Laman

Sabtu, 30 April 2011

INILAH KEBIADABAN WAHABI PERTAMA DI INDONESIA : (WAJIB DIBACA DAN DIKETAHUI SERTA DISEBARKAN)


Tulisan ini bertujuan untuk menyampaikan ringkasan sejarah perang paderi 

Betapa mengerikan, bagaimana sekelompok orang YG BERFAHAM WAHABI dengan dalil mengatasnamakan pe-murni-an agama menyerang umat islam lainnya, membantai raja dan 
seluruh keluarganya dengan kejam dan licik, menghancurkan 2 kerajaan, 
dan mengakibatkan kematian jutaan orang.... Seluruhnya atas nama 
pe-murni-an agama dari adat istiadat yang (menurut mereka) melanggar 
syariat islam.


3 Fase Perang Paderi

Sebagaimana diketahui, perang paderi biasanya dibagi dalam 3 fase yaitu:

** Fase 1: 1802 – 1821

Periode ini adalah fase kelam penyerangan yang dimotori segelintir kaum 
wahabi terhadap umat islam lainnya atas nama pe-"murni"-an agama dari 
"adat istiadat" yang menyimpang dari syariat islam. Dalam periode ini, 
terjadi pembantaian terhadap Raja Minangkabau dan seluruh keluarganya. 
Penyerangan kaum paderi di SUmatera Barat dan Sumatera Utara 
mengakibatkan korban jiwa yang sangat besar, di susul oleh berjangkitnya
wabah kolera mengakibatkan runtuhnya Kerajaan Islam Minangkabau di 
Sumatera Barat. Kaum Paderi juga merangsek ke Sumatera Utara meng-invasi
Kerajaan Batak Bakkara dan menewaskan Sisingamangaraja X.

Seluruh penyerangan yang melemahkan Kerajaan di Sumatera barat dan 
Sumatera Utara ini mengakibatkan mudahnya penjajah Belanda masuk ke 
Padang mulai tahun 1819.

** Fase 2: 1821 – 1832

Periode ini adalah pertempuran antara kaum paderi melawan penjajah belanda.

** Fase 3: 1832 – 1837

Periode ini adalah pertempuran kaum paderi bersama rakyat Sumatra Barat 
lainnya (termasuk kaum "adat" yang pernah dibantai secara biadab oleh 
kaum Paderi) melawan penjajah belanda.

Selanjutnya saya hanya akan menuliskan sejarah kaum paderi pada fase 1 
1802 -1821. Karena fase 2 dan fase 3 sudah banyak diceritakan di sejarah
Imam Bonjol versi sekolah.

Penyerangan Kaum Paderi Terhadap Kerajaan Islam Minangkabau 

Dimulai dari tahun 1802, dimana 3 orang yang baru pulang dari arab saudi
mendirikan gerakan wahabi di Sumatera Barat yaitu Haji Miskin dari 
Pandai Sikat (Luhak Agam), Haji Abdur Rahman dari Piabang (Luhak Lima 
Puluh) dan Haji Muhammad Arief dari Sumanik (Luhak Tanah Datar). Gerakan
wahabi oleh 3 pak haji ini tidak mendapat respons yang baik dari rakyat
muslim Sumatera Barat pada saat itu. 

Hingga pada 1803, gerakan wahabi menjadi gerakan bersenjata setelah Haji
Miskin mendapat sokongan dari 7 orang muridnya yang dipimpin Tuanku Nan
Renceh. Selanjutnya Haji Miskin dan 7 muridnya menamakan diri Harimau 
Nan Salapan, berpakaian jubah putih-putih, dan kemudian disebut sebagai 
kaum paderi.

Atas nama pe-murni-an agama islam dari praktek adat, selanjutnya kaum 
paderi menyerang sekelompok orang yang menyelenggarakan pesta adat 
(termasuk di dalamnya ada judi sabung ayam) di Bukit Batabuh pada 1803. 
Penyerangan berdarah ini diikuti dengan penyerangan-penyerangan 
berikutnya di berbagai kota di Sumatera Barat.

Hingga pada tahun 1808, Raja Minangkabau Sultan Arifin Muning mengundang
kaum paderi dalam perundingan damai di Kuto Tengah. Sayangnya, kaum 
paderi justru melakukan pembantaian kejam atas Sultan Arifin Muning Alam
Syah beserta keluarga dan pembesar kerajaan yang hadir dalam pertemuan 
tersebut (kecuali 1 cucunya yang sempat melarikan diri). Setelah itu 
kaum paderi tak tertahankan lagi dengan serangan ke pusat kerajaan 
Islam Minangkabau, dan menghancurkan istana pagaruyung.

Atas keberhasikan serangan ke pusat Kerajaan Islam Minangkabau 
Pagarruyung di Tanah Datar, maka salah seorang panglima paderi kemudian 
dikaruniai kewenangan oleh pimpinan kaum paderi Tuanku Nan Renceh untuk 
membangun Benteng Bonjol. Panglima tersebut adalah sekaligus murid 
utama Tuanku Nan Renceh, bernama Malin Basa atau Peto Syarif atau 
Muhammad Syahab, dan kemudian bergelar Tuanku Mudo Imam Bonjol menjadi 
pemimpin benteng bonjol yang menjadi pusat penyerangan paderi menguasai 
seluruh wilayah Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

Serangan di seluruh kerajaan islam minangkabau di Sumatera Barat, dan 
kemudian meluas ke Sumatera Utara ke kerajaan Batak Bakkara hingga 
menewaskan Sisingamangaraja X, menimbulkan korban jiwa mencapai jutaan 
orang, di susul dengan wabah kolera, yang kemudian melemahkan seluruh 
sendi kerajaan di SUmatera Utara dan Sumatera Barat hingga melempangkan 
jalan bagi kerajaan belanda masuk ke Padang pada tahun 1819

18 komentar:

  1. Cerita ini berbeda dg yang beredar sumatera barat. Masak pejudi atau tukang adu ayam atau hukum waris yg ditentang dibiarkan aja. bagusnya belajar dulu apa itu adat minang mengenai warisan. dari pada menyebar kebohongan.

    BalasHapus
  2. Inilah ciri org. yg tidak menyukai penghapusan adat yg tidak sesuai dgn agama Islam karena akan menghapuskan jg mata pencarian mereka spt misalnya undangan tahlil, maulid dll yg notabene pulangnya pasti bawa berkat & amplop...bayangkan kalo dlm 1 hari ada 3 undangan.....maka dikaranglah cerita bohong spt diatas...

    BalasHapus
  3. http://id.wikipedia.org/wiki/Muningsyah_dari_Pagaruyung

    semoga kalian baca juga riwayat ini. imam bonjol@ c erita didaerah anda itu tidak benar, cerita diatas dan situs yg saya bawakan inilah bukti sejarah yg benar. silahkan dicek kembali kenyataan sejarahnya.

    BalasHapus
  4. smoga bukan cerita fitnah..

    BalasHapus
  5. tenang saja kawannn, aku juga orang indonesia,,, aku gak benci adat, yang jelas kalo tidak bertentangan sara,,, ya boleh,,,, melestarikan adat,, kok gak boleh,,,,,, "SYRIK" itu yang sering di ucapkan dan "BID"AH" mungkin kata 2 itu yang sering terucap pada sekte ini,,,,, mengaku dirinya paling benar,,,,,,

    BalasHapus
  6. Yang jelas Imam Bonjol adalah Wahabi/Salfi sdh diakui sebagai Pahlawan Nasional RI dalam jihad melawan Belanda. Adapun kaum Syiah biasanya pengecut lawan penjajah, bahkan munafik bersekongkol dengan kaum kuffar seperti di Iraq, Afghan saat ini. Di Lebanon, Hizbullah 3 in 1 dengan AS dan Bintang David

    BalasHapus
  7. Smua cerita diatas adalah sebuah Dusta...!! yg dikarang oleh kaum Syi'ah yg sangat membenci dgn Dakwah Tauhid

    BalasHapus
  8. Tulisan anda di atas diambil dari buku Tuanku Rao yang sudah dibantah oleh Buya Hamka karena di dalamnya banyak terkandung kekeliruan dan tidak jelas sumbernya ditambah lagi banyak hal yang tidak logis.

    BalasHapus
  9. fase1, menurut penulis ini, seharusnya didukung bukti2 ilmiah sejarah, apakah penulis tidak merasa bersalah kalau hanya didasarkan prasangka apalagi kebencian dengan komunitas tertentu yang boleh jadi lebih baik dibanding anda, kalau statement saya benar mudah2an Anda cepat tobat dengan sungguh2. Syukron

    BalasHapus
  10. y klo memang adat setempat keliru y wajar kalo dibersihkan. g smua budaya adat nasional (asli tanah air)layak dilestarikan. kalo bertentangan dg hukum islam or hukum universal kebenaran, y bwt apa terus dilestarikan

    BalasHapus
  11. memanglah, wahabi dimana-mana bikin heboh. da'wahnya pakai muka hantu mana dapat simpati. Nabi da'wahnya tdk menekan ini salah ini neraka. Katanya ikut salafu asholih tapi malah biangnya teroris. Ngakunya assunnah tapi penampilannya dikampung-kampung buat bid'ah. Tengok aja puasa nabi suruh ru'yah, tapi awal sa'ban dah ngabarin puasanya besok hari ini. Sunnah apaan ini. Katanya pemurnian syari'ah, menghilangkan bid'ah malah bikin bid'ah.

    BalasHapus
  12. Gw taunya kuweh serabi yg dipanggang pake gula... :D

    BalasHapus
  13. WUAHAAA... SETAN SYI'AH LAGI NYAMAR JADI AHLUSUNNAH LALU bikin website buat TEBAR FITNAH ADU DOMBA DENGAN COVER persatuan Islam ... ckckck... Dasar setan shiat bau tai...

    BalasHapus
  14. makanya mw nulis artikel itu di kaji dulu dasar bocah

    BalasHapus
  15. Inilah jadinya kalau agama dipakai alat politik untuk berkuasa. Kaum Syi'ah jelas mempertahankan pendapatnya tentang jalur kekalifahan harus keturunan Ali-Fatimah, sedang Wahabi dengan alasan gerakan pemurnian Islam tapi bekerja sama dgn Saud sang penguasa.
    Maaf menurut saya, Nabi tidak mengajarkan seperti ini.

    BalasHapus
  16. Assalamu'alaikum. Ternyata betul, Sholat dan Membaca Al-Qur'an menjadi pemersatu umat!
    Wahabi enggak salah, yg penting enggak mengajak secara paksa yah. kalau punya pendapat ya silahkan, tp jangan menghina ulama, jangan memBid'ahkan sesuatu tanpa ada kajian. Negara kita menjadi damai dengan umat non muslim, mereka nyaman dengan kita karena kita Bermazhab Asyafi'iah. Islam itu tidak keras, Rasulullah tidak pernah mengajarkan kekerasan.. jadikan Negara kita negara yg Cinta damai, jangan mengkafirkan suatu Golongan.. kami Warga NU, cinta Rasul, Cinta Ulama, Cinta pula kepada pemimpin kita. Mencintai Ulama berarti mencintai Rasulullah, sbab Al'Ulama fii warosatil Anbiya. Ulama pewaris para Nabi.. Atiullaha wa AtiuRasul, wa ulil amri minkum. Allah, Rasul, dan para pemimpin diantara km.. mau kalian wahabi apapun itu! toh kita punya semboyan yg luar biasa. Bhinekka Tunggal Ika.

    BalasHapus
  17. Perlu ada kajian yang lebih mendalam lagi spy terkesan lebih ilmiah... !

    BalasHapus
  18. Makin perlu diperinci, wahabi musuh nusantara.

    BalasHapus