul (Tak ingin dikenal) Pelajaran keempat puluh enam : Riya' (Pamer) Pelajaran keempat puluh tujuh : Panjang angan-angan Pelajaran keempat puluh delapan : Ridha Pelajaran keempat puluh sembilan : Sabar Pelajaran kelima puluh : Syukur Penutup |
|
Pengantar penerjemah
Beberapa bulan silam, hamba yang dha'if ini diminta oleh salah seorang rekan karib -yang aktif dalam bidang dakwah dan membantu berbagai kesulitan kaum dhu'afa dan fakir miskin- untuk menterjemahkan sebuah kitab akhlak yang ukurannya nampak kecil dan ringkas, namun isinya penuh dengan berbagai mutiara indah dan mahal harganya. Akhuna Syaikh Abu Zahra, terus saja mendesak hamba untuk segera melakukan usaha penerjemahan kutaib tersebut. Dengan rasa berat hati, mengingat saya sendiri belum mampu mengamalkan sebagian kecil isi dan kandungan kutaib tersebut, apalagi memahami dan mengamalkan seluruh yang dituangkan di dalam kutaib tersebut. Di samping itu pula banyaknya kesibukan, baik yang berhubungan dengan studi mapun aktivitas lainnya yang berupa situs, ta'lif, terjemah istiftaat, dll.
Ya, akhirnya -dengan bertawakal kepada Allah Swt dan dengan tujuan ishlahu nafsiy- permohonan itu saya kabulkan. Dan dengan bantuan istri Muhammad Adlany, akhirnya terjemahan ini dapat kami rampungkan juga, walaupun tentunya masih banyak kekurangan di sana-sini. Kepada Akhi ustadz Muhammad Adlany sekeluarga, saya ucapkan banyak terimakasih yang telah banyak membatu saya, baik dalam menerjemahkan kutaib ini maupun kegiatan terjemahan lainnya, seperti di situs : www.telagahikmah.org, www.albalaghalmobeen.net, di daftar Rahbar Hf dan lain-lain.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga -secara khusus- saya sampaikan kepada Umu Qurba tercinta, puteri mertua saya, yang telah banyak mengorbankan tenaga, pikiran dan waktunya demi membantu ayah kedua orang puteranya (Ahmad Zainal Qurba Amin dan Muhammad Baqir Amin) dalam menjalankan berbagai aktivitas, baik di hauzah maupun di masyarakat sekitar.
Pahala sederhana yang mungkin saya peroleh dari upaya menerjemahkan kutaib ini, saya hadiahkan kepada penghulu seluruh wanita alamin, buah hati dan belahan dada Rasulullah Saw, Ummul Hasanain As; Fatimah Az-Zahra (salamullahi 'alaiha). Dengan wasilah ini saya berharap kiranya beliau pun sudi memberikan bantuan dan syafa'atnya kepada Ummu Qurba tercinta sekeluarga, baik selama hayat di alam fana ini, maupun di alam barzakh dan pada hari ketika semua amal ibadah dihisab. Amin……
Harapan dan doa saya, semoga kiranya usaha penerjemahan kandungan kutaib akhlak yang berat ini menjadi pemicu saya dan keluarga untuk dapat sedikit demi sedikit memahami dan mengamalkannya. Dan menjadi bekal yang berharga bagi kami dan pembaca budiman lainnya untuk kembali ke wathan asli (alam akhirat). Tak lupa pula kami senantiasa mohon doa dari para pembaca yang budiman agar kami diberikan karunia Khusnul Khatimah dalam kehidupan di dunai yang fana ini.
Akhirul kalam, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Qum al-Muqaddasah
Akhir Dzul Qa'dah 1426 H
Al-Ahqar: Abu Qurba Amin
Pengantar Peneliti
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah Swt yang mengatur alam semesta. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad Saw dan seluruh keluarganya yang suci dan mulia ( alaihim salamullahi ajma'in ) dan semoga pula laknat dan kutukan Allah Swt senantiasa ditimpakan kepada musuh-musuh mereka sejak sekarang sampai tiba hari kiamat.
Amin Ya Rabbal Alamin……
Ilmu akhlak merupakan persoalan sosial yang paling utama. Bahkan akhlak merupakan pondasi kehidupan sosial. Karena suatu masyarakat dan bangsa akan jaya dan maju dengan mengamalkan nilai-nilai akhlak yang luhur, bukan dengan kebudayaannya dan bukan pula dengan usianya yang tua. Tanpa menjunjung nilai-nilai akhlak, kehidupan umat manusia akan sirna dan bumi ini akan menjadi hutan belantara yang dikuasai oleh orang-orang yang kuat, sementara mereka yang lemah akan hidup teraniaya sepanjang hayatnya.
Sesungguhnya akhlak dapat dijadikan sebagai tolok ukur dan barometer bagi hal-hal lainnya. Setiap orang yang mengkaji perilaku Ahlul Bait As dan riwayat-riwayat mereka, pasti mengetahui bahwa ahklak yang baik akan menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam surga di akhirat kelak. Sedangkan di dunia, akhlak merupakan wasilah untuk meningkatkan derajat seseorang kepada kesempurnaan.
Rasulullah Saw diutus untuk seluruh umat manusia pada masa di mana kesesatan, kerusakan dan kebingungan menyelimuti seantero jagat raya. Beliau bersabda:
"Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak dan budi pekerti yang mulia"
Beliau Saw mengetahui betul akan hakikat akhlak mulia dan sejauh mana pengaruhnya terhadap masyarakat dan sosial. Mengingat pentingnya akhlak dan peranannya yang aktif dalam jiwa setiap manusia, maka kita lihat bahwa Allah Swt memuji rasul-Nya yang mulia dengan akhlaknya yang baik. Allah Swt. berfirman:
"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung".
Beliau Saw merupakan manusia maksum yang sempurna dalam segala hal dan dimensi. Ketika beliau berada pada titik kesempurnaan insaniahnya yang tinggi, Allah Swt memilih beliau sebagai kekasih-Nya dan memujinya dengan ungkapan yang ringkas tetapi mengandung nilai yang begitu tinggi dan makna yang dalam dengan ungkapan : "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung".
Oleh karena itu betapa agung dan mulia nilai akhlak yang baik di sisi Allah Swt sehingga Dia memilihnya dengan seluruh sifat-sifat dan kesempurnaan nabawiyah. Di samping itu kita perhatikan -di sepanjang perjalanan sejarah kehidupan manusia- bahwa sesungguhnya orang-orang yang berakhlak mulia memiliki nama baik dan harum yang abadi di tengah-tengah masyarakatnya lantaran akhlak dan budi pekertinya yang luhur. Dan mereka senantiasa dikenal oleh generasi berikutnya di sepanjang hari dan tahun. Sebaliknya orang-orang yang berakhlak buruk senantiasa menerima hujan laknat dan kutukan di sepanjang sejarah akibat akhlak mereka yang buruk dan hati mereka yang keras. Oleh karena itu kita melihat bahwa para ulama yang mengetahui rahasia dan kemuliaan berusaha menyebarluaskan akhlak di tengah-tengah masyarakat, mereka berupaya keras untuk menulis dan menyusun berbagai macam kitab akhlak di sepanjang kurun dan waktu. Di antara mereka adalah:
1. Aminul Islam Fadl bin Hasan At Tabarsi, penulis kitab tafsir Majma'ul Bayan. Beliau termasuk ulama yang hidup pada abad ke 6 Hijriyah dan wafat pada tahun 548 H. Beliau menyusun sebuah kitab akhlak yang berjudul al-Adabu Diniyyah (Adab-adab Agama).
2. Ibnu Aminul Islam Radliyuddin abi Nashr At Tabarsi. Beliau menulis sebuah kitab yang cukup terkenal yang diberi nama Makarimul Akhlak (Akhlak-akhlak yang mulia).
3. Putra penulis kitab Makarimul Akhlak yang bernama Abil Fadl 'Ali at Tabarsi yang wafat pada permulaan abad ke 7 Hijriyah. Beliau menulis sebuah kitab yang diberi nama Misykatul Anwar fi Ghuraril Akhbar.
4. Hujjah Nashiruddin Thusi yang wafat pada th. 672 Hijriyah. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama Aushaful Asyraf (Sifat-sifat orang mulia).
5. Muhammad bin Muhammad As Sabzawari, ulama yang hidup pada abad ke 7 Hijriyah. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama Jami'ul Akhbar (Penghimpun riwayat-riwayat).
6. 'Allamah Muhammad Baqir Al Majlisi, penulis kitab Biharul Anwar. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama Khilyatul Muttaqin (Hiasan orang-orang taqwa).
7. Al Faidh Al Kasyani. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama al- Mahajjatul Baidha.
8. As Syaikh Al Jalil Muhammad Mahdi An Niraqy yang wafat pada tahun 1209 H. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama Jami'u as- Sa'adah ( Penghimpun Kebahagiaan).
9. As Sayid Abdullah Syubbar yang wafat pada tahun 1232 Hijriyah. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama al Akhlak.
10. Termasuk di antara mereka yang mulia adalah as-Syaikh Al Muhaddis Tsiqah Abbas al Qummy ra penulis sebuah kitab yang ternama bernama Mafatihul Jinan. Beliau dikenal dengan keikhlasan, taqwa, zuhud dan wara'nya. Beliau dilahirkan pada tahun 1294 Hijriyah dan wafat pada tahun 1359 Hijriyah. Sepanjang hayatnya beliau telah menulis beberapa kitab berharga yang memenuhi perpustakaan-perpustakaan Islam. Di antaranya adalah kitab Akhlak yang kini berada di hadapan pembaca. Kitab ini berisi lima puluh pelajaran akhlak yang disiapkan sebagai pelajaran yang ringkas dan bermanfaat dan betul-betul dibutuhkan.
Kitab ini pada awalnya ditulis dengan bahasa Persia, beberapa tahun kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, dan pada cetakan-cetakan berikutnya telah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Semoga Allah Swt dapat menerima jerih payah yang sederhana ini dan kita mohon kepada-Nya agar mendapat taufik untuk mengamalkan pelajaran-pelajaran akhlak yang mulia ini dengan haq Muhammad dan keluarganya.
Amin Yaa Rabbal 'Alamin.
18 Syawal 1424 H.
Nezar Ni'matul Hasan.
Qom al Muqaddasah
SEKILAS RIWAYAT HIDUP
SYAIKH ABBAS AL-QUMMI
Syeikh Abbas Al Qummy, sebagaimana yang tertulis di dalam kitab Al Fawaaidur RadHawiyyah dilahirkan pada tahun 1294 Hijriyah di kota suci Qum. Beliau hidup di kota tersebut sejak masa kecil hingga masa remaja dan akhir hayatnya. Di kota kelahirannya itu pula beliau mempelajari berbagai mata pelajaran mukadimah, mulai dari ilmu-ilmu fiqih dan usul. Pada tahun 1316 H. Al Muhaddis Al Qummy pergi merantau ke kota Najaf Asyraf - Irak untuk melanjutkan studinya. Di sana beliau mengikuti khlaqah-khlaqah pelajaran yang disampaikan oleh para ulama terkenal dan guru-guru besar. Tetapi minat beliau dalam mempelajari ilmu hadist lebih tinggi daripada minatnya mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya. Sejak saat itulah beliau bertekad untuk berusaha mendalami ilmu hadist dan berusaha keras dalam mengkajinya. Oleh karena itu beliau senantiasa mendatangi seorang muhaddist ternama dan 'alamah besar yaitu Mirza Husain An Nury penulis kitab Mustadraqul Wasaail. Dari beliaulah Syeikh Abbas Al Qummy banyak mengambil pelajaran-pelajaran dan pancaran ilmu pengetahuannya.
Sifat zuhudnya
Kehidupan Syeikh Abbas Al Qummy jauh lebih sederhana dibanding rata-rata orang lainnya. Aba'ah yang senantiasa beliau kenakan terbuat dari bahan yang kasar, tetapi selalu berbau harum dan bersih, dan beliau tidak pernah menggantinya selama beberapa tahun karena beliau tidak pernah memikirkan kekayaan dan bagaimana berhias. Beliau sama sekali tidak menggunakan saham Imam Zaman As untuk keperluan hidupnya, beliau berkata: " Aku tidak pantas untuk itu ". Beliau sangat berhati-hati dalam hal makan dan minum dan senantiasa khawatir akan terkena hal-hal yang syubhat. Pada suatu hari dua orang perempuan syiah dari India mendatanginya, kedua wanita tersebut ingin memberikan uang sejumlah 75 rupee India sebagai syahriyah atau bia siswa untuk keperluan hidup beliau sehari-hari, tetapi beliau menolaknya. Pengeluaran beliau pada setiap bulannya -ketika itu- kira-kira sebesar 50 rupee. Salah seorang kerabatnya memaksa beliau untuk menerima pemberian tersebut, tetapi beliau menjawab dan mengatakan: "Sesungguhnya aku tidak tahu bagaimana aku harus memberikan jawaban di hadapan Allah pada hari kiamat tentang uang yang akan aku gunakan sekarang ini. Betapa beratnya tanggung jawabku untuk menerima unag tersebut ".
Keikhlasan beliau
Pada suatu hari beliau berkata kepada putranya: " Setelah aku menulis kitab Manazilul Akhirah (Peringkat-peringkat Hari Akhirat) dan mencetakknya, aku pergi mengunjungi kota suci Qom. Di sana aku lihat kitabku itu sampai di tangan Syeikh Abdul Razak di mana beliau senantiasa memberikan nasihat kepada masyarakat di Haram Sayyidah Maksumah As setiap sebelum shalat Dzuhur. Ayahku Muhammad Ridha yang termasuk murid Syeikh Abdul Razaak hadir pula ketika itu. Syeikh Abdul Razak membuka kitab Manazilaul Akhirat-ku tersebut kemudian membacakannya di hadapan hadirin. Suatu hari ayahku datang ke rumahku dan berkata kepadaku: " Wahai Syeikh Abbas seandainya saja engkau seperti Syeikh Abdul Razak yang senantiasa naik ke atas mimbar dan membacakan kitab ini ?". Ketika itu aku diam dan tidak memberikan jawaban bahwa kitab tersebut sebenarnya adalah kitabku. Tapi aku berkata kepada ayahku: " Wahai ayahku berdoalah untukku semoga Allah Swt memberikan taufik untuk hal itu".
Syeik Muhaddis Al Qummy adalah seorang yang wara', ikhlas, tidak pernah meninggalkan shalat malam, shaleh , muallif, muhaddis dan mempunyai keperdulian yang tinggi terhadap kitab-kitab, terutama kitab-kitab yang menjelaskan tentang ilmu-ilmu Ahlul Bait As yang berupa hadist-hadist, doa-doa dan yang lainnya. Beliau telah menulis puluhan kitab-kitab yang berharga di antaranya ialah Safinatul Bihar, Mafatihul Jinan, Nafsul Mahmum, Al Fawaaidur Radhawiyyah, Muntahal Aamal, lima puluh pelajaran akhlak dan yang lainnya yang beliau tulis dengan bahasa Persia yang kemudian diterjemahan ke dalam bahasa Arab.
Akhirnya, semoga kita dapat menggunakan waktu-waktu kita dengan baik dan tidak menyia-nyiakannya dengan banyak berkata-kata yang tidak ada manfaatnya sehingga Allah Swt menganugerahkan kita kesempatan untuk dapat mengkaji kitab-kitab beliau yang sarat dengan ilmu pengetanuan Ahlul Bait As tersebut dan dapat pula memahaminya dan mengamalkannya dengan baik dan ikhlas. Amin………
Mukadimah Penulis
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah yang mengatur seluruh alam jagat raya, salawat dan salam sejahtera semoga senantiasa tercurah atas nabi besar Muhammad Saw dan keluarganya yang suci As.
Sesungguhnya hamba yang telah patah kedua sayapnya ini, lemah kondisinya dan telah terjerembab ke dalam tangga angan-angan dan khayalan -yang bernama Abbas bin Muhammad Ridha al Qummy, semoga Allah memperlihatkan berbagai aib dan cacat dirinya dan menjadikan masa depan kondisi hatinya lebih baik daripada hari-hari sebelumnya- berkata:
"sesungguhnya buku sederhana ini mencakup beberapa kalimat yang indah dan nasihat-nasihat serta hikmah-hikmah yang mulia. Aku berharap kiranya orang-orang yang mempunyai akal sehat tidak hanya melihatnya sebagai coretan-coretan dan tulisan-tulisan belaka, tetapi hendaknya mereka melihatnya sebagai mutiara-mutiara yang tinggi dan merekam semua ini di telinga-telinga mereka untuk kemudian mengamalkan kandungannya. Dan aku juga mengharap agar mereka tidak melupakan kami; seorang durjana dan lalai ini dengan doa-doa kebaikan".
|
Pelajaran ke tiga
puluh satu: SILATURAHMI
Wahai saudaraku, silaturahmi dan menjalin ikatan persaudaraan dan kekeluargaan dengan sanak keluarga merupakan sebuah ketaatan yang sangat dianjurkan Islam. Bahkan melakukan hal ini lebih utama dari ibadah sunat. Cukuplah mengenai keutamaan perbuatan ini bahwa hal itu dapat memperpanjang umur dan memperbanyak rizki serta mempermudah hisab pada hari kiamat. Sedang memutus silaturahmi dapat menyebabkan ditimpanya azab akhirat dan malapetaka dunia. Dari hadist dan pengalaman membuktikan bahwa memutuskan silaturahmi dapat menyebabkan kefakiran dan ketidaktenangan serta akan memperpendek umur. Cukuplah dalam keburukannya bahwa Haq Ta'ala dalam Al Quran al Majid berfirman: "Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan merusak apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan yang mengadakan kerusakan di bumi, itulah yang akan memperoleh kutukan" Pada ayat yang lainnya Allah Swt berfirman: "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?"
Pelajaran ke tiga
puluh dua: MENYAKITI KEDUA ORANG TUA
Yang dimaksud dengan menyakiti kedua orang tua adalah membuat mereka marah, mengecewakan dan merusak ketenangan keduanya. Bahkan mengganggu ketenangan salah satu dari mereka pun dapat dikategorikan menyakitinya. Dan hal ini merupakan paling parahnya jenis pemutusan silaturahmi dan -tentunya- tanpa diragukan lagi merupakan sebuah dosa yang besar. Betapa malang nasib orang yang menyakiti kedua orang tuanya baik di dunia maupun di akhirat, karena dengan melakukan hal ini tidak ada lagi yang akan dia peroleh dari umurnya, dan tidak ada pula kemuliaannya. Usianya akan menjadi pendek dan kehidupannya merupakan hukuman baginya. Sakaratul maut akan menjadi susah dan cabutan nyawapun akan menjadi hal yang sangat menyakitkan baginya. Oleh karena itu wahai saudaraku yang budiman, kasihanilah jiwamu dan hindarkanlah dirimu dari duri yang menyakitkan ini. Ingatlah selalu jerih payah dan hari-hari kedua orang tuamu yang tanpa tidur dan istirahat yang cukup telah membimbing dan membesarkanmu. Bertahun-tahun engkau berada dalam pelukan mereka yang hangat dan penuh kasih saying, dan membesarkanmu dengan memeras jiwa. Ingatlah bahwa engkau terlahir tanpa daya, lalu layakkah setelah engkau mendapatkan sedikit kekuatan dalam dirimu, engkau segera melupakan semuanya itu?
Pelajaran ke tiga
puluh tiga: PERHATIAN KEPADA TETANGGA
Wahai saudaraku yang mulia, janganlah engkau mengganggu dan menyakiti para tetanggamu dan perhatikanlah haq mereka. Janganlah engkau melihat ke arah rumah mereka, jangan mengalirkan talang ke arah rumah mereka dan jangan pula meletakkan sampah di depan rumah mereka. Dan jangan sampai engkau mengganggu mereka dengan bau atau asap masakanmu, tetapi saling membantulah engkau dengan mereka. Ingatlah, jangan sampai engkau tidur pada malam hari dalam keadaan kenyang sementara mereka tidur dalam keadaan kelaparan atau engkau hidup dalam keadaan tenang, tetapi mereka hidup dalam kesulitan, kesusahan, kedinginan dan mengenakan baju yang compang camping. Janganlah kalian tidak memberikan ketika mereka memerlukan garam, air, api dan semacamnya. Dan apabila mereka ingin meminjam sesuatu dari kebutuhan pokok rumah, maka berikanlah apa yang mereka inginkan. Wahai saudaraku, perhatikanlah segala sesuatunya, karena mereka yang berbuat baik terhadap para tetangganya, umur mereka akan menjadi panjang dan akan memperluas rumahnya. Sesungguhnya Ahli Bayt As telah menegaskan dan menekankan masalah bertetangga ini dalam banyak bab.
Pelajaran ketiga
puluh empat: MENCARI AIB ORANG LAIN
Mencari aib dan keburukan orang lain merupakan indikasi keburukan jiwa, keburukan karakter dan kehinaan pelakunya. Karena setiap orang yang mempunyai aib dan sifat buruk, pasti ingin menampakkan aib dan kekurangan orang lain. Di riwayatkan dalam salah satu hadist Rasulullah Saw, beliau bersabda: "Barang siapa yang menampakkan amal orang lain yang tidak layak, sesungguhnya dia telah menempatkan dirinya pada posisi tersebut". Pengalaman membuktikan bahwa barang siapa meletakkan dirinya untuk senantiasa membuka aib orang lain, berarti dia telah membuat malu orang lain dan akan membuat dirinya tidak dipercaya. Oleh karena itu, betapa bodohnya orang yang melihat dirinya sendiri bergelimang dengan beribu aib dan seluruh anggota -dari kaki hingga kepala- dipenuhi oleh maksiat, tetapi dia menutup matanya dari aibnya sendiri, lalu malah sibuk membuka mulutnya untuk mencari aib dan kesalahan orang lain. Hadhrat Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As dalam salah satu kalimatnya mengumpamakan orang-orang yang senantiasa mencari aib orang lain lalu menukilkan aib tersebut, tetapi tidak menukilkan kebaikannya, dengan perumpamaan seekor lalat yang senantiasa mencari tempat-tempat jorok dan kotor dari badan manusia lalu hinggap di atasnya dan tidak melakukan sesuatupun pada tempat-tempat yang bersih. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As telah bersabda dalam sebuah hadistnya: "Paling besarnya aib seseorang adalah yang menjelek-jelekkan orang lain dengan keburukan yang ada pada dirinya sendiri".
Pelajaran ke tiga
puluh lima: MENJAGA RAHASIA
Wahai saudaraku, janganlah engkau membuka dan menceritakan rahasia yang engkau sembunyikan kepada orang lain, meskipun dia adalah sahabat sejatimu. Karena dia mempunyai banyak teman dan teman-temannya pun mempunyai banyak teman. Para cerdik pandai mengatakan: setiap rahasia yang telah keluar dari mulut dua orang, berarti rahasia tersebut telah tersebar. Atau segala sesuatu yang telah keluar dari dua bibir, berarti telah tersebar.
Pelajaran ke tiga
puluh enam: MENGGUNJING
Wahai saudaraku yang budiman, ketahuilah bahwa sesungguhnya perbuatan menggunjing, baik hal tersebut dilakukan dengan perkataan, tulisan, secara langsung ataupun dengan isyarat, merupakan paling rendahnya sifat di antara sifat-sifat yang tercela. Dan sepertiga azab kubur itu muncul karena sifat buruk ini . Bahkan dapat dipahami dari kalam Ilahy bahwa menggunjing seorang anakpun haram hukumnya. Demikian juga Allah Swt berfirman dalam ayatnya: " yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah - yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa - yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya" Setiap orang yang mengetahui hakikat dari sifat ini, dia akan mengetahui bahwa menggunjing merupakan paling celakanya dan paling buruknya orang. Dan paling buruknya penggunjing adalah berkata-kata buruk. Yaitu menggunjing di dekat orang yang dia takut terhadap bahaya, siksaan dan pembunuhan seperti para sultan, para penguasa dan para pemimpin.
Pelajaran ke tiga
puluh tujuh: KEGIRANGAN
Yang dimaksud dengan kegirangan adalah: ketika seseorang mendengar bahwa satu musibah dan petaka telah menimpa seorang rekan atau saudaranya se-iman meskipun karena kejahatan atau keburukannya, lalu dia merasa girang dan ceria dengan kejadian tersebut. Dari hadist dan pengalaman telah terbukti bahwa orang-orang yang gembira dengan musibah yang menimpa orang lain, maka dia tidak akan meninggalkan dunia ini sebelum dia mengalami musibah sebagaimana yang telah ditimpakan kepada orang lain. Oleh karena itu orang yang berakal tidak akan merasa aman dari berbagai musibah dunia, dan karenanya dia tidak akan merasa gembira dengan musibah saudaranya yang se-iman.
Pelajaran ke tiga
puluh delapan: BERTENGKAR DAN BERDEBAT
Yang dimaksud dengan bertengkar dan berdebat adalah merasa keberatan atas perkataan orang lain dan menampakkan kelemahan serta mengacaukan percakapan orang tersebut dengan maksud untuk merendahkannya serta untuk menampakkan kebesarannya tanpa adanya manfaat ukhrawi. Ketahuilah bahwa perbuatan seperti ini merupakan salah satu dari akhlak yang sangat tercela. Dalam salah satu hadist Rasul Saw bersabda bahwa hakikat keimanan seorang hamba tidak akan bisa mencapai kesempurnaan, selama dia tidak meninggalkan pertengkaran dan perdebatan, meskipun kebenaran berada pada dirinya. Tidak diragukan lagi bahwa apabila seseorang menganggap hal ini sebagai sebuah sifat yang tercela, pasti dia tidak akan pernah menyempatkan diri untuk melakukannya, karena pelaku perbuatan tercela ini diumpamakan sebagaimana seekor anjing liar yang senantiasa akan menyambung keinginannya. Dia akan ikut terperosok dengan setiap orang dan senantiasa akan mencari keinginannya ini, sehingga setiap dia mendengar percakapan orang lain, dia akan melakukan perdebatan dengannya serta mencari kelanjutannya, bahkan dia merasa nikmat dengan perbuatannya tersebut. Terutama dalam kemajemukan seperti sekarang ini, dimana sebagian dari orang-orang yang lemah akalnya malah memuji orang yang mempunyai sifat tercela semacam ini. Orang-orang yang lemah akalnya itu mengatakan bahwa si fulan pendebat atau si fulan yang banyak bicara dan penceramah hebat itu tidak bisa didebat dan tidak ada yang mengalahkannya. Oleh karena itulah biasanya orang semacam ini, yaitu orang yang hobinya berdebat, selalu memilih lawan debatnya dari kelompok orang-orang yang jahil dan bodoh, sehingga dia akan bisa mengalahkannya. Sungguh malang sekali nasib orang seperti ini, karena dia tidak mengetahui bahwa barang siapa yang melakukan perdebatan dengan orang yang lebih bodoh darinya untuk mengetahui bahwa dirinya lebih pandai, sesungguhnya dia adalah orang yang bodoh.
Pelajaran ke tiga
puluh sembilan: MENGOLOK-OLOK DAN MENGEJEK
Yang dimaksud dengan mengejek dan mengolok-olok adalah menirukan kelakuan, perbuatan, gerak-gerik dan sifat-sifat orang lain, baik dilakukan dengan perkataan, perbuatan, isyarat, sindiran atau kiasan, sehingga menyebabkan orang lain tertawa. Ketahuilah bahwa hal ini dapat menyebabkan timbulnya perpecahan, kecongkakan atau kehinaan orang yang diolok-olok. Dan bisa jadi hal ini, yakni membuat orang lain tertawa dan menganggapnya lucu, disebabkan karena ketamakan terhadap kotoran duniawi. Tak pelak lagi bahwa perbuatan semacam ini tidak akan keluar kecuali dari orang-orang yang rendah akhlaknya, tidak berpendidikan dan pemilik fitrah yang tercela. Bahkan pelaku perbuatan tersebut termasuk orang yang tidak memiliki pengetahuan agama dan tidak juga memiliki insaniah.
Pelajaran ke empat
puluh: BERLEBIHAN DALAM BERCANDA
Berlebihan dalam bercanda dan melawak adalah sebuah perbuatan yang buruk, bahkan akan menyebabkan kekurangsabaran, turun kehormatannya dan akan menghasilkan kehinaan serta mematikan hati. Perbuatan inipun akan membuat lupa terhadap akhirat dan bisa jadi akan menyebabkan perpecahan dan permusuhan pula atau akan menyebabkan ketersingungan dan memalukan para mukmin. Tetapi tidak berlebihan dalam hal ini dan tidak membuat keburukan sebagaimana di atas dan tidak membuka mulut serta tertawa tanpa manfaat, merupakan hal yang terpuji.
Pelajaran ke empat
puluh satu: GHIBAH
Ghibah atau menggosip adalah mengatakan sesuatu yang tidak ada pada diri seseorang dengan maksud untuk menjelekkannya atau mencari kekurangannya, dimana apabila orang tersebut mendengar perkataannya ini, dia tidak akan senang, bahkan akan merasa sedih dan tidak rela dengan perkataan tersebut. Baik apa yang dikatakan kepadanya tersebut merupakan kekurangannya yang terdapat di tubuhnya, keturunannya, sifatnya, perbuatannya ataupun perkataannya, ataupun pada segala sesuatu yang berhubungan atau berkaitan dengannya. Sebagaimana dikatakan dalam hadist Rasulullah Saw, belaiu bersabda: Apakah kalian tahu apakah ghibah itu? Mereka menjawab: Ya Rasulullah, Allah dan Utusan Nya Saw lah yang lebih mengetahuinya!. Beliau bersabda: "Ghibah ialah: seseorang menyebut-nyebut saudaranya dengan sesuatu yang akan membuatnya tidak senang". Salah seorang dari mereka bertanya" Ya Rasulullah apabila sifat tersebut betul-betul ada bersamanya, apakah hal ini tetap merupakan suatu keburukan?" Beliau menjawab: "Apabila kekurangan tersebut ada padanya maka hal ini merupakan ghibah, dan apabila tidak ada padanya maka hal ini merupakan fitnah" Dan tidak ada perbedaan antara ghibah yang dilakukan dengan sindiran atau yang langsung, bahkan bisa jadi sindiran itu lebih buruk, dan pendengar ghibah berada dalam hukum pelaku ghibah. Ketahuilah bahwa ghibah merupakan paling besarnya bahaya, dan menurut pendapat semua ulama Islam dan sesuai dengan apa yang ditegaskan dalam kitab dan sunnah, hal ini merupakan perbuatan yang telah jelas keharamannya. Dari hadist yang begitu banyak dapat dipahami bahwa ghibah itu lebih buruk dari pada berzina . Dan ghibah akan memakan kebaikan yang ada sebagaimana api membakar kayu . Allah Swt tidak akan mengabulkan shalat dan puasa pelaku ghibah hingga empat puluh hari empat puluh malam. Begitu banyak hadist-hadist yang menjelaskan betapa tercelanya perbuatan ini. Dan penyakit yang sangat berbahaya ini tidak akan bisa sembuh kecuali dengan merujuk kepada ayat-ayat dan hadist-hadist yang mencela perbuatan ini. Kemudian fikirkanlah dan bertafakkurlah dalam masalah ini bahwa apabila seseorang melakukan ghibah atasmu di sampingmu, apakah engkau tidak akan kecewa dan marah? Sebagaimana engkau tidak akan rela untuk dirimu sendiri dalam hal yang tidak engkau sukai. Hendaklah engkau memperhatikan apa-apa yang engkau ucapkan dan berfikir dalam percakapan. Sumber ghibah itu biasanya muncul dalam bentuk kemarahan, perpecahan, sindiran, hasad, candaan murni, lelucon atau dengan maksud mengejek, mencemooh, bangga dan semisalnya.
Pelajaran ke empat
puluh dua: BOHONG
Bohong dalam berbicara merupakan sebuah sifat yang dapat membuat pelakunya menjadi orang yang rendah, hina, tanpa malu dan tidak dipercaya lagi. Hal ini merupakan modal dari perbuatan, harga diri dan hitamnya wajah di dunia dan di akhirat. Ayat-ayat dan hadist-hadist yang menyebutkan tentang keburukan dari sifat ini begitu banyak. Dalam salah satu hadist Rasulullah Saw bersabda: Setiap kali para mukmin berkata bohong tanpa adanya halangan syar'i, maka tujuh puluh ribu malaikat akan melaknatnya dan akan keluar bau yang sangat busuk dari hatinya dan dalam keadaan seperti itulah dia akan naik ke atas hingga sampai ke arsy Ilahy. Maka akan dilaknatlah dia oleh para penyangga 'arsy. Allah Swt -dengan perantaraan satu kebohongan ini- akan menuliskan tujuh puluh zina atasnya dimana paling rendahnya zina tersebut adalah seperti melakukan zina dengan ibunya sendiri. Dari hadist yang lainnya dapat dipahami bahwa pembohong tidak mempunyai iman, dan wajahnya berwarna hitam . Berbohong itu lebih jelek dari meminum minuman keras . Bohong merupakan kunci sebuah rumah dimana seluruh keburukan berada di dalamnya . Dan bohong merupakan paling buruknya riba, mewariskan fakir dan lupa dan mengambil wajah insaniyah pelakunya . Para pembohong akan diazab dengan azab yang khusus di dalam kuburnya . Pembohong mempunyai kelembutan hati yang lebih sedikt dibanding segala makhluk yang ada , dan masih begitu banyak lagi kalimat-kalimat yang menjelaskan tentang keburukan dari berkata-kata bohong. Cara untuk melepaskan diri dari keburukan ini adalah dengan merujuk kepada ayat-ayat dan hadist-hadist yang mencela perbuatan tesebut. Di samping itu juga hendaknya berfikir bahwa berbohong akan menyebabkan kematian yang abadi dan akan menyebabkan hilangnya rasa malu seseorang, kehinaan dan sumber dari jatuhnya harga diri serta kepercayaan. Cukuplah dalam sebab-sebab ketiadaan rasa malu dengan apa yang telah dikatakan dalam hadist dimana Allah Ta'ala meletakkan penyakit lupa pada pelakunya . Persoalan ini telah sampai pada pengalaman dimana dalam perumpamaan globalnya dikatakan bahwa pembohong tidak mempunyai ingatan. Ketahuilah bahwa berkata bohong sebagaimana sabetan pedang, apabila terdapat luka karenanya maka luka tersebut akan tetap meninggalkan bekasnya. Karena saudara-saudara Yusuf As menampakkan aib kebohongannya maka tidak ada kepercayaan dalam perkataan mereka yang benar. Allah Swt berfirman: " Ya'kub berkata: "Sesungguhnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (buruk ) itu, maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku" Dan ketahuilah, bahwa lawan dari berbohong adalah jujur dan berkata benar. Hal ini merupakan sifat yang baik dan merupakan pemimpin akhlak yang terpuji. Allah Swt berfirman dalam salah satu ayatnya: "Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang benar" Dari Hadhrat Shadiq As diriwayatkan bahwa beliau bersabda: "Janganlah engkau melihat seseorang pada lama dan panjangnya rukuk serta sujudnya, karena bias jadi hal itu dia lakukan karena kebiasaannya yang apabila dia meninggalkannya, dia akan merasa tidak nyaman. Tetapi lihatlah seseorang itu pada benar tidaknya perkataannya dan bagaimana dia mengembalikan amanat yang berada di tangannya" .
Pelajaran ke empat
puluh tiga: BAHAYA LISAN
Tidak disangkal lagi mengenai banyaknya bahaya akibat dari melakukan ghibah, fitnah, bohong, mencemooh, berdebat, riya, melawak, ikut campur dalam percakapan, kata-kata kasar dan sebagainya. Dan semua itu merupakan kerusakan dan keburukan yang bersumber dari lisan. Bahaya yang timbul dari anggota badan yang satu ini bagi seluruh anggota badan seseorang, sangat banyak dan bermacam-macam. Lisan merupakan alat dan sarana yang paling ampuh bagi setan untuk menyesatkan bani Adam dan umat manusia. Setan tidak tinggal diam dan senantiasa berusaha menyeret manusia ke dalam kesesatan dan kehancuran dengan berbagai usaha dan sarana, diantaranya adalah dengan jalan lisan manusia. Dalam hadist Nabawi Saw telah diriwayatkan bahwa satu alat yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka jahanam adalah lisan dan kemaluannya . Di dalam riwayat lainnya beliau bersabda bahwa barang siapa yang terjaga dari keburukan perut, kemaluan dan lisannya, maka sesungguhnya dia telah terjaga dari seluruh keburukan. Di dalam sebuah riwayat Hadhrat Imam Ja'far As bersabda bahwa tidak ada satu haripun kecuali pada hari itu setiap anggota badan mampu bercakap dan berkata kepada manusia: aku bersumpah kepada Allah, janganlah engkau jatuhkan kami ke dalam adzab. Dalam riwayat lainnya setiap anggota badan itu berkata: takutlah kepada Allah dalam hak kami, karena apabila kamu benar mengatakannya, maka kamipun akan mengatakannya dengan benar, dan apabila kamu menyimpang, maka kami semua akan menyimpang. Ketahuilah bahwa kebanyakan dari kesulitan-kesulitan dan kerusakan duniawi itu bersumber dari lisan. Sedangkan lawan dari keburukan lisan adalah diam dan tidak brcakap apa-apa. Diam merupakan hiasan bagi para alim dan tirai bagi para jahil. Karena diam merupakan sebuah pintu dari pintu-pintu hikmah. Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadist: Barang siapa yang diam, maka sesungguhnya dia telah terselamatkan. Dalam sebuah wasiat, Lukman al-Hakim berkata kepada putranya: Apabila engkau banyak memberi nasihat, maka ucapanmu itu adalah perak. Ketahuilah bahwa diam adalah emas. Hadhrat Imam Baqir As dalam sebuah hadistnya bersabda bahwa "syi'ah kami dan sahabat-sahabat kami adalah orang-orang yang lisannya bisu". Oleh karena itu wahai saudaraku yang mulia, biasakanlah dirimu sebisa mungkin untuk senantiasa diam. Janganlah engklau meremehkan faedah yang terkandung di dalamnya. Ketahuilah bahwa orang-orang yang dungu itu bukanlah mereka yang diam. Apabila engkau diam dan mengetahui maslahat darinya, maka engkau bukan termasuk orang yang dungu. Justru di sinilah letak kebijakanmu.
Pelajaran ke empat
puluh empat: HUBURRIYASAH(CINTA KEKUASAAN)
Hakikat kekuasaan adalah memegang tampuk kepemimpinan kalbu rakyat dan menjadikan dirinya sebagai pemilik hati mereka. Hal ini tidak kosong dari berbagai bahaya yang sangat fatal. Persoalan kekuasaan dapat menyebabkan keburukan dan kerusakan yang teramat besar serta akan menghasilkan kerugian duniawi dan ukhrawi. Hal itu akan terjadi apabila pemilik kekuasaan dan pangkat mengarahkan sasarannya untuk memaksa orang-orang yang keras kepala dan senantiasa takut terhadap hina dan kemuliaan dirinya, setiap saat pikirannya akan senantiasa berada dalam cengkeraman fikiran yang batil. Penguasa semacam itu dari satu sisi, otak dan pikirannya disibukkan dengan berbagai aturan, undang-undang dan kewajiban-kewajiban yang harus dia susun untuk para budak dan pengikutnya, dan pada saat yang lain pikirannya disibukkan bagaimana cara menumpuk kekayaan materi sebanyak-banyaknya dan memperoleh reputasi di mata masyarakat setinggi-tingginya. Waktu-waktunya senantiasa diisi dan dihiasi dengan basa-basi dan penyambutan yang tanpa henti, dan umurnya dihabiskan untuk melakukan nifak di sana-sini. Dia tidak dapat tidur pada malam hari dan tidak pula beristirahat dan tenang pada siang hari. Wal 'iyadzu Billah……
Pelajaran ke empat
puluh lima: KHUMUL(TAK INGIN DIKENAL)
Khumul -salah satu cabang dari sifat zuhud- merupakan sifat terpuji para muqarrab mukmin dan merupakan indikasi calon-calon penghuni surga. Dan Allah Swt mencintai orang-orang yang memiliki sifat seperti ini. Bahkan pada sebagian riwayat (di dalam hadist qudsi) dikatakan bahwa Allah Swt berfirman: "Tidakkah Aku telah memberikan nikmat kepadamu, tidakkah Aku telah menutupimu di antara manusia dan tidakkah namamu telah Ku hilangkan dari kalangan manusia?". Adakah kedudukan yang lebih tinggi dari seseorang yang telah mengenal Tuhannya dengan baik, mencukupkan dirinya di dunia ini dengan sesuatu yang sedikit, sementara tidak seorangpun yang mengenalnya. Begitu malam tiba setelah selesai melakukan ibadahnya, dia beristirahat dengan perasaan yang tenang dan damai, dan begitu matahari telah menyebulkan dirinya, dengan konsentrasi penuh dia menyibukkan diri dalam aktifitasnya. Karena inilah, maka sebagian para pembesar agama dan salafus-shalihin membuat kamar khusus untuk dirinya. Di sudut kamar itulah mereka sibuk mendekatkan diri dan bermunajat kepada Sang Kekasih Sejati, sibuk menghitung-hitung aib diri mereka dan menyembunyikan namanya dri pandangan masyarakatnya. Mereka sama sekali tidak mengharapkan acungan jempol dari siapapun selain kekasihnya itu.
Pelajaran ke empat
puluh enam: RIYA'(PAMER)
Riya' merupakan salah satu akhlak yang buruk dan merupakan tempat kematian yang sangat besar bagi seseorang. Dalam begitu banyak kitab, ayat-ayat, sunnah dan riwayat terdapat begitu banyak celaan untuk sifat yang satu ini. Dalam sebuah hadist Nabi Saw dikatakan bahwa sifat yang paling dekat dengan riya' adalah syirik . Dalam riwayat lain beliau Saw bersabda bahwa pelaku riya' pada hari kiamat akan diseru dengan tiga panggilan: wahai kafir, wahai fajir (yang bermoral bejat), wahai ghadir (pengkhianat), wahai khasir (yang merugi), amalanmu rusak dan pahalamu batal. Hari ini kamu tidak mempunyai ganjaran lagi di sisi Kami, karena itu ambillah pahalamu dari orang-orang dimana kamu melakukan amalan ibadah tersebut untuk dipuji oleh mereka, hai penipu. Dalam hadist lain disebutkan bahwa surga akan berbicara dan mengatakan bahwa "sesungguhnya aku diharamkan untuk orang-orang yang bakhil dan riya'". Hadist yang mencela perbuatan riya' ini begitu banyak, dan cukuplah dalam keburukannya bahwa dalam segala amalan yang dimasukinya berdasarkan fatwa para fuqaha, amal tersebut akan menjadi batal dan akan jatuh dari derajat keterkabulannya. Sebagian dari ulama mengatakan, jangan sampai orang-orang yang jahil karena ketidakfahamannya menisbatkan kebohongan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan mengambil kesimpulan bahwa riya' dalam duka cita terhadap Hadhrat Sayyidus Syuhada itu diperbolehkan dan bukan merupakan syarat bagi keikhlasan. Secara dharuri, menangis untuk Hadhrat Husain As adalah ibadah, dan riya dalam ibadah sebagaimana riba dan maksiat lainnya sama sekali tidak diperbolehkan. Sungguh mengherankan, bagaimana bisa orang-orang yang berakal sehat itu memberikan asumsi bahwa wujud mulia Hadhrat Husain As yang menanggung semua musibah demi menegakkan hukum-hukum dasar tauhid Allah Swt dan demi mengibarkan kalimat haq guna menguatkan pondasi agama penerang, lalu untuk mempertahankannya harus dengan melalui bid'ah-bid'ah para pengingkar, kemudian menjadikannya sebagai sebab untuk memperbolehkan kemaksiatan dan penjara yang lebih besar, yaitu riya dan syirik kecil ?! "Ini tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan"
Pelajaran ke empat
puluh tujuh: PANJANG ANGAN-ANGAN
Pada salah satu hadist mulia, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As bersabda: "Ada dua hal yang aku takutkan atas diri kalian, pertama: mengikuti hawa nafsu dan kedua: ber angan-angan panjang" Yang dimaksud dengan panjang angan-angan adalah banyak berangan-angan, berkeinginan terlampau jauh serta terlalu berharap pada kehidupan dunia. Penyebab hal tersebut adalah dua hal, yaitu: Pertama: Jahil dan angkuh. Orang yang jahil senantiasa meyakini kemudaan dan kesehatan tubuhnya, ia tidak merasa yakin bahwa sebenarnya kematian itu bisa menjemputnya pada masa muda dan dalam keadaan sehat. Ketahuilah bahwa orang seperti ini telah lalai terhadap kematian kanak-kanak serta para remaja yang tak terhitung banyaknya, serta lalai dengan adanya berbagai macam penyakit yang muncul secara mendadak dan menimbulkan kematian yang tiba-tiba. Kedua: Cinta dunia. Cinta kepada dunia dan materi itu dekat kepada kenikmatan dan kelezatan yang fana. Ketika manusia telah terjebak dalam kecintaan dan kedekatan seperti ini, maka perpisahan dengannya akan menjadi sesuatu yang mahal harganya, sehingga karena hal ini dia tidak pernah berpikir lagi tentang kematian. Dan terkadang, apabila pikirannya secara selintas menuju ke arah kematian, maka dia akan segera mengalihkan perhatiannya pada hal-hal yang lainnya. Apabila sekali waktu ingatannya terpaku pada kehidupan akhirat, maka setan dan nafsu amarahnya akan menjanjikan sesuatu yang palsu kepadanya dengan mengatakan bahwa sekarang kamu masih berada pada awal umurmu. Oleh karena itu pergunakanlah hal ini untuk bersuka ria, berfoya-foya dan sibukkanlah dirimu dengan mengumpulkan perlengkapan duniamu, ketika telah besar nanti, bertaubatlah serta persiapkanlah amalan-amalan untuk akhiratmu. Ketika telah menginjak usia dewasa, dia akan mengatakan: usiamu masih cukup muda, kamu masih mempunyai banyak waktu untuk sampai ke masa tuamu. Kemudian masa tuapun tiba. Kali ini dia akan mengatakan: insya Allah aku akan memperbaiki lahan ini terlebih dahulu atau mengatakan aku akan persiapkan anak gadisku ini untuk mengumpulkan peralatan rumah tangganya, atau aku akan memperindah rumahku, setelah itu baru aku akan melupakan dunia ini. Dengan demikian aku akan bisa dengan bebas mengepakkan sayap dan menyibukkan diri dengan beribadah. Tetapi setiap kali pekerjaannya yang satu selesai, maka dengan segera dia akan menemukan pekerjaan yang baru. Dia hanya terhenti pada perkataan hari ini dan esok, hingga secara tiba-tiba sebuah seruan datang menghampirinya. Tuan fulan yang malang ini telah lalai bahwa janji yang akan diberikan untuk keesokan harinya tetap bersamanya dan apa yang dinamakan dengan terbebas dan mendapatkan waktu luang dari segala khayalan dan aktifitas dunia, tidak akan pernah ada hasilnya. Yang dimaksud dengan pemilik waktu luang adalah orang yang sekaligus dalam satu waktu meninggalkan kesemua hal tersebut. Oleh karena itu, orang yang usianya telah sampai sekitar empat puluh tahun, apabila mereka masih berpikir tentang dunia, maka hal ini merupakan kelalaiannya dan merupakan tipuan setan, karena sebenarnya hari-hari penuh keindahan dan masa mudanya telah lewat dan hari-hari bahagia dan sukarianya telah terlampaui. Sedangkan sekarang, setiap hari satu persatu anggota badannya mengalami kelumpuhan. Tetapi si malang ini masih saja lalai terhadap semuanya dan menyibukkan diri dalam fikiran-fikiran yang batil. "Wahai generasi yang telah mencapai usia empat puluh tahun, berhati-hatilah kalian, karena sesungguhnya ladang telah dekat pada masa panennya" . Tak ada obat penyembuh dari panjang angan-angan ini selain dari kematian. Karena membayangkan kematian, akan menyebabkan seseorang merasa sedih terhadap dunia dan akan membuat hati merasa kenyang terhadapnya. Oleh karena itulah Hadhrat Rasul Saw bersabda: "Perbanyaklah dalam mengingat pencabut kelezatan" . Pada riwayat yang lain beliau bersabda bahwa tidak ada sebuah keluarga pun kecuali malaikat maut sebanyak lima kali dalam sehari semalam memeriksa waktu-waktu shalat mereka . Oleh karena itu wahai saudaraku yang mulia, pergilah sejenak ke pekuburan serta makam para sahabat, dan ambillah pelajaran serta ibrah pada apa yang dihamparkan di pekuburan. Dan berpikirlah tentang peristiwa dan perbincangan apa yang tengah terjadi di bawah tanah yang hanya berjarak dua jengkal dari kakimu. Setelah itu berpikirlah sejenak tentang keadaan dirimu, karena bagaimanapun juga engkau pun pasti akan seperti mereka. Umurmu pun pasti akan habis dan kode kematian akan mendatangimu dari arah manapun, sementara para tabib tidak sanggup lagi menyembuhkanmu. Anggota badanmu akan berhenti dari aktifitasnya, keringat kematian akan muncul di dahimu dan malaikat maut dengan perintah dari Tuhan telah datang, mau ataupun tidak mau, cengkeraman kematian akan menancap pada tubuhmu yang telah lemah, lalu membuat jarak antara jasad dengan ruhmu. Setelah itu sahabat-sahabat serta saudara- saudaramu akan membuat teriakan sesal dan kesedihan, sehingga tangisan para saudara dan teman-temanmu pun dimulai. Tak lama setelah itu, mereka akan menaikkanmu pada sebuah keranda serta memenjarakanmu pada sebuah lobang dan meninggalkanmu di sana sendirian tanpa teman dengan segala kengerian. Pada saat itulah engkau akan menyesali hari-hari kehidupanmu, kemudaan dan kesehatan serta waktu luangmu di dunia, karena apa yang telah engkau peroleh, kini telah hilang dari tanganmu dan engkau tidak menyimpannya sedikit pun untuk akhiratmu.
Pelajaran ke empat
puluh delapan: RIDHA(RELA)
Yang dimaksud dengan ridha dan rela adalah meninggalkan kecaman dan tidak memprotes takdir Ilahy, baik secara lahir maupun batin, secara lisan maupun perbuatan. Orang yang telah mencapai peringkat ini akan senantiasa bahagia, nikmat, mulia dan tenang. Baginya tidak ada perbedaan sama sekali antara fakir dan kaya, senang ataupun susah, mulia ataupun hina dan sehat ataupun sakit. Karena dia mengetahui bahwa segala sesuatunya berasal dari Allah Swt. Dan dengan kecintaan dan kasih saying-Nya yang telah tercerap dalam hatinya telah menyebabkannya begitu mencintai segala perbuatan-Nya, dan dia merasa senang dengan segala apa yang sampai padanya sebagaimana kehendak-Nya. Ketahuilah bahwa sabar dan ridha merupakan pemimpin semua ketaatan. Telah dinukilkan dari Hadhrat Shadiq As. Beliau bersabda: "Aku heran terhadap apa yang dilakukan oleh seorang muslim, karena esungguhnya Allah tidak akan mentakdirkan sebuah persoalanpun baginya melainkan untuk kebaikannya (apabila badannya telah terpotong-potong karena penyakit yang dideritanya, hal inipun adalah untuk kebaikannya dan) apabila malaikat barat dan timur telah diberikan keadaannya, inipun untuk kebaikannya". Dalam sebuah hadist qudsi Allah Swt berfirman: "Akulah Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Ku. Barang siapa yang tidak sabar dengan musibah Ku dan tidak ridha dengan qada Ku serta tidak bersyukur dengan nikmat-nikmat Ku, maka silahkan mencari tuhan yang seperti Ku". Ketahuilah bahwa buah dari ridha adalah kecintaan dan kasih sayang. Hal itu dapat diperoleh dengan berusaha meraih kecintaan dan kasih sayang Allah, senantiasa berfikir, berdzikir dan melakukan segala sesuatu yang menyebabkan tercurahnya kasih sayang Ilahy. Selain dari itu, hendaklah dia memikirkan apa yang akan terjadi dengan ketidakridhaannya dan apa manfaat dari ketidaksukaan serta kemarahannya. Karena sesungguhnya hal semacam ini tidak akan pernah mengubah qada dan takdir untuknya. Di samping itu tidak akan terjadi perubahan atas apa yang telah terjadi dengan alasan untuk kebahagiaan hatinya. Ketidaktenangannya tidak akan pernah memberikan manfaat yang lain selain akan melemahkan dan menghancurkan kehidupannya dan mengambil berkahnya waktu. Para pencari derajat ridha itu senantiasa memperhatikan ayat-ayat dan hadist-hadist yang berada dalam ketinggian maqam para pemilik bencana. Ketahuilah bahwa segala kesulitan pada masa lalu merupakan harta karun untuk masa kini, dan setiap kesedihan merupakan ketenangan untuk masa selanjutnya. Oleh karena itu wahai saudaraku yang budiman, berharaplah dengan pahala dari Allah Swt, karena kesejatian seorang lelaki itu dengan menapaki perjalanan musibah dan bencana dengan langkah ketenangan dan kesabaran sehingga kesulitan yang didapatkan pada perjalanan ini akan menjadi mudah dan ringan baginya. Sebagaimana orang yang sakit mampu menahan sakitnya ketika dilakukan hijamat (bekam) dan rasa pahit obat. Hendaklah diketahui bahwa tidak terdapat kontradiksi antara ridha dengan do'a, karena kita telah diperintahkan untuk berdo'a oleh syari'at. Sedangkan Allah Yang Maha Tahu menghendaki do'a dari kita dan Dia membuatnya menjadi sebuah kunci kebahagiaan dan hajat.
Pelajaran ke empat
puluh sembilan: SABAR
Sabar ialah tidak panik dalam menghadapi petaka dan musibah. Kebalikan dari keadaan ini adalah tidak mempunyai kesabaran dalam menghadapi musibah. Dengan ungkapan lain: melepaskan diri dari tali kekang musibah dan petaka yang menimpanya dengan berteriak, mengeluh, meratap, merobek pakaian, memukul-mukul diri bahkan dengan berburuk muka dan seterusnya yang kesemuanya ini akan menjadi penyebab bagi lemahnya jiwa. Sabar terdiri dari beberapa pembagian, seperti sabar dalam perang yang muncul dari orang-orang pemberani, sabar dalam kemarahan yang hal ini merupakan hilm, sabar menghadapi sulitnya ketaatan, sabar atas tuntutan syahwat dan selainnya. Pada hakikatnya kebanyakan dari akhlak yang mulia senantiasa berada dalam ujian kesabaran. Posisi sabar berada dalam derajat yang tinggi. Allah Swt akan memberikan kebaikan lebih banyak kepada orang-orang yang sabar, dan kebanyakan dari derajat-derajat surga berkaitan dengan mereka. Lebih dari tujuh puluh pembahasan telah disebutkan dan telah dibuktikan tentang begitu banyaknya sifat-sifat para sabirin di mana telah diletakkan bagi mereka salawat, rahmat dan hidayat serta pahala yang besar itu telah sampai kepada mereka. Telah disinggung di dalam hadist-hadist tentang begitu banyaknya keutamaan bagi orang-orang yang sabar. Telah diriwayatkan bahwa posisi sabar di dalam iman seseorang itu sebagaimana posisi kepala terhadap badan manusia. Seseorang yang tidak mempunyai kepala pasti tidak mempunyai badan. Demikian juga orang yang tidak memiliki kesabaran, berarti dia tidak mempunyai iman. Metode untuk memperoleh jenjang-jenjang kesabaran adalah dengan memperhatikan beberapa persoalan di bawah ini: Pertama: Perbanyaklah mempelajari hadist-hadist yang membahas tentang keutamaan-keutamaan bala dan musibah dunia, dan perhatikanlah bahwa berhadapan dengan setiap musibah akan menaikkan derajat atau menghilangkan kejahatan dalam diri seseorang. Yakinlah bahwa tidak akan ada kebaikan pada seseorang yang mendapatkan musibah tanpa adanya kesusahan. Kedua: Berfikirlah bahwa masa musibah sangatlah pendek, hanya sekejap dan segera setelah itu akan terbebas, lalu kembali ke rumah yang damai untuk beristirahat. Ketiga: Berfikirlah terhadap manfaat dari ketidaksabaran dan panik, meskipun apapun yang menjadi takdir akhirnya akan terjadi. Ketahuilah bahwa ketidaksabaran tidak akan memberikan keuntungan sama sekali, dan apa yang telah terjadi tidak akan bisa dirubah meskipun mereka telah menentukannya. Bahkan, ketahuilah bahwa ketidaksabaran dan panik justru akan menghancurkan pahala seseorang dan akan menjatuhkan sifat kesabaran yang dimilikinya. Keempat: Perhatikanlah keadaan orang-orang yang telah tertimpa bala dan musibah yang lebih berat dan lebih pahit dari dirimu. Kelima: Ketahuilah bahwa bala dan musibah merupakan dalil dari keutamaan dan kebahagiaan seseorang. Keenam: Ketahuilah bahwa orang-orang yang ridha terhadap musibah akan mendapatkan kesempurnaan. Ketujuh: Berfikirlah bahwa musibah yang terjadi itu berasal dari Haq Ta'ala dimana Dia merupakan paling dekatnya sahabat yang tidak menginginkan sesuatu dari engkau selain kebaikan dan kebenaranmu. Kedelapan: Ikutilah prilaku para muqarrabin dan perhatikanlah musibah yang menimpa mereka serta lihatlah kesabaran mereka dalam menghadapi musibah tersebut, sehingga hal ini akan memunculkan kesabaran dan potensi ruh dalam dirimu. Dan ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan sabar adalah sebagaimana yang telah disebutkan pada awal pembahasan. Tetapi sedihnya hati serta keluarnya air mata merupakan tuntutan insan, dan hal ini tidak akan mengeluarkannya dari batas kesabaran. Contoh dari hal ini adalah orang yang sakit rela untuk di-hijamat, tetapi dia tetap terpengaruh oleh rasa sakit yang ditimbulkan oleh hijamat tersebut.
Pelajaran ke lima
puluh: SYUKUR
Syukur atas nikmat ialah mengenali si mun'im (pemberi nikmat)-nya, dan merasa bahagia terhadap nikmat tersebut serta menggunakannya dalam hal-hal yang diridhai oleh mun'imnya. Posisi syukur lebih mulia dari posisi orang-orang yang beruntung, dan merupakan faktor pemberangus musibah serta akan menyebabkan bertambahnya kenikmatan. Oleh karena itulah syukur merupakan suatu hal yang diperintahkan dan sangat ditekankan. Allah Swt. berfirman: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat Ku) maka sesungguhnya azab Ku sangat pedih". Dari ayat ini dan dari hadist-hadist yang muktabar diketahui bahwa para pengingkar nikmat yang menolak untuk bersyukur akan menyebabkan mereka mendapatkan kemalangan pada hari pembalasan dan akan menyebabkan tidak tercurahnya rizki serta akan menjadikan kelambatan turunnya nikmat di dunia. Makna syukur adalah menggunakan nikmat dimana dalam menggunakannya terdapat keridhaan Mun'im. Oleh karenanya, merupakan hal yang urgen bagi para pensyukur nikmat untuk mengenali segala sesuatu dimana keridhaan Ilahy terdapat di dalamnya serta terdapatnya pengetahuan terhadap persoalan-persoalan yang makruh dan melanggar keridhaan Ilahy, sehingga dengan hal ini mereka mampu untuk mensyukuri serta meninggalkan pengingkaran terhadapanya. Metode yang bisa dipergunakan untuk menemukan rangkaian dari segala yang dicintai oleh Allah, dan segala yang dimakruhkan-Nya adalah dengan mengenal agama yang muqaddas, dimana segala sesuatu yang menyebabkan keridhaan-Nya atau yang melanggar keridhaan-Nya terangkum secara keseluruhan di dalamnya. Posisi pertama adalah hal-hal yang wajib dan mustahab dan pada posisi kedua adalah hal-hal yang makruh dan haram. Oleh karena itu barang siapa yang tidak mempunyai informasi terhadap serangkaian hukum-hukum syari'at suci ini di dalam amalan dan perbuatan-perbuatannya, berarti dia tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan hak syukur kepada Allah Swt. Ketahuilah bahwa cara untuk bersyukur kepada Allah terpaku pada beberapa hal: Pertama: Melihat kepada yang lebih rendah darinya dalam persoalan-persoalan yang berhubungan dengan keduniaan, dan melihat kepada yang lebih tinggi dalam persoalan-persoalan agama. Kedua: Memperhatikan keadaan orang-orang yang telah meninggal, serta berfikir bahwa akhir yang sesuai buat mereka adalah dikembalikannya mereka ke dunia ini sehingga mereka bisa melakukan amal yang baik di dunia. Oleh karena itu, misalkanlah dirimu pada posisi mereka dan berimajinasilah bahwa hal ini bisa terjadi dan bisa kembali lagi ke dunia. Ketiga: Ingatlah apa yang telah terjadi pada dirimu dengan melihat musibah-musibah dan penyakit-penyakit yang mematikan yang tidak ada lagi harapan untuk sembuh. Oleh karena itu, hargailah sebaik mungkin terbebasnya dari kesemua itu. Keempat: Syukurilah segala musibah yang terjadi pada dirimu, karena sebenarnya engkau tidak mengalami musibah yang lebih berat dari itu, atau bersyukurlah karena musibah tidak sampai pada agamamu. Kelima: Perdalamlah pengenalan terhadap Tuhanmu, dan bertafakkurlah dalam ciptaan Ilahy serta segala keragaman nikmat lahir maupun batin dimana kesemuanya itu lebih banyak dari apa yang telah engkau dapatkan. Allah Swt. berfirman: "Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka tidaklah kamu dapat menghitungnya". |
|
|
PENUTUP.
Ketahuilah bahwa untuk mensucikan jiwa dari sifat-sifat yang rendah dan tercela serta menghiasinya dengan sifat-sifat yang indah serta terpuji, terdapat beberapa hal urgensi yang perlu untuk dilakukan: Pertama: Senantiasa mempertahankan serta mengaplikasikan diri dengan amalan-amalan yang merupakan pengaruh dari sifat-sifat terpuji, dan mau tidak mau memacu jiwa kepada aktifitas-aktifitas yang melahirkan sebuah sifat yang merupakan tuntutan edukasinya atau berada dalam intensi keabadian dan penjagaan terhadapnya. Kedua: Senantiasa melakukan perenungan terhadap kondisi dan memberikan atensi terhadap amalan serta aktifitas diri. Pada setiap amalan yang hendak dilakukan, terlebih dahulu harus merenungkannya sehingga tidak akan ada kontradiksi dengan urgensi penempatan kebaikan, dan tidak lalai dari keadaan dirinya dalam segala kondisi. Bahkan setiap hari dan malam hendaknya membuka buku amalannya serta melakukan perhitungan dari kepala hingga kakinya dan meneliti serta mengamati apa yang telah muncul dan telah dia lakukan. Apabila merupakan suatu amalan yang baik dan terpuji, maka hendaklah bersyukur. Dan apabila merupakan amalan yang berada dalam keburukan, maka hendaknya bertaubat serta melakukan kontemplasi tentangnya. Ketiga: Menghindarkan hal-hal yang membuat semakin bangkitnya potensi syahwat atau kemarahan, misalnya: menghindarkan mata, telinga dan hati dari melihat, mendengar dan membayangkan segala sesuatu yang dapat membangkitkan syahwat dan kemarahannya. Berusahalah untuk semakin banyak menjaga hati dari khayalan terhadapnya. Keempat: Jangan tertipu dengan nafsu sendiri, dan sama sekali janganlah menganggap apa yang dilakukannya itu benar, dan berusahalah untuk semakin banyak mencari aib dan cacat diri, serta berusahalah dengan pandangan yang cermat untuk mencari keburukan diri yang tersembunyi. Ketika berhadapan dengan sesuatu darinya, maka berusahalah untuk menghilangkannya. Ketahuilah bahwa setiap nafsu dan jiwa adalah pecinta dari sifat dan aktifitasnya sendiri. Oleh karena itu amalan serta aktifitasnya senantiasa benar dalam pandangannya. Orang semacam ini tidak akan pernah bangkit tanpa terlebih dahulu berfikir dan meneliti kekurangan dirinya. Dan sebaiknya meminta bantuan dari orang-orang yang bisa dipercaya dan para sahabatnya untuk meneliti kekurangan dan aib dirinya. Hendaknya senantiasa menunggu apa yang ditampakkan oleh para musuh serta lawannya dalam mengungkap kekurangannya. Setelah itu berusaha untuk meredam dan menghilangkannya. Dan sebaiknya menjadikan apa yang dikatakan oleh orang lain sebagai refleksi dari penampakan aib dirinya. Oleh karena itu, hendaklah berfikir positif terhadap apa yang keluar dari mereka serta menganggap buruk amalnya tersebut. Dan ketika berhadapan dengan keburukan segala sesuatu, dia tetap mengetahui meskipun amalan tersebut keluar darinya, amalan tersebut tetap merupakan amalan yang buruk. Dan ketika berhadapan dengan kebaikan dimana amalan tersebut pun berasal darinya, maka tetap pula menganggapnya sebagai sebuah amalan kebaikan. Oleh karena itu berusahalah untuk memberanguskan keburukan diri dan bertekadlah untuk mencari etika yang hasanah. Kelima: Menganggap penting untuk menghindarkan diri dari percakapan-percakapan yang buruk serta jahat. Dan menganggap bahwa menjauhkan diri dari teman sebangku yang berakhlak buruk adalah sebagai suatu kewajiban, dan sebaliknya hendaklah senantiasa melakukan percakapan dengan para orang-orang yang memiliki akhlak terpuji serta para petinggi agama, karena majelis serta percakapan dengan setiap orang akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap dirinya. Sebagaimana karakter seorang pencuri yang senantiasa mengambil secara paksa apa saja yang dia lihat dari orang lain. Dalam sebuah sya'ir dikatakan: Karena duduk dengan orang-orang tercela, Putra Nuh telah kehilangan keturunan nubuwwahnya. Tetapi, karena hanya beberapa hari bersama orang-orang mulia, anjing Ashabul Kahfi telah berubah menjadi manusia. Selain itu, barang siapa yang berkumpul dengan para pelaku maksiat, berarti dia telah bersama dalam azab mereka dan terbakar bersama api mereka. Allah Swt. berfirman: "Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh oleh api neraka". Untuk menegaskan betapa besarnya pengaruh yang akan ditimbulkan oleh berkumpul dengan para pelaku maksiat, kami akan menukilkan sebuah hadist mulia yang di dalamnya terangkum serangkaian manfaat agung, dan dengan ini pula kami akan menutup risalah ini. Syeikh Kulainy ra telah meriwayatkan sebuah hadist dari Imam Shadiq As, beliau As bersabda: "Suatu hari Hadhrat Isa Al Masih As melewati sebuah perkampungan di mana penghuninya, burung-burung dan hewan-hewan, seluruhnya telah mati. Hadhrat Isa melihat pemandangan semacam ini bersabda kepada para khawariyyun: "Lihatlah, penghuni perkampungan ini telah mati karena azab Allah Swt. Seadainya mereka mati pada waktu yang berbeda pasti di antara mereka akan saling menguburkan yang lainnya" Khawariyyun -yang merupakan sahabat-sahabat khusus Hadzrat Isa As- bertanya kepada beliau: "Wahai Ruhullah, mintalah kepada Allah Swt agar Dia menghidupkan mereka kembali, supaya mereka memberitahukan kepada kami amalan seperti apakah yang telah menyebabkan mereka mendapatkan azab seperti ini, sehingga kami bisa menghindari perbuatan tersebut". Memenuhi permohonan mereka, Hadhrat Isa As berdo'a dan memohon kepada Nya. Tidak lama kemudian muncullah suara yang mengatakan untuk memanggil penghuni perkampungan tersebut. Pada malam harinya Hadhrat Isa As pergi menuju ke tempat yang tinggi dan bersabda: "Wahai penghuni kampung!", lalu salah seorang penghuni kampung menjawab: "Labbaika, ya Ruhullah". Kemudain Isa Kalimatullah bersabda: "Katakan, apakah yang telah kalian lakukan di dunia?" Dia berkata: "Kami beribadah kepada thaghut, bersahabat dengan dunia tanpa rasa takut kecuali sedikit, mempunyai harapan yang panjang dan lalai serta sibuk dengan berfoya-foya" Isa As bersabda: "Hingga seberapakah kecintaan kalian kepada dunia?". Dia berkata: "Kecintaan kami kepada dunia sebagaimana kecintaan seorang anak kepada ibunya. Setiap kali mereka menghampiri kami, maka kami sangat gembira menyambutnya, dan setiap kali mereka membelakangi kami, maka kami menangis dan bersedih hati". Al-Masih As bersabda: "Bagaimanakah ibadah kalian kepada thaghut?". Dia menjawab: "Kami mentaati para pelaku maksiat, yaitu dalam semua persoalan batil, dan setiap kali kami ditugaskan untuk itu, kami senantiasa mentaatinya". Isa As bersabda: "Lalu apakah yang kalian peroleh dari penugasan tersebut?". Dia berkata: "Malam hari kami dapat tidur dengan nyenyak dan lelap, tetapi pada keesokan harinya kami melihat diri kami berada di dalam neraka". Isa As bersabda: "Apakah neraka itu". Dia menjawab: "Adalah sijjin". Isa As bersabda: "Lalu apakah sijjin itu?" Dia menjawab: "Adalah gunung-guung yang berasal dari api yang senantiasa akan tertumpahkan apinya kepada kami hingga hari kiamat". Isa bersabda: "Lalu apa yang kalian katakan dan apa jawaban yang diberikan kepada kalian". Dia menjawab: "Kami berkata bahwa kembalikanlah kami ke dunia hingga kami hidup dengan zuhud dan sederhana, dan jawaban atas kami adalah kalian adalah pembohong". Isa As bersabda: "Apa sebabnya kok hanya kamu yang dapat bercakap-cakap denganku di antara mereka yang ada?". Dia berkata: "Ya Ruhullah, sebabnya adalah: mulut mereka telah ditutupi oleh tali kekang api, dimana tali kekang tersebut dipegang oleh tangan para malaikat dengan kuat dan kencang sehingga menjadikannya sebagai wakil mereka. Sebenarnya aku ini tidak termasuk golongan mereka. Namun karena aku berada di antara mereka, maka begitu azab ini terjadi atas mereka, akupun menjadi terseret ke dalamnya. Oleh karena itulah aku bergelantungan pada sehelai rambut di samping jahannam. Aku tidak tahu apakah akhirnya akan jatuh ke dalamnya ataukah akan terselamatkan". Setelah mendengar jawaban ini Hadhrat Isa As menghadap kepada khawariyyun dan bersabda: "Wahai para sahabatku, sesungguhnya memakan roti kasar dengan garam dan tidur di atas sampah, tetapi tetap mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat, merupakan sebuah kebaikan yang sangat besar, dan kalian harus menyadari dan menghargai kenikmatan ini". Tidak terelakkan lagi bahwa apa yang dikatakan oleh laki-laki ini dengan keadaan perkampungannya tersebut kepada Hadhrat Isa As, persis sebagaimana keadaan kita dan keadaan para manusia pada zaman kita sekarang ini. Banyak dari kita yang bahkan tidak memiliki rasa takut hatta sedikitpun, sementara mereka memilikinya. Dan tentang kecintaan kita kepada dunia, panjangnya angan-angan kita, kelalaian serta sifat foya-foya kita, merupakan sebuah kondisi yang sangat jelas dan kita saksikan sendiri. Setiap orang yang melihat keadaan dirinya dan keadaan para penghuni zamannya, maka hal-hal di atas menjadi sangat jelas buat dirinya sendiri. Betapa indahnya perumpamaan yang dikisahkan oleh para hukama bahwa keadaan kita, kelalaian, keangkuhan kita di dunia ini, sebenarnya persis seperti keadaan seorang lelaki yang berada di tengah sahara. Tiba-tiba ia melihat seekor harimau buas di belakangnya. Dengan segera laki-laki ini bersembunyi di samping sebuah sumur. Lelaki malang ini memiliki sebuah tali yang ia ikatkan di pinggang nya. Lalu tali tersebut dia ikatkan pada sebatang ranting yang terletak di samping sumur sehingga dengan tali tersebut tubuhnya bisa menggelantung di tengah-tengah lobang sumur. Kemudian pada saat tubuhnya bergelantungan, dia menengok ke arah bawah sumur dan dia melihat seekor ular besar yang tengah membuka mulutnya. Ular itu menunggunya, dan ketika pada saatnya nanti dia jatuh dari tali tersebut, dengan segera ia menyantapnya. Dalam kondisi seperti ini diapun mendapatkan dua ekor tikus yang berwarna hitam dan putih yang mulai menggerogoti tali yang terlilit di pinggangnya. Sementara pada saat yang bersamaan matanya tertuju pada sarang madu yang bercampur tanah yang terletak di samping sumur dengan begitu banyak lebah yang berkumpul di sekitarnya. Lelaki malang ini sejenak lupa dengan keberadaan tikus yang tengah menggerogoti tali pinggangnya tersebut. Bahkan diapun lengah dengan dirinya yang sebentar lagi akan jatuh ke dalam mulut ular. Pada kondisi seperti itu dia malah menyibukkan diri dengan memakan madu bercampur tanah tersebut dan bertengkar dengan lebah-lebah. Siapapun yang mendengar hikayat ini, pasti akan berkomentar bahwa betapa dungu dan tololnya lelaki tersebut. Bagaimana mungkin dalam kondisi seperti itu dia bisa lalai, dan bagaimana pula dia bisa menikmati madu tersebut, padahal seharusnya dia lebih mementingkan untuk mencari jalan keselamatan. Sebenarnya, hikayat ini persis seperti keadaan kita, dimana dunia ini berada dalam posisi sumur. Ular naga yang sedang membuka mulutnya adalah ajal dan kematian serta kubur kita. Dua tikus yang berwarna hitam dan putih adalah malam dan siang yang senantiasa akan menggerogoti umur kita serta memutuskannya. Sementara madu yang bercampur tanah itu merupakan kelezatan duniawi yang termanifestasikan dalam kesulitan yang begitu banyak. Sedangkan lebah merupakan anak-anak dunia, dimana kita senantiasa bermusuhan dengan mereka karena persoalan-persoalan dunia. Ya Ilahi, kokohkan hati ini agar tetap memiliki tekad yang membaja untuk dapat mentalak dunia dan materinya dengan talak tiga. Oh…dunia, Gurri ghayri. Qad thallaqtuki tsalatsan. Wala roj'ata fiki. Wal-hamdulillahi Rabbil 'Alamin…………………. Qum al-Muqaddasah Akhir Dzul Qa'dah 1426 H Hamba yang haqir: Abu Qurba |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar