Nasib Musuh Imam
Husein as: Asma Kharijah
Asma Kharijah
Asma Kharijah merupakan
bangsawan dan orang kaya Kufah serta tokoh dari kabilah Qais.
Sumber-sumber sejarah
menyebutnya sebagai pribadi yang punya pengaruh dan pendukung Bani Umayah.
Begitu getolnya ia mendukung Bani Umayah sehingga secara terang-terangan banyak
orang yang menyebutnya Umawi al-Hawa, penyembah Umayah. Asma Kharijah memiliki
posisi khusus di istana para khalifah yang sezaman dengannya. Bahkan ia
termasuk orang dekat istana, pemberani dan orang Arab yang dermawan. Biasanya
ia menjadi pelaksana wali kota dan sering mengintervensi peristiwa yang
terjadi.
Ayahnya Kharijah bin
Hishn dari kabilah Bani Fazarah. Ia bersama sejumlah tokoh kabilahnya memilih
Islam dan mendatangi Rasulullah Saw pasca Perang Tabuk. Pamannya Ainiyah bin
Hishn merupakan tokoh dan seorang pemberani Arab yang terkenal permusuhannya
dengan Nabi Muhammad Saw, tapi di peristiwa Fathu Makkah, ia menemui Rasulullah
Saw dan memeluk Islam. Sementara anaknya Hindun, suami Ubaidillah bin Ziyad
yang kemudian menikah dengan Basyar bin Marwan dan setelah itu dengan Yusuf
Tsaqafi. Tiga kali kawin membuatnya terkenal.
Asma Kharijah sendiri
dari keluarga ibu Hasan al-Mutsanna, anak Imam Hasan Mujtaba dan menantu Imam
Husein as. Berdasarkan bukti-bukti yang ada ia lahir sekitar tahun kedua
Hijrah, tapi peristiwa kehidupannya hingga tahun 51 Hq tidak tercatat dalam
sejarah.
Di tahun 51 Hq di masa
Muawiyah, lewat perintah Ziyad bersama beberapa orang pembesar Kufah memfitnah Hijr
bin Adi, sahabat dekat Imam Ali as. Mereka bersaksi akan kafirnya Hijr bin Ad
di hadapan Muawiyah yang membuat Muawiyah membunuh Hijr bin Adi bersama anak
dan sahabatnya.
Ketika Hindun, anaknya
menikah dengan Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Irak, Asma berkuasa di Basrah.
Jabatannya di Basrah dengan sendirinya menunjukkan posisinya dan keluarganya di
Kufah. Dalam penjelasan peristiwa Irak, ketika Imam Husein as bangkit, nama
Asma tidak terlihat, sekalipun ia sendiri Syiah, tapi ia termasuk sahabat dekat
Ubaidillah bin Ziyad dan termasuk pelaku kejahatan di Karbala. Ia menjadi
penyebab terbunuhnya Hani bin Urwah dan Muslim bin Aqil. Hanya sedikit
sumber-sumber sejarah yang menulis namanya sebagai seorang yang mengundang Imam
Husein as ke Kufah. Kebanyakan sumber sejarah justru tidak mencatat
kehadirannya di Karbala.
Menurut penukilan
seluruh sejarawan, tahun 60 Hq dalam peristiwa penangkapan Hani bin Urwah
Muradi, Asma bersama Muhammad bin Asy'ats ditugaskan untuk melakukan pekerjaan
ini tapi setelah itu ia memrotes perilaku Ibnu Ziyad terhadap Hani. Akibat
protesnya itu ia dihukum. Peristiwa ini terjadi mendekati peristiwa Karbala.
Beberapa waktu sebelum
terjadinya peristiwa Karbala, Asma Kharijah telah memperingatkan Mukhtar
at-Tsaqafi soal penentangannya terhadap Ibnu Ziyad, tapi Mukhtar melontarkan
kata-kata buruk kepada Ibnu Ziyad, sehingga ia ditangkap dan dipenjarakan atas
perintah Ibnu Ziyad.
Pasca syahadah Imam
Husein as di hari Asyura dan keluarganya ditawan, Hasan al-Mutsanna juga ikut
tertawan. Asma Kharijah yang masih punya hubungan keluarga lewat ibu dengan
Hasan al-Mutsanna membawanya keluar dari rombongan tawasanan dan berkata,
"Demi Allah! Saya tidak akan membiarkan anak Khulah, ibu Hasan al-Mutsanna
dan masih dari kabilah yang sama dengan Asma, mengalami kesulitan." Ia
lalu memerintah Umar bin Saad untuk menyerahkan Hasan kepadanya.
Berdasarkan penukilan
sebagian sumber, Hasan al-Mutsanna menderita luka di sekujur badannya dan Asma
mengobatinya selama di Kufah. Setelah sembuh, ia mengirimkan Hasan ke kota
Madinah kepada keluarnya.
Pada tahun 67 Hq, ketika
Mukhtar at-Tsaqafi bangkit menuntut balas pembantaian Imam Husein as dan
syuhada Karbala, ia berhasil menguasai Kubah. Mukhtar mengepung Abdullah bin
Muthi' di Dar al-Imarah. Pada waktu itu, Asma bersamanya. Asma mendorong
Abdullah bin Muthi' meminta surat perlindungan bagi dirinya dan tokoh-tokoh
Kufah. Dalam serangan yang dimulai dari Arqah ke kota Kufah, Asma dan Syabat
bin Rabi' mencegah Ibrahim bin Asytar memerangi Khawarij atas dasar dengki.
Dengan mencermati
masalah ini dan hubungan akrab antara Asma dan Ubaidillah bin Ziyad, Mukhtar
mengeluarkan perintah untuk merusak rumah Asma. Akibatnya ia lari ke gurun
pasir dan bergabung dengan keluarganya. Di sebagian penukilan disebutkan, Asma
pergi ke Syam dan rumahnya dirusakkan atas perintah Mukhtar.
Setelah Abdul Malik bin
Marwan, pasca meninggalnya Yazid, ia menjadi penguasa kota Syam, menang melawan
Mush'ab bin Zubair, saudara Abdullah bin Zubair, penguasa Basrah dan setelah ia
memasuki kota Kufah, Asma Kharijah beranggapan Hamid bin Harits Kalbi ingin
memrotes kekayaan Bani Fazarah. Masalah ini menyebabkan terjadinya perang
antara Bani Qais dan Bani Kalb yang dikenal dengan perang Yaum Nabat Qain.
Seorang anak laki-lakinya bernama Ainiyah ikut dalam perang ini.
Sebagian sumber mengutip
sejumlah pertemuan yang dilakukan Asma dengan Abdul Malik bin Marwan. Di tempat
lain disebutkan ia ikut hadir dalam pertemuan-pertemuan Hajjaj bin Yusuf
Tsaqafi.
Nama Asma terkadang disebut
dalam golongan Tabi'in yang menukil hadis dari Ali bin Abi Thalib as dan
Abdullah Masud.
Sebagian sejarawan
bahkan menisbatkan sejumlah ucapan hikmah kepadanya. Ibnu Nadim menukil adanya
buku bernama "Asma bin Kharijah al-Fazari" tapi sudah musnah. Sebagian
penyair seperti Farazdaq menganggapnya sebagai seorang tokoh dan dermawan.
Kedermawanannya dikenal di Kufah. Farazdaq mengingatnya sebagai orang baik,
pasca kematian Hajjaj bin Yusuf.
Asma Kharijah memiliki
anak bernama Malik bin Asma yang menjadi tokoh di kabilahnya. Ia sempat menjadi
penguasa kota Isfahan di masa Hajjaj bin Yusuf, tapi ia akhirnya dipenjara
akibat pengkhianatan dalam masalah harta. Hassan bin Asma, anak lain Asma
Kharijah yang menurut kutipan Thabari disebutkan ia ikut dalam penangkapan Hani
bin Urwah. Sementara Ainiah, anak Asma yang lain di masa kebangkitan Mukhtar
merupakan anggota pasukan Ubaidillah bin ziyad. Hindun merupakan putrinya
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sebagian sumber menyebut Aflah bin
Malik sebagai cucunya yang menjadi tokoh Khorasan dan berteman dengan Abu
Muslim Khorasani.
Dalam sejarah tidak
disebutkan tanggal kematian Asma Kharijah.
Ada perbedaan mengenai
tahun kematian Asma. Dan perbedaan itu dimulai dari tahun 66 Hq (685) hingga
tahun 82 Hq (701). Hal penting yang patut diperhatikan, bersamaan dengan masa
kehidupannya, Asma bin Haritsah Salami merupakan sahabat Nabi Muhammad Saw
meninggal tahun 66 Hq. Ada pribadi lain bernama Asma bin Hakam Fazari yang
meninggal di Perang Shiffin dan merupakan sahabat Imam Ali as. Ia disebutkan
juga meriwayatkan dari Imam Ali as. Oleh karenanya, tidak jauh bila disebutkan
bahwa nama Asma ini terkadang tercampur aduk dengan dua nama lain dalam
sumber-sumber sejarah, baik yang sebelum atau sesudahnya. (IRIB Indonesia /
Saleh Lapadi)
Sumber:
1. Dairah al-Maarif
Bozourg-e Eslami dengan mengutip dari Thavari, Abu al-Faraj Isfahani, Ibnu
Asakir, Ibnu Abi Hatim, Jahizh dan sumber-sumber lainnya.
2. Farhang Ashoura.
3. Nafas al-Mahmum.
4. Maarif wa Maariif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar