Histeris Rakyat Iran Memperingati “kesyahidan” Fatimah Az Zahra Yang Wafat karena Di Pukul Perutnya Hingga Keguguran Lalu Sakit Parah Hingga Wafat !!!
Jamadil Awal, bulan yang berkah ini mengandungi hari kesedihan buat pencinta Ahlulbait(as), bunda kepada Hassanain, Qurrata ainar Rasul, dan penyambung antara Nubuwwah dan Imamah
.
Seperti biasa, di mana-mana sahaja ada pengikut Ahlulbait(as), maka akan di adakanlah majlis peringatan hari kesedihan ini. Di bawa ini ialah majlis yang dihadiri oleh Ayatollah Khamenei dan pemuka-pemuka politik di Iran.
Ini pula di Qom, yang dihadiri oleh para Marja’, antaranya, Ayatollah Saafi Gulpaigani, Wahid Khurasani dan Ali al Milani. Perhatikan bagaimana orang Syiah berinteraksi dengan ulama mereka, menunjukkan peranan penting ulama dalam sistem sosial masyarakat Syiah, dan perhatikan juga cara mereka dalam mengenang tragedi kepada Ahlulbait(as).
Ya Nabi SAW Puterimu Di Zalimi !!!!!!!!!! Allahu Akbar
Wow, tidak syak lagi, mereka memang mencintai Ahlulbait(as) samada dari percakapan atau perbuatan. Kat Malaysia ramai orang mengaku cinta Ahlulbait(as) jugak, tapi hampeh, tiada sebarang majlis diadakan di masjid-masjid, of course, kecuali penduduk Syiah di Malaysia la.
Hujjatul Islam Moawenian dalam ceramahnya menceritakan kisah berikut. Ulama besar Syiah, Allamah Amini, menyampaikan sebuah pertanyaan sederhana di hadapan para ulama ahlusunah: Siapakah imamnya Fatimah binti Muhammad?
Ada sebuah kisah nyata tentang Allamah Amini (penulis kitabal-Ghadir). Allamah Amini diundang oleh para ulama suni dalam sebuah acara makan malam ketika beliau ada di Mekah atau Madinah. Pertama kalinya beliau menolak, tapi mereka memaksa. Namun kemudian, beliau menerima dengan satu syarat bahwa dia hanya datang untuk makan malam, bukan diskusi, karena pandangan beliau sudah dikenal. Mereka menerima persyaratannya. Mereka mengatakan kalau beliau datang, barulah akan dipikirkan apa yang akan dilakukan.
Dalam pertemuan tersebut terdapat sekitar 70-80 ulama besar suni yang menghafal antara 10-100 ribu hadis yang ada. Setelah mereka makan, mereka ingin mengajaknya terlibat dalam diskusi dan dengan cara ini mereka dapat membuatnya terdiam. Tapi Allamah Amini mengingatkan mereka tentang peraturan bahwa dia datang hanya untuk makan malam.
Salah satu di antara mereka kemudian mengatakan bahwa akan lebih baik jika masing-masing di antara yang hadir dapat mengutipkan sebuah hadis. Dengan cara ini, allamah juga akan terlibat menyampaikan hadis dan hadis tersebut dapat membantu mereka untuk memulai diskusi. Semuanya menyampaikan sebuah hadis sampai akhirnya giliran Allamah Amini. Mereka memintanya untuk menyampaikan sebuah hadis dari Nabi Muhammad saw.
Allamah mengatakan tidak masalah, tapi dia akan menyampaikan sebuah hadis dengan satu syarat: setelah hadis disampaikan, masing-masing dari kalian harus menyampaikan pandangan tentang sanad dan kebenaran hadis tersebut. Mereka menerimanya.
Kemudian, beliau menyampaikan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda: “Siapa yang tidak mengenal imam zamannya kemudian meninggal, maka meninggalnya sama seperti pada masa jahiliah.”
من مات و لم يعرف إمام زمانه مات ميتة جاهلية
Kemudian ia bertanya kepada masing-masing dari mereka tentang kebenaran hadis tersebut. Mereka semua menyatakan bahwa hadis tersebut benar dan tidak ada keraguan tentangnya dalam semua kitab rujukan suni. Kemudian allamah mengatakan bahwa kalian semua sepakat tentang kebenaran hadis ini. “Baiklah, saya mempunyai satu pertanyaan. Katakan kepada saya apakah Fatimah mengenali imamnya? Lalu siapakah imamnya? Siapakah imamnya Fatimah?”
Tidak ada yang menjawabnya. Mereka semua terdiam dan setelah beberapa lama satu per satu meninggalkan tempat. “Allah mengetahui bahwa saya melakukan diskusi ini dengan ulama suni di Masjidilharam dan dia adalah orang yang sangat ahli dan berpengetahuan. Dia hanya tertawa. Aku tanyakan kepadanya jawaban pertanyaan saya, tapi dia hanya tertawa.”
Saya mulai marah dan mengatakan padanya, “Apa yang Anda tertawakan?” Dia menjawab, “Saya menertawakan diri saya sendiri.” Saya tanya, “Benarkah?” Dia menjawab, “Ya.” Saya tanya lagi, “Mengapa?”
“Karena saya tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Anda. Jika saya katakan Fatimah tidak mengenal imam pada zamannya, itu berarti dia wafat sebagai orang kafir. Tapi tidak mungkin pemimpin para wanita di dunia ini tidak mengenal imamnya. Tidak pernah mungkin!”
“Jika Fatimah mengenal imamnya, bagaimana saya bisa mengatakannya? Misal Abu Bakar adalah imamnya, tetapi Bukhari dalam kitabnya menuliskan fakta bahwa Fatimah wafat dalam keadaan marah… Tidak mungkin bagi Fatimah untuk marah kepada imamnya!”
Fatimah adalah alasan terkuat kami. Karena Fatimah, tidak ada tempat untuk menyembunyikan kebenaran. Karenanya, menghidupkan nama Fatimah dan menangis untuk kesyahidahannya adalah seruan kepada tauhid. Menangis untuk Fatimah, pintu dan rumahnya yang terbakar adalah menangis untuk Alquran yang juga terbakar!
Sikap Ali bin Abi Talib (a.s.) terhadap jawatan khalifah.
Sahnya kekhalifahan Ali bin Abi Talib atau batilnya kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Uthman setelah kewafatan Rasulullah telah disabitkan dengan banyak dalil yang bersumber dari kitab-kitab Ahlusunnah. Namun begitu puak pelampau fanatic Wahabi masih tidak berhenti-henti mencari bahan untuk mencetuskan keraguan orang awam dari terhadap perkara ini.
Artikel saya kali ini meneliti protes dan pengingkaran Ali bin Abi Talib selama hayatnya terhadap kekhalifahan yang tidak sah tersebut dalam lembaran sejarah sekaligus menghancurkan hikayat dongeng: Diamnya Ali menunjukkan sahnya kekhalifan Abu Bakar. Jikalau rampasan kuasa berlaku sudah tentu pedang Zulfiqar telah terhunus sampai haknya kembali kepada pemiliknya.
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah adalah satu kesilapan.
Abu Bakar mengakui: “Pembai’atan kepadaku adalah kesilapan dan Allah memelihara keburukannya…. ” إنّ بيعتي كانت فلتة وقى اللّه شرّها… Ansab al-Asyraf lil Bilazari jil 1 halaman 590, Syarah Nahjul Balaghah Ibnu Abil Hadid jil 6 halaman 47
Umar al-Khattab telah berterus terang menyatakan: إنّ بيعة أبي بكر كانت فلتة وقى اللّه شرّها فمن عاد إلى مثلها فاقتلوه… Pembai’atan kepada Abu Bakar adalah kesilapan, Allah memelihara keburukannya, maka barangsiapa yang kembali kepada Bai’at seperti ini maka bunuhlah ia. – Syarah Nahjul Balaghah Ibnu Abil Hadid jil 2 halaman 26, Musnad Ahmad jil 1 halaman 55,
Sahih Bukhari jil 8 halaman 26:
فَوَاللَّهِ مَا كَانَتْ بَيْعَةُ أَبِى بَكْرٍ إِلاَّ فَلْتَةً
صحيح البجاری – المحاربين – باب رَجْمِ الْحُبْلَى مِنَ الزِّنَا إِذَا أَحْصَنَتْ
“Demi Allah, tidak lah bai’at kepada Abu Bakar melainkan kesilapan” – Sahih Bukhari
Menurut Ali bin Abi Talib, khalifah itu hak khusus untuk Ahlul Bait (as)
Ali bin Abi Talib menganggap khalifah adalah hak khusus untuk Ahlul Bait. Khalifah menurut pemilihan adalah bertentangan dengan Kitab dan Sunnah. Perkara ini beberapa kali ditemui dalam Nahjul Balaghah:
ولهم خصائصُ حقِّ الولاية، وفيهم الوصيّةُ والوِراثةُ.
نهج البلاغة عبده ج 1 ص 30، نهج البلاغة ( صبحي الصالح ) خطبة 2 ص 47، شرح نهج البلاغة ابن أبي الحديد ج 1 ص 139، ينابيع المودة قندوزي حنفي ج 3 ص 449 .
“Kepimpinan adalah hak Khusus bagi mereka (Ahlul Bait) dan mereka Washi dan waris (Rasulullah)” – Nahjul Balaghah Abduh jil 1 halaman 30 khutbah 2 halaman 47, Syarah Nahjul Balaghah Ibnu Abil Hadid jil 1 halaman 139, Yanabi’ul Mawaddah jil 3 halaman 449
Surat Ali bin Abi Talib kepada warga Mesir:
فو اللّه ماكان يُلْقَى في رُوعِي ولا يَخْطُرُ بِبالي أنّ العَرَب تُزْعِجُ هذا الأمْرَ من بعده صلى اللّه عليه وآله عن أهل بيته ، ولا أنّهم مُنَحُّوهُ عَنّي من بعده.
نهج البلاغة، الكتاب الرقم 62، كتابه إلى أهل مصر مع مالك الأشتر لمّا ولاه إمارتها، شرح نهج البلاغه ابن أبي الحديد: 95/6، و151/17، الإمامة والسياسة: 133/1 بتحقيق الدكتور طه الزيني ط. مؤسسة الحلبي القاهرة .
“Maka demi Allah, tidak ia ditemukan dalam jiwaku, tidak terbayang di jiwaku bahawa bangsa Arab merebut urusan ini setelah nabi (saw) daripada Ahlul Baitnya, dan mereka mengalihkan ia daripadaku sepeninggalan baginda.”– Nahjul Balaghah surat 62, surat Imam Ali kepada warga Mesir
Dalam khutbah Ali ke-74, beliau berkata:
لَقَدْ عَلِمْتُمْ أَنِّي أَحَقُّ النَّاسِ بِهَا مِنْ غَيْرِي وَ وَ اللَّهِ لَأُسْلِمَنَّ مَا سَلِمَتْ أُمُورُ الْمُسْلِمِينَ وَ لَمْ يَكُنْ فِيهَا جَوْرٌ إِلَّا عَلَيَّ خَاصَّةً الْتِمَاساً لِأَجْرِ ذَلِكَ وَ فَضْلِهِ وَ زُهْداً فِيمَا تَنَافَسْتُمُوهُ مِنْ زُخْرُفِهِ وَ زِبْرِجِهِ.
“sesungguhnya kalian telah tahu bahawa saya manusia paling berhak dengannya (khalifah) daripada selainku. Demi Allah selama urusan kaum muslimin tinggal utuh, dan tidak ada penindasan di dalamnya kecuali atas diri saya, saya akan berdiam diri sambil mencari ganjaran untuk itu dan sambil menjauh dari tarikan-tarikan dan godaan-godaan yang anda cita-citakan”– Nahjul Balaghah khutbah 74, Khutbah Ali bin Abi Talib tatkala orang ramai hendak memberi Bai’at kepada Uthman.
Imam Ali bin Abi Talib menganggap pemerintahan Abu Bakar sebagai diktator
Ali bin Abi Talib menganggap kekhalifahan Abu Bakar bukan berasaskan demokrasi, namun beliau terus saja mengatakan kekhalifahan Abu Bakar adalah diktator
وَلَكِنَّكَ اسْتَبْدَدْتَ عَلَيْنَا بِالأَمْرِ ، وَكُنَّا نَرَى لِقَرَابَتِنَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – نَصِيبًا . حَتَّى فَاضَتْ عَيْنَا أَبِى بَكْرٍ
صحيح البخارى: 82/5، كتاب المغازي، با غزوة خيبر، مسلم، ج 5، ص 154، (چاپ جديد: ص 729 ح 1758)، كتاب الجهاد، باب قول النبي (ص) لانورَث ما تركناه صدقة .
Ali bin Abi Talib mengatakan, “Akan tetapi dikau telah bertindak sewenang-wenangnya atas kami dengan urusan, dan kami melihat kekerabatan kami dengan Rasulullah. Maka air mata Abu Bakar menitis”.
Imam Ali bin Abi Talib menganggap Umar tidak layak menjadi khalifah
Tatkala telah diketahui bahawasanya Abu Bakar memutuskan ingin melantik Umar sebagai khalifah, dalam Tabaqat Ibnu Sa’ad, Ali telah menentang keras dan berkata dengan terus terang sebagai berikut:
عن عائشة قالت لما حضرت أبا بكر الوفاة استخلف عمر فدخل عليه علي وطلحة فقالا من استخلفت قال عمر قالا فماذا أنت قائل لربك قال بالله تعرفاني لأنا أعلم بالله وبعمر منكما أقول استخلفت عليهم خير أهلك.
الطبقات: 196/3، تاريخ مدينة دمشق: 251/44، عمر بن الخطاب للاستاذ عبد الكريم الخطيب ص 75 .
‘Aisyah mengatakan tatkala hadirnya kematian di sisi Abu Bakar, maka masuklah Ali dan Talhah, maka bertanyalah mereka, siapakah yang menjadi khalifah? Dia menjawab, Umar. Mereka berkata, Apa yang anda akan katakan kepada Allah? Dia menjawab, Apakah kau perkenalkan Allah kepadaku? saya lebih mengenali Allah dan Umar daripada kalian, saya akan berkata kepada Allah, saya melantik sebaik-baik hambaMu sebagai khalifah. – Tabaqat, jil 3 halaman 196
Imam Ali bin Abi Talib memprotes keras pemilihan Uthman sebagai khalifah
Ali memaklumkan bantahannya sehingga menyebabkan ‘Abdul Rahman bin ‘Auf memberi ancaman bunuh (al-Imamah wal Siyasah, jil 1 halaman 45):
قال عبد الرحمن بن عوف : فلا تجعل يا علي سبيلاً إلى نفسك ، فإنّه السيف لا غير .
الامامة والسياسة ، تحقيق الشيري ج 1 ص 45، تحقيق الزيني ج 1 ص31 .
Telah berkata ‘Abdul Rahman bin ‘Auf, “Janganlah engkau jadikan jalan kepada dirimu wahai Ali, sesungguhnya ia adalah pedang tiada yang lain lagi” – Al-Imamah wal Siyasah, jilid 1 halaman 45
فَيَا لَلَّهِ وَ لِلشُّورَى مَتَى اعْتَرَضَ الرَّيْبُ فِيَّ مَعَ الْأَوَّلِ مِنْهُمْ حَتَّى صِرْتُ أُقْرَنُ إِلَى هَذِهِ النَّظَائِرِ لَكِنِّي أَسْفَفْتُ إِذْ أَسَفُّوا وَ طِرْتُ إِذْ طَارُوا فَصَغَا رَجُلٌ مِنْهُمْ لِضِغْنِهِ وَ مَالَ الآخَرُ لِصِهْرِهِ مَعَ هَنٍ وَ هَنٍ إِلَى أَنْ قَامَ ثَالِثُ الْقَوْمِ نَافِجاً حِضْنَيْهِ بَيْنَ نَثِيلِهِ وَ مُعْتَلَفِهِ وَ قَامَ مَعَهُ بَنُو أَبِيهِ يَخْضَمُونَ مَالَ اللَّهِ خِضْمَةَ الْإِبِلِ نِبْتَةَ الرَّبِيعِ إِلَى أَنِ انْتَكَثَ عَلَيْهِ فَتْلُهُ وَ أَجْهَزَ عَلَيْهِ عَمَلُهُ وَ كَبَتْ بِهِ بِطْنَتُهُ.
Aku berlindung dengan Allah dari Syura ini! pada zaman bilakah saya disetarakan dengan para anggota Syura di mana saya seperti yang mereka khayalkan, dan mereka telah letakkan saya dalam barisan itu. Tetapi saya tetap merendah ketika mereka merendah dan terbang tinggi ketika mereka terbang tinggi. Seorang dari mereka menentang saya karena kebenciannya, dan yang lainnya cenderung ke jalan lain karena hubungan perkawinan dan karena ini dan itu, sehingga orang ketiga dari orang-orang ini berdiri dengan dada membusung antara kotoran dan makanannya. Bersamanya sepupunya pun bangkit sambil menelan harta Allah seperti seekor unta menelan rumput musim semi, sampai talinya putus, tindakan-tindakannya mengakhiri dirinya dan keserakahannya membawanya jatuh tertelungkup.
Imam Ali mengatakan Abu Bakar dan Umar adalah pengkhianat
Abu Bakar dan Umar adalah pembohong, pendosa, pemutar belit dan pengkhianat menurut Ai bin Abi Talib. Seperti mana di dalam kitab Sahih Muslim iaitu kitab yang paling sahih setelah al-Quran, Umar mengatakan kepada Abbas dan Ali:
فلمّا توفّي رسول اللّه صلى اللّه عليه وآله، قال أبو بكر: أنا ولي رسول اللّه… فرأيتماه كاذباً آثماً غادراً خائناً… ثمّ توفّي أبو بكر فقلت : أنا وليّ رسول اللّه صلى اللّه عليه وآله، ولي أبي بكر، فرأيتماني كاذباً آثماً غادراً خائناً ! واللّه يعلم أنّي لصادق، بارّ، تابع للحقّ! .
صحيح مسلم ج 5 ص 152، (ص 728 ح 1757) كتاب الجهاد باب 15 حكم الفئ حديث 49، فتح الباري ج 6 ص 144 .
Setelah wafatnya Rasulullah (saw) Abu Bakar berkata: Aku pemimpin setelah Rasulullah… dan kalian berdua menganggap saya pendusta, pendosa, curang dan pengkhianat. Kemudian setelah wafatnya Abu Bakar, saya telah berkata: Sayalah pemimpin setelah Rasulullah (saw), pemimpin setelah Abu Bakar, maka kalian berdua melihat saya sebagai pendusta, pendosa, pemutar belit dan pengkhianat!…. Sahih Muslim Kitab alJihad Bab 15
Imam Ali (as) menganggap khalifah yang lalu sebelumnya adalah perampas
Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelum ini, Ali tetap saja menganggap khalifah sebelum daripadanya tidak Syar’i dan perampas. Beliau menulis dalam surat kepada ‘Aqil seperti berikut:
فَجَزَتْ قُرَيْشاً عَنِّي الْجَوَازِي فَقَدْ قَطَعُوا رَحِمِي وَ سَلَبُونِي سُلْطَانَ ابْنِ أُمِّي.
نهج البلاغة، كتاب رقم 36 .
Saya berhasrat kiranya orang Qurasy mendapat pembalasan atas perlakuan mereka terhadap saya. Kerana mereka mengabaikan kekerabatan dan merebut kekuasaan yang menjadi hak saya dari putera ibu saya (Nabi saw). – Nahjul Balaghah kitab nombor 36.
Dan Ibnu Abil Hadid di dalam kitabnya:
وغصبوني حقي ، وأجمعوا على منازعتي أمرا كنت أولى به.
شرح نهج البلاغة لابن أبي الحديد، ج 4، ص104، ج 9، ص 306 .
Mereka telah merampas hak saya, dan mereka berkumpul di atas perselisihan urusan kepimpinan yang mana saya lebih berhak atasnya. – Syarah Ibnu Abil Hadid jil 4 halaman 102, jil 9 halaman 306
دعوكم خليفة رسول الله (ص) لسريع ما كذبتم على رسول الله (ص) ثمّ قال أبو بكر : عد إليه فقل : أمير المؤمنين يدعوكم ، فرفع علي صوته فقال : سبحان الله لقد ادعى ما ليس له .
الإمامة والسياسة بتحقيق الزينى، ص 19 وبتحقيق الشيري، ص 30 .
Ibnu Qutaibah telah mencatatkan bahawa Abu Bakar mengutus Qanfiz kepada Ali, beliau mengatakan, “Khalifah Rasulullah memanggil kalian” Ali menjawab, “Betapa cepatnya kalian mendustakan Rasulullah (saw). Abu Bakar kali kedua mengutus Qanfiz dan berkata, “Katakan padanya Amirulmukminin memanggil kalian” Ali meninggikan suara, “Subhanallah, sesungguhnya anda mendakwa apa yang bukan pada tempatnya!” – al-Imamah wal Siyasah halaman 19
Dengan ini punahlah kepercayaan yang mengatakan bahawa Ali (as) menganggap khalifah sebelumnya adalah sah menurut hukum syarak.
Apakah Ijma’ para sahabat merupakan dalil keridhaan Allah?
فَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى رَجُلٍ وَ سَمَّوْهُ إِمَاماً كَانَ ذَلِكَ لِلَّهِ رِضًا .
Kata-katanya, “Maka sesungguhnya jikalau mereka (Muhajirin dan Ansar) berijmak atas seseorang dan menamakannya sebagai Imam, maka keridhaan Allah untuk itu”
Adapun kata-kata beliau, “Jikalau Muhajirin dan Ansar datang mengangkat seseorang itu sebagai Imam, Maka keridhaan tuhan di dalamnya”.
Saudara kita Ahlusunnah tidak boleh menggunakan kata-kata Ali ini sebagai dalil sahnya kekhalifahan sebelum beliau kerana:
Pertamanya: dalam beberapa naskah Nahjul Balaghah ayat «كَانَ ذَلِكَ لِلَّهِ رِضًا» tertulis dengan «كَانَ ذَلِكَ رِضًا» tanpa penambahan kalimah «لِلَّهِ». (silakan rujuk Nahjul Balaghah cetakan Misr, Qahirah, al-Istiqamah di mana kalimah «لِلَّهِ» telah termasuk di dalamnya).
Oleh itu jikalau Muhajirin dan Ansar mengangkat seseorang itu sebagai khalifah merupakan dalil keridhaan mereka ke atas pemilihan ini. Pembai‘atan ini juga bukanlah kesan dari pemaksaan atau ancaman pedang.
Kedua: Jikalau kita tanggapi bahawa kalimah «للّه» wujud dalam teks Nahjul Balaghah itu, maka maksudnya sudah tentu semua Muhajirin dan Ansar termasuk Ali, Fathimah, Hasan dan Husain yang bersepakatan atas keimaman seseorang. Pastilah ini menunjukkan keridhaan Allah (swt).
Adakah Fathimah Zahra membai’at Abu Bakar?
Tidakkah keridhaan Fathimah merupakan keridhaan Nabi (saw). Hakim Nisyaburi menyatakan:
إنّ اللّه يغضب لغضبك، ويرضى لرضاك.
“Sesungguhnya Allah murka kepada siapa yang menyebabkan engkau marah dan meridhai barangsiapa yang membuatkan engkau ridha”.
Hadis ini dikatakannya:
هذا حديث صحيح الإسناد ولم يخرجاه.
مستدرك: 153/3، مجمع الزوائد: 203/9، الآحاد والمثاني للضحاك: 363/5، الإصابة: 266265/8، تهذيب التهذيب: 392/21، سبل الهدى والرشاد للصالحي الشامي: 11/ 44 .
“ Sahih persanadannya namun Bukhari dan Muslim tidak menyebutnya”. – Mustadrak jilid 3 halaman 153
Bukhari menyatakan Rasulullah bersabda:
فاطمة بَضْعَة منّى فمن أغضبها أغضبني .
صحيح البخارى 210/4، (ص 710، ح 3714)، كتاب فضائل الصحابة، ب 12 – باب مَنَاقِبُ قَرَابَةِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليهوسلم . و 219/4 ، (ص 717، ح 3767) كتاب فضائل الصحابة ، ب 29 – باب مَنَاقِبُ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلاَمُ .
“Fathimah sebagian daripadaku, barangsiapa membuatkan dia marah maka ia telah membuatkan aku marah” – Sahih Bukhari jilid 4 halaman 210
Muslim Nisyaburi menukilkan baginda bersabda:
إِنَّمَا فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّي يُؤْذِينِي مَا آذَاهَا.
صحيح مسلم 141/7 ح 6202 كتاب فضائل الصحابة رضى الله تعالى عنهم، ب 15 -باب فَضَائِلِ فَاطِمَةَ بِنْتِ النَّبِيِّ عَلَيْهَا الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ .
“Fathimah sebagian daripadaku, akan membuatkan aku sakit barangsiapa menyakiti beliau”. – Sahih Muslim jilid 7 halaman 141.
Tidak ada syak lagi Sayida Zahra bukan sahaja tidak member Bai’at kepada Abu Bakar, malahan murka kepada Abu Bakar sampai beliau meninggal dunia sebagai mana dinukilkan oleh Bukhari:
فَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَهَجَرَتْ أَبَا بَكْرٍ، فَلَمْ تَزَلْ مُهَاجِرَتَهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ.
صحيح البخارى: 42/4، ح 3093، كتاب فرض الخمس، ب 1 – باب فَرْضِ الْخُمُسِ .
“Marahlah Fathimah binti Rasulullah (saw) kepada Abu Bakar, maka tidak hilang kemurkaannya sehingga beliau wafat”. – Sahih Bukhari jilid 4 halaman 42
Dengan ini beliau telah memberi wasiat kepada Ali supaya jenazahnya dikebumikan pada waktu malam tanpa memaklumkan shalat jenazah beliau kepada Abu Bakar yang mengakui dirinya sebagai khalifah setelah Nabi (saw).
فَلَمَّا تُوُفِّيَتْ، دَفَنَهَا زَوْجُهَا عَلِيٌّ لَيْلاً، وَلَمْ يُؤْذِنْ بِهَا أَبَا بَكْرٍ وَصَلَّى عَلَيْهَا .
صحيح بخارى، ج 5، ص 82، ح 4240، كتاب المغازى، ب 38، باب غَزْوَةُ خَيْبَرَ، صحيح مسلم، ج 5، ص 154، ح 4470، كتاب الجهاد والسير (المغازى )، ب 16 – باب قَوْلِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم «لاَ نُورَثُ مَا تَرَكْنَا فَهُوَ صَدَقَةٌ» .
“Maka tatkala beliau wafat, suaminya Ali menyemadikannya di waktu malam, dan beliau tidak pernah mengizinkan Abu Bakar menyolati jenazahnya”. – Sahih Bukhari jilid 5 halaman 154.
Imam Ali (as) tidak berada di kalangan Muhajirin dan Ansar dalam peristiwa pembaiatan Abu Bakar
Menurut riwayat Bukhari dan Muslim, Ali (as) tidak membai’at Abu Bakar sampai 6 bulan.
وعاشت بعد النبي صلى الله عليه وسلم، ستة أشهر… ولم يكن يبايع تلك الأشهر .
صحيح البخاري، ج 5، ص 82، صحيح مسلم، ج 5، ص 154.
Fathimah az-Zahra hidup setelah 6 bulan wafatnya Rasulullah….. beliau tidak memberi Bai’at selama itu- Sahih Bukhari – Sahih Bukhari jil 5 halaman 82
Tidakkah Bai’at Ali (as) merupakan dalil sahnya kekhalifahan Abu Bakar? Tidakkah Bani Hashim menahan diri dari membai’at? Abdul Razak menerangkan:
فقال رجل للزهري : فلم يبايعه عليّ ستة أشهر ؟ قال : لا ، ولا أحد من بني هاشم .
المصنف لعبد الرزاق الصنعاني، ج 5، ص 472 – 473.
Seorang lelaki bertanya kepada Zuhri, “Apakah benar Ali (as) selama 6 bulan tidak memberi Bai’at?” beliau menjawab, “Ali dan Bani Hashim tidak memberi Bai’at” – Al-Mushannaf Abdul Razak jil 5 halaman 472-473
Komentar ini telah dinukilkan dalam Sunan Baihaqi, Tarikh Tabari dan Ibnu Athir dalam kedua kitab Rijal dan Tarikhnya. Rujukannya sebagai berikut:
اسد الغابة: 222/3 و الكامل في التاريخ ، ج 2 ، ص 325 و السنن الكبرى، ج 6، ص 300 و تاريخ الطبري، ج 2، ص 448 .
Asad al-Ghabah jilid 3 halaman 222, Kamil Fi Tarikh jilid 2 halaman 325, Sunan al-Kubra jilid 6 halaman 300 dan tarikh al-Tabari jilid 2 halaman 448
Tidakkah Ibnu Hazm salah seorang ulama besar Ahlusunnah mengatakan:
ولعنة اللّه على كلّ إجماع يخرج عنه على بن أبى طالب ومن بحضرته من الصحابة .
المحلى: ج 9، ص 345، بتحقيق أحمد محمد شاكر، ط. بيروت – دارالفكر .
“Laknat Allah ke atas seluruh Ijma’ yang mana Ali bin Abi Talib dan para sahabatnya tidak termasuk di dalamnya” – Al-Mahalli jil 9 halaman 325
قلت يا رسول الله ما يبكيك قال ضغائن في صدور أقوام لا يبدونها لك الا من بعدي قال قلت يا رسول الله في سلامة من ديني قال في سلامة من دينك .
المعجم الكبير ، طبراني ، ج11 ، ص60 و تاريخ بغداد ، ج12 ، ص394 و تاريخ مدينة دمشق ، ج42 ، ص322 و فضائل الصحابة ، ابن حنبل ، ج2 ، ص651 ، ح 1109.
Tabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir mengatakan: Imam Ali telah bertanya: Wahai Rasulullah, mengapakah dikau menangis? Baginda bersabda: Perseteruan dalam dada-dada terkurung, setelah kepergianku ia akan terbuka. Saya bertanya: Apakah ugamaku selamat? Baginda bersabda: Ugamamu selamat. – al-Mu’jam al-Kabir Tabrani, jilid 11 halaman 60
Kebakhilan, menyebabkan Ali tidak mencapai kekhalifahan
Kekeliruan ini bukanlah perkara baru namun pertanyaan tentangnya terus berlegar dalam sejarah termasuk di zaman Ali sendiri. Seorang dari bani Asad bertanya kepada Ali:
كيف دفعكم قومكم عن هذا المقام وأنتم أحق به ؟
يَا أَخَا بَنِي أَسَدٍ إِنَّكَ لَقَلِقُ الْوَضِينِ تُرْسِلُ فِي غَيْرِ سَدَدٍ وَ لَكَ بَعْدُ ذِمَامَةُ الصِّهْرِ وَ حَقُّ الْمَسْأَلَةِ وَ قَدِ اسْتَعْلَمْتَ فَاعْلَمْ أَمَّا الِاسْتِبْدَادُ عَلَيْنَا بِهَذَا الْمَقَامِ وَ نَحْنُ الاَعْلَوْنَ نَسَباً وَ الأَشَدُّونَ بِالرَّسُولِ ص نَوْطاً فَإِنَّهَا كَانَتْ أَثَرَةً شَحَّتْ عَلَيْهَا نُفُوسُ قَوْمٍ وَ سَخَتْ عَنْهَا نُفُوسُ آخَرِينَ وَ الْحَكَمُ اللَّهُ وَ الْمَعْوَدُ إِلَيْهِ الْقِيَامَةُ
وَ دَعْ عَنْكَ نَهْباً صِيحَ فِي حَجَرَاتِهِ
وَ لَكِنْ حَدِيثاً مَا حَدِيثُ الرَّوَاحِلِ
نهج البلاغة ، خطبة 162، نهج البلاغه محمد عبده ، ج2 ، ص64 و شرح ابن أبي الحديد ، ج9 ، ص 241 و علل الشرايع ، ج1 ، ص146 .
Seorang dari Bani Asad bertanya pada Imam Ali: Mengapakah engkau yang lebih layak menjadi khalifah namun mengenepikannya? Ali menjawab: Wahai saudara Bani Asad engkau seorang yang menyedihkan dan bertanya bukan pada tempatnya, walau bagaimanapun sebagai penghormatan atas persaudaraan, hak pertanyaan dihormati. Sekarang engkau mau tahu, maka ketahuilah kezaliman dan mementing diri dengan kekhalifahan itu membebani kami, dalam keadaan kami lebih kukuh pertalian nasab dengan rasul, bukanlah egois dan serakah memonopoli namun: sekumpulan orang yang bakhil melekat dengan singgahsana kekhalifahan, dan sekumpulan orang dengan bebas merampasnya, dan hakim adalah Allah dan kita semua kembali kepadaNya di hari kiamat….. kembalilah, kenangkan sejarah kisah para perampas, kisah yang menyingkap perompakan para penunggang unta- Nahjul Balaghah Muhammad Abduh, jil 2 hal 64
Perseteruan terhadap Imam Ali yang terpendam di dalam dada
Tabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir mengatakan:
قلت يا رسول الله ما يبكيك قال ضغائن في صدور أقوام لا يبدونها لك الا من بعدي قال قلت يا رسول الله في سلامة من ديني قال في سلامة من دينك .
المعجم الكبير ، طبراني ، ج11 ، ص60 و تاريخ بغداد ، ج12 ، ص394 و تاريخ مدينة دمشق ، ج42 ، ص322 و فضائل الصحابة ، ابن حنبل ، ج2 ، ص651 ، ح 1109.
Imam Ali telah bertanya: Wahai Rasulullah, mengapakah dikau menangis? Baginda bersabda: Perseteruan dalam dada-dada terkurung, setelah kepergianku ia akan terbuka. Saya bertanya: Apakah ugamaku selamat? Baginda bersabda: Agamamu selamat
Perkara ini sangat jelas terkandung dalam teks Nahjul Balaghah seperti berikut:
و خشنت و اللّه الصدور، و ايم اللّه لو لا مخافة الفرقة من المسلمين أن يعودوا إلى الكفر، و يعود الدين، لكنّا قد غيّرنا ذلك ما استطعنا، و قد ولي ذلك ولاة و مضوا لسبيلهم و ردّ اللّه الأمر إليّ، و قد بايعاني و قد نهضا إلى البصرة ليفرّقا جماعتكم، و يلقيا بأسكم بينكم
فَإِنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ بَعَثَ مُحَمَّداً(صلى الله عليه وآله) نَذِيراً لِلْعَالَمِينَ وَ مُهَيْمِناً عَلَى الْمُرْسَلِينَ فَلَمَّا مَضَى ع تَنَازَعَ الْمُسْلِمُونَ الاَْمْرَ مِنْ بَعْدِهِ
فَوَاللَّهِ مَا كَانَ يُلْقَى فِي رُوعِي وَ لَا يَخْطُرُ بِبَالِي أَنَّ الْعَرَبَ تُزْعِجُ هَذَا الاَْمْرَ مِنْ بَعْدِهِ ص عَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَ لاَ أَنَّهُمْ مُنَحُّوهُ عَنِّي مِنْ بَعْدِهِ فَمَا رَاعَنِي إِلَّا انْثِيَالُ النَّاسِ عَلَى فُلَان يُبَايِعُونَهُ
فَأَمْسَكْتُ يَدِي حَتَّى رَأَيْتُ رَاجِعَةَ النَّاسِ قَدْ رَجَعَتْ عَنِ الإِْسْلاَمِ يَدْعُونَ إِلَى مَحْقِ دَيْنِ مُحَمَّد ص فَخَشِيتُ إِنْ لَمْ أَنْصُرِ الاِْسْلاَمَ وَ أَهْلَهُ أَنْ أَرَى فِيهِ ثَلْماً أَوْ هَدْماً تَكُونُ الْمُصِيبَةُ بِهِ عَلَيَّ أَعْظَمَ مِنْ فَوْتِ وِلاَيَتِكُمُ الَّتِي إِنَّمَا هِيَ مَتَاعُ أَيَّام قَلَائِلَ يَزُولُ مِنْهَا مَا كَانَ كَمَا يَزُولُ السَّرَابُ أَوْ كَمَا يَتَقَشَّعُ السَّحَابُ فَنَهَضْتُ فِي تِلْكَ الاَْحْدَاثِ حَتَّى زَاحَ الْبَاطِلُ وَ زَهَقَ وَ اطْمَأَنَّ الدِّينُ وَ تَنَهْنَهَ
Amma ba’du, Allah Yang Mahasuci mengutus Muhammad (saw) sebagai pemberi peringatan bagi seluruh dunia dan saksi bagi semua nabi. Ketika Nabi wafat, kaum Muslim bertengkar tentang kekuasaan sepeninggal baginda.
Demi Allah, tak pernah terlintas difikiran saya, dan saya tak pernah membayangkan, bahawa setelah Nabi orang Arab akan meragut kekhalifahan ini daripada Ahlul Bait setelah baginda, mereka akan mengalihnya daripada saya setelah baginda, tidak saya bimbang melainkan manusia secara mendadak dari mana hala membaiat lelaki itu.
Oleh kerana itu, saya menahan tangan saya hingga saya melihat bahawa ramai orang sedang menghindar dari Islam dan berusaha untuk membinasakan agama Muhammad (saw). Maka saya khuatir bahwa apabila saya tidak melindungi Islam dan umatnya lalu terjadi di dalamnya suatu perpecahan atau kehancuran, hal itu akan merupakan suatu pukulan yang lebih besar kepada saya daripada hilangnya kekuasaan atas anda, yang bagaimanapun (hanyalah) akan berlangsung beberapa hari yang darinya segala sesuatu akan berlalu sebagaimana berlalunya bayangan, atau sebagai hilangnya awan melayang. Oleh karena itu, dalam peristiwa-peristiwa ini saya bangkit hingga kebatilan dihancurkan dan lenyap, dan agama mendapatkan kedamaian dan keselamatan. – Nahjul Balaghah surat 62
Mengapa Ali tidak bertindak mengambil kembali haknya?
Para Washi Anbiya punyai satu kaedah yang menuruti perintah Allah. Tanggung jawab yang mereka sandang telah dikhususkan untuk diamalkan dan Imam Ali juga sebagai Washi Rasulullah juga tidak terkecuali dalam perkara ini. Oleh itu beliau tidak boleh bangun dengan menghunuskan pedang dan mengambil kembali kekhalifahan dengan cara kekerasan. Dengan merujuk kepada sejarah para nabi dapatlah kita memahami bahawa Ali tidak punyai cara lain dari mendiamkan diri.
al-Quran menceritakan nabi Allah Nuh (as) mengatakan:
فَدَعا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِر
54. 10. Maka dia mengadu kepada Tuhannya: “Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku).”
Baginda berdoa kepada Allah bahawa saya dikalahkan, maka bantulah aku. Begitujuga dalam surah Maryam bahawasanya Nabi Allah Ibrahim (as) berkata:
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَما تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللهِ وَأَدْعُوا رَبِّي
19. 48. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdo’a kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdo’a kepada Tuhanku”.
Telah tercatat dalam sejarah bahawa Nabi Ibrahim berangkat dari babylon ke pergunungan tanah Parsi dan tinggal disekitarnya selama 7 tahun. Setelah itu baginda kembali lagi ke Babylon dan menghancurkan berhala-berhala serta mendakwa dirinya sebagai nabi
Begitu juga kisah ketakutan yang menimpa nabi Allah Musa (as):
فَخَرَجَ مِنْها خائِفاً يَتَرَقَّبُ قالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظّالِمِينَ
28. 21. Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdo’a: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”.
Begitu juga dalam surah al-’Araf, peristiwa kaum bani Israel menyembah sapi akibat termakan tipu daya Samiri tatkala pemergian nabi Musa. Nabi Allah Harun (as) juga berdiam diri dan Allah swt berfirman:
وأخَذَ بِرَأْسِ أَخِيهِ يَجُرُّهُ إِلَيْهِ قالَ ابْنَ أُمَّ إِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُونِي وَكادُوا يَقْتُلُونَنِي
7. 150. Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: “Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim”
Harun adalah khalifah Nabi Musa sepeninggalan baginda pergi bermunajat kepada Allah. Namun Nabi Allah Harun tidak bangun dengan pedang menentang kesesatan kaumnya yang terpedaya dengan Samiri.
Rasulullah pernah menisbahkan Ali dengan diri baginda umpama Harun di sisi Musa melainkan tiada lagi Nabi setelah baginda. Oleh itu tindakan Ali tidak memprotes perampasan hak kekhalifahannya dengan pedang adalah menepati sirah para washi sebelumnya dengan penuh hikmah. Tatkala Ali dipaksa memberi Bai’ah, beliau telah pergi ke makam Rasulullah dan mengulangi kalimah Nabi Allah Harun (as):
إِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُونِي وَكادُوا يَقْتُلُونَنِي
Mughazali, ahli Fiqh Syafie dan Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib dan ‘Allamah al-Faqih ibnu al-Maghazali menukilkan bahawasanya Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abi Talib:
عن أبي عثمان النهدي عن علي كرم الله وجهه قال : كنت أمشي مع رسول الله (ص) فأتينا على حديقة فاعتنقني ثم أجهش باكيا فقلت يا رسول الله ما يبكيك ؟ فقال (ص) : أبكي لضغائن في صدر قوم لا يبدونها لك إلا بعدي قلت : في سلامة من ديني ؟ قال في سلامة من دينك.
Diriwayatkan oleh al-‘Allamah al-Kanji al-Syafi’ie di dalam kitab Kifayah al-Thalib, bab 16 dengan sanad kepada Ibnu ‘Asakir yang bersanad kepada Anas bin Malik dan riwayat-riwayat yang lain seperti mana di dalam al-Manaqib dan Yanabi’. kemudian ‘Allamah al-Kanji berkata setelah menukilkan riwayat ini mengatakan Hadis ini Hasan:
Ummat ini punyai perseteruan di dalam dada mereka yang akan mereka lahirkan sepeninggalanku nanti. Aku berpesan padamu supaya bersabar. Semoga Allah mengurniakan kebaikan buatmu.
و خشنت و اللّه الصدور، و ايم اللّه لو لا مخافة الفرقة من المسلمين أن يعودوا إلى الكفر، و يعود الدين، لكنّا قد غيّرنا ذلك ما استطعنا، و قد ولي ذلك ولاة و مضوا لسبيلهم و ردّ اللّه الأمر إليّ، و قد بايعاني و قد نهضا إلى البصرة ليفرّقا جماعتكم، و يلقيا بأسكم بينكم
بحار الانوار، ج 32، ص111 ; الكافئه، ص19
Demi Allah, mata-mata menangis, hati-hati teraniaya dan dada-dada kami sudah penuh dari kemarahan, perseteruan dan permusuhan. Jikalau tidak takut akan perpecahan kaum muslimin yang membawa kepada kekufuran mereka, demi Allah akan setiap saat akan saya ubah kekhalifahan, namun saya mendiamkan diri… Biharul Anwar, jil 32 halaman 111
Fatimah Az Zahra, penghulu wanita di syurga
.
fatimah Az Zahra As berpesan pada Imam ‘Ali AS agar memakamkan jenazahnya pada malam hari karena tidak mau dishalatkan oleh “kedua sahabat” Nabi yang menzolimi beliau perihal tanah fadak dan ke-pemimpinan Imam ‘Ali AS selepas wafatnya Nabi Muhammad SAW.Rasa sakit hati beliau semakin memuncak ketika sahabat Umar ibn Khattab RA menyerbu rumah beliau dan menyeret Imam ‘Ali AS selayaknya seekor anjing yang hina. Sayidah Fatimah yang ketika itu sedang hamil tua berusaha menolong suaminya, namun atas perintah Umar untuk mencegahnya. Pencegahan tersebut menggunakan kekerasan dengan memukul perut (sebagian riwayat rusuk) sayidah Fatimah AS sehingga beliau terjatuh dan keguguran.Abu Bakr RA yang mengetahui hal ini segera meminta maaf di hari-hari terakhir Sayidah AS Fatimah karena takut akan kutukan tersebut. Namun sampai di akhir hayatnya, Sayidah Fatimah tetap bersikeras pada prinsipnya. Dan penyesalan Abu Bakr RA dan Umar ibn Khttab RA adalah karena tidak beroleh maaf dari Sayidah Fatimah.Coba baca kembali sengketa tanah Fadak mas, semuanya terbuka.Tidak ada yang aneh dengan bai’at Imam Ali pada Abubakar… Apakah aneh seorang Nabi Harun as terpaksa membiarkan kaum Musa as menyembah berhala sapi emas buatan Samiri, sehingga sepulangnya Musa as dari bukit Tursina, Musa as menarik janggutnya lantas “Berkata Musa: “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah mendurhakai perintahku?” Harun menjawab’ “Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata : “Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku”. (QS Thaha ayat 92-94 ; Baca lebih seksama teks al-Quran ini dan renungkan kaitannya dengan kasus yg anda anggap aneh!)Sayyidah Fatimah Az-Zahra (as) wafat 6 bulan setelah ayahnya, Rasulullah Saw wafat. Sedangkan Abu Bakar wafat 2 1/2 tahun setelahnya dan Umar wafat pada 24 Hijriyah. Meskipun Abu Bakar dan Umar wafat jauh setelah wafatnya Sayyidah Fatimah (as) tetapi mengapa jasad Sayyidah Fatimah tidak dikuburkan di sebelah makam ayahnya yang sangat dicintainya, namun mengapa kedua sahabat ini justru bisa dimakamkan di samping Rasulullah Saw? Apakah mungkin Sayyidah Fatimah sendiri yang meminta agar dia dimakamkan jauh dari ayah yang sangat dicintainya itu? Jika benar begitu, mengapa?
As Shaduq meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu Alaihi wasallam bersabda : seakan saya melihat rumahnya dimasuki kehinaan, kehormatannya dilecehkan, diserobot haknya, dihalangi untuk menerima warisannya, tulang rusuknya dipatahkan, dan janinnya digugurkan.
Kenapa sampai sekarang makam beliau masih teka-teki, artinya tidak diketahui secara jelas makamnya?
Kenapa, dan kenapa?
Ada apa dibalik semua ini?Umar menyerbu rumah Ali bersama tiga ratus orang.
Umar menggunakan pedang dan cambuk tanpa menyentuh pintu
Umar menyerbu rumah Ali bersama tiga ratus orang.
Banyak sejarah yang telah dimanipulasi untuk mengangkat derjat dan keutamaan beberapa “sahabat” Nabi. Sedangkan keluarga Nabi direndahkan. Seperti ucapan Ibnu Taymiah yang menyatakan bahwa Imam ‘Ali AS bukan saudara Nabi Muhammad SaaW, sedangkan fakta menyatakan bahwa Imam ‘Ali AS memang saudara Nabi Muhammad AS.
Sejarah telah diatur dan kita hanya memiliki rekaan sebuah cerita ‘sejarah’ kononnya…aku dari dulu mengkaji perihal sahabat² yang di’angkat’kononnya penuh keistimewaan disisi nabi.aku tahu siapa abu bakar,umar,usman dan aisyah.kalau mereka hidup,mereka pasti malu kerana aku tahu siapa mereka…apa tujuan abu bakar berdamping dengan Nabi,apa keistimewaan umar dalam islam…?gagah?sebutkan nama² orang yang mati ditangan umar?!10 orang pun cukup…tak ada kan…usman dan femili muawiyah…
dan apa wasiat Nabi pada aisyah sebelum wafat.jgn sekali-kali keluar dari rumah…tapi macammana pula dengan wataknya sebagai ketua peperangan antara beliau dan ali.Nabi sudah berkata bahawa baginda gedung ilmu dan ali pintunya….kenapa kita berpaksikan hadis sibapak kucing yang nyaris dihukum mati oleh umar.banyak lagi yang kita tenggelam oleh cerita rekaan antara zaman kita sehingga zaman nabi.contoh seperti politik sekarang.media sentiasa menggambarkan pemimpin arus perdana sebagai wira dan tiada ruang untuk kita lihat apa keburukannya.cukuplah berpegang pada al-quran dan sunah.sayangi ahlul bait….aku bukan sunnah mahupun syiah…aku pencari kebenaran
bila kita kaji perihal diatas kita akan dapat sedikit sebanyak fakta pada persoalan dimana dan mengapa makamnya fatimah dirahsiakan.apakah kerana bimbang ancaman musuh dalam selimut.lihat sahaja pada cara kematian ahlul bait yg lain selain fatimah.ali,hasan dan husin.tragis bukan.benar kita terleka pada sejarah peperangan aisyah dan ali.kenapa orang yang paling hampir dengan nabi saling berperang.
bukan lah perselisihan kecil anak beranak jika sudah segerombolan angkatan perang tersedia.allah sahaja yang maha mengetahui.allahumasalli ala muhammad,awala ali muhammad.itu sahaja tanda kasihnya aku pada Nabi dan keluarga nabi
bahwa tidak ada 1 orang pun yg boleh mengetahui makamnya selain para pengubur…Ali bahkan membuat 7 kubur untuk mengecoh Abu n Umar…ketika Abu n Umar ingin mbongkar semua makam tuk dapat memandikan dan mensholati lagi jenazah Fatimah, Ali menjaga Baqi dengan membawa Zulfikar dan menyatakan akan terjadi pertumpahan darah bila tetap dlakukan pbongkaran. Abu n Umar pada akirnya mengalah agar tidak terjadi pertumpahan darah walau mereka terus bersedih dan menangis atas penolakan Fatimah…bahkan Abu meminta semua membatalkan baiat atas dirinya…namun semua itu sudah tidak berlaku…fatimah telah murka…smua wasiat dilakukan karna rasa marah yg luar biasa terhadap abu n umar
dan alasan kenapa fatimah, dan juga al-Hasan yang sungguh ingin dmakamkan di samping makam rosul tidak dapat terwujud karena penolakan dari Aisyah bahkan sampai jenazah al-Hasan yang merupakan ahlul bait..cucu kebanggaan Rosul…dihujani dengan panah dan tombak…(Semoga Allah menunjukkan jalan yang benar pada kita)
sungguh di luar apa yg telah saya ketahui apa yg terdapat dalam buku tersebut…jika selama ini dalam buku2 plajaran kbanyakan mengagungkan Abu Bakar n Umar…mbaca buku ini benar2 mbuat saya dalam keadaan bingung n berusaha mcari jawab…sbgian besar teman bdiskusi menyatakan itu buku dari kelompok yg tlalu mengagungkan Ali….n ingin memecah belah Islam..tapi smakin saya mcari jawaban…hampir semua buku dengan judul berbeda memiliki alur cerita yang sama hanya beda cara penyampaian…
tapi…patutkah juga keluarga Rosul dperlakukan sperti tu??sedang Rosul mengatakan pada mereka bahwa Fatimah adalah penghulu wanita di surga??ali adalah suami penghuni surga…hasan dan husein adalah cucu yang dikasihinya…malah kaum muslim juga yang membunuh husein dengan sangat biadab..pbunuhan terkeji pertama yg ada di muka bumi..hingga seluruh binatang dan malaikat mengutuk perbuatan tersebut..bahkan jika boleh memilih mereka tidak ingin lagi berada di dunia..Maha Besar Allah…semoga apa yg kita ketahui bukanlah suatu kesesatan…
benar benar bingung….segala yg awalnya stau qt baik..kok jadi buruk???
tdk ada satupun yg mngetahui dimana kbradaan makam sayyidah fatimah,krna beliau mmng tidak inggin kuburanx diketahui oleh orng2 munafiq,beliau wafat dlm keadaan sakit hati yg tramat dlm,rosul jauh lbh mncintai putrix dibnding sapapun,”fatimah bit atu minni’fatimah adlh sbgian dr aq,mk jgn sekali2 mnyakiti sydh fatimah krna rosul akan trsakiti,dan apabila rosul sdh trsakiti mk allah akan murka kpdax,krna rosul mrpakan kekasih allah,dan allah tdk akan mnciptakan dunia dan seisix klo bkn krna rosulullah
Inilah umat Islam sepeninggal Rasulullah SAW…selalu mencakar dirinya sendiri dari dalam. ada teman mengatakan bahwa terkadang sejarah adalah milik siapa yang berkuasa saat itu…,mungkin ada benarnya juga tapi kita lupa satu hal bahwa Allah menjadikan sejarah agar umat yang “belakangan” bisa belajar “positif dan negatif-nya”sejarah tersebut. Dienul Islam adalah agama pembawa kedamaian,kesejahteraan dan kemajuan,yang mendukung manusia selaku khalifah Allah dimuka bumi. Ia bukanlah agama yang membawa kebencian menjadi sesuatu yang absolut karena Sang Pencipta adalah Maha Pemaaf,jika “produk”nya bertaubat. Marilah kita jalankan Dien ini sesuai dengan aslinya tanpa melibatkan oknum yang lain,biarlah mereka dan diri kita akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan dikehidupan dunia ini. Dien ini dilaksanakan dengan “manual” yang telah diberikan “Pencipta”nya dan akal pikiran kita serta hati nurani sebagai nilai pembandingnya.. Ada kisah yang menceritakan seorang shahabat bertanya pada Baginda Rasul tentang konsep dan hakikat dosa serta pahala lalu Rasul berkata “Tanyalah hati nuranimu jika kamu melakukan sesuatu,jika hatimu gundah gulana dan rasa bersalah setelah melakukan sesuatu maka itulah perbuatan dosa..begitupun sebaliknya..WaLlaahu a’lam..Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.
Teka-teki yang hendak kita cari jawabannya. Sebenarnya jika kita kritis pula maka kita harus bertanya pula, kenapa Sy. Fathimah Zahra as mewasiatkan untuk dimakamkan pada malam hari?
As Shaduq meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu Alaihi wasallam bersabda : seakan saya melihat rumahnya dimasuki kehinaan, kehormatannya dilecehkan, diserobot haknya, dihalangi untuk menerima warisannya, tulang rusuknya dipatahkan, dan janinnya digugurkan.
Amali Shaduq hal 100
Kenapa sampai sekarang makam beliau masih teka-teki, artinya tidak diketahui secara jelas makamnya?
Kenapa, dan kenapa?
Ada apa dibalik semua ini?
Umar menyerbu rumah Ali bersama tiga ratus orang.
Diriwayatkan mengenai penyebab wafatnya Fatimah : Umar bin Khattab menyerang rumah Ali dan Fatimah bersama tiga ratus orang. Lihat dalam kitab Al Awalim jilid 2 hal 58
Umar menggunakan pedang dan cambuk tanpa menyentuh pintu
Fatimah berteriak Wahai Ayahku, Wahai Rasulullah, lalu Umar mengangkat pedang yang masih di sarungnya dan memukul perut Fatimah, lalu Fatimah berteriak lagi, wahai ayahku, lalu Umar mencambuk tangan Fatimah, Fatimah memanggil Wahai Rasulullah, betapa buruk penggantimu, Abubakar dan Umar, Ali melompat dan mencengkeram baju Umar dan membantingnya, dan memukul hidung serta lehernya. Ali berniat membunuh Umar tetapi dia teringat wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam. (Kitab Sulaim bin Qais , jilid 3 hal 538)
Sakit berkepanjangan mengakibatkan janin Muhsin pun gugur..tulang rusuknya patah dan janin yang dikandungnya gugur..Muhsin gugur dari perut ibunya…..Fatimah terbaring di tempat tidur hingga wafat sebagai syahid… Orang itu fatmah binti Rasulullah hingga berdarah dan gugur janinnya
.
seorang ahli sejarah mengatakan : Amirul Mu’minin Ali tinggal di rumahnya beserta beberapa pengikutnya, seperti yang dipesankan oleh Rasulullah, lalu mereka menuju rumah Ali dan menyerbunya, membakar pintu rumah dan memaksa orang yang di dalamnya untuk keluar…. mereka memaksa Ali untuk berbaiat dan Ali menolak, dan mengatakan : aku tidak mau, mereka mengatakan : kalau begitu kami akan membunuhmu, Ali mengatakan: jika kalian membunuhku maka aku adalah Hamba Allah dan saudara RasulNya. ( Lihat Itsbatul Washiyyah hal 123.)
……gugurnya janin Muhsin, dan membuat Fatimah sakit parah, dia melarang orang yang menyakitinya dari menjenguknya, ( Lihat Dala’ilul Imamah, At Thabari, hal 45)
Umar menyerbu rumah Ali bersama tiga ratus orang.
Diriwayatkan mengenai penyebab wafatnya Fatimah : Umar bin Khattab menyerang rumah Ali dan Fatimah bersama tiga ratus orang. Lihat dalam kitab Al Awalim jilid 2 hal 58
.
Fatimah az Zahra, anak perempuan Rasulullah, seorang wanita yang keagungannya di angkat sendiri oleh Allah swt ke satu tahap tertinggi, yang tidak tercapai oleh mana-mana wanita. kedudukan beliau tidak boleh di ragukan lagi kerana terlampau banyak hadis yang meriwayatkan keagungan makam Fatimah az Zahra. Mari kita ambil pengajaran dengan melihat sedikit dari kata-kata Rasulullah(sawa) tentang anak kesayangan baginda.
- Ahli keluargaku yang paling di sayangi ialah Fatimah.
- Ayatul Tatheer(33:33) diturunkan untuk 5 orang, diriku, Ali, Fatimah, Hassan dan Hussain
- Penghulu wanita di syurga ialah Fatimah
- Aku tidak gembira melainkan Fatimah gembira
- Mahdi akan datang dari Ahlul Baitku dari keturunan Fatimah.
- Fatimah ialah sebahagian dari ku, barangsiapa membuatkan beliau marah, membuatku marah, menyakiti beliau bermakna menyakiti ku.
- Ya Fatimah, sesungguhnya Tuhan berasa marah apabila kamu marah.
Begitulah kedudukan beliau di sisi Rasulullah, yang juga menunjukkan kedudukan beliau di sisi Allah swt. Satu kedudukan yang tidak akan di capai lagi oleh mana-mana wanita.
“Apa yang mereka telah lakukan padamu Y Fatimah sepeninggalan bapamu!!”
Tanggal 13 Jamadil Awal atau 3 Jamadil Akhir, ialah hari kesedihan bagi pencinta Ahlul Bait kerana ia adalah hari pemergian Qurrata Ainul Rasul, kegembiraan Rasulullah. Lebih menyedihkan pemergian beliau adalah dalam keadaan di sakiti.
Amirul Mukminin Imam Ali sendiri mengetuai mandi jenazah beliau. Turut dilaporkan membantu dalam urusan itu ialah Asma binti Umays. Asma meriwayatkan: “Fatimah telah menyatakan di dalam wasiat beliau yang tiada orang lain di benarkan menguruskan jenazahnya kecuali Imam Ali dan diriku(Asma). Olwh itu kami memandikan beliau bersama, dan Amirul Mukminin bersolat untuk Fatimah bersama Hassan, Hussain, Ammar, Miqdad,’Aqil, Az Zubair, Abu Dzar, Salman, Burydah dan beberapa orang dari Bani Hasyim. Mereka bersolat di waktu malam ,dan demi menuruti wasiat Fatimah, Imam Ali, mengebumikan beliau dalam rahsia.”
Terdapat banyak perselisihan di antara ahli Hadis tentang kedudukan sebenar kubur beliau. Ahli Hadis kita sendiri menyatakan beliau di kuburkan di Baqi’. Sementara yang lain menyatakan beliau dikuburkan di dalam bilik beliau sendiri dan apabila Ummayad membesarkan masjid Nabi, kubur beliau berada di dalam kawasan itu. Sementara yang lain masih menyatakan bahawa ia terdapat di antara kubur dan mimbar Nabi. Ini berdasarkan sabda baginda: Terdapat di antara kuburku dan minbarku, taman di antara taman di syurga”. Pendapat pertama adalah tidak mungkin, jadi pendapat kedua dan ketiga adalah lebih dekat kepada kebenaran. Oleh itu sebagai ihtiyat, maka jika kita melakukan ziarah, ia perlu di lakukan di ketiga-tiga tempat.
Pengebumian Yang Sunyi
Di dalam kegelapan malam, apabila mata-mata sedang tertutup terlena dan suasana yang sunyi, upaca pengebumian jenazah meninggalak rumah Imam Ali, membawa anak perempuan Rasulullah(sawa) ke tempat persemadian terakhir beliau. Ini berlaku pada malam 3 Jamadil Akhir 11AH.
Upacara yang menyentuh hati ini menuju ke suatu tempat yang tidak diketahui, diikuti oleh beberapa hamba Allah yang setia. Mereka ialah Ali(A.S.), Hasan(A.S.), Hussain(A.S.), Zainab(A.S.) and Umm Kulthum(A.S.)… Abu Dhar, Ammar, Miqdad, dan Salman
Di mana lagi ribuan yang tinggal di Madinah? Seseorang mungkin bertanya, dan jawapan yang datang berbunyi begini: Fatimah telah meminta agar tiada orang lain hadir di majlis pengebumian beliau! Ahli keluarga terdekat dan sahabat bergegas untuk mengebumikan Fatimah dan pulang ke rumah agar tiada orang lain mengetahui kedudukan sebenar kubur beliau.
Imam Ali, suami beliau berasa sangat sedih atas pemergian ini, namau siapa yang tidak apabila dipisahkan dengan wanita terbaik alam ini? Dalam keadaan menangis, Imam Ali berbicara dengan Rasulullah(sawa);
“Ya Rasulullah, salam keatas kamu dari ku dan dari anak perempuan mu yang telah pergi menemui mu. Ya Rasulullah(sawa)! Kesabaran ku semakin menipis dan ketahanan ku semakin lemah(atas kejadian ini), kecuali aku mempunyai asas yang cukup kuat untuk bertahan dalam kejadian yang sangat menghancurkan hati ku iaitu dengan pemergian mu. Aku membaringkan kamu di dalam kubur mu, apabila kamu tidak lagi bernyawa, dan kepalamu di antara leherku dan dada ku. “Sesungguhnya dari Allah kita datang dan kepadaNya kita kembali”(2″56)
Sekarang amanah telah dikembalikan dan apa yang telah diberi kini telah di ambil semula. Kesedihanku tidak mempunya sempadan dan malam-malamku tidak akan lena tidurnya sehingga Allah swt memilihkan untukku sebuah rumah yang di dalamnya ada kamu. Semestinya anak kamu pasti mengadukan kepada mu akan Ummah yang menindas beliau. Kamu bertnya keadaan sebenar kapadanya dan mendapat berita akan situasi sebenar, Perkara ini terjadi sewaktu masa belum lama berlalu dan memori mu masih belum menghilang. Salam ku ke atas kamu berdua, salam seorang yang bersedih dan berduka dan bukan dari seorang yang membenci dan mecemuh, jika aku pergi sekarang, ia bukanlah kerana aku sudah letih akan kalian dan jika aku tinggal, ia bukanlah kerana kurangnya kepercayaan ku atas janji Allah kepada orng-orang yang sabar.”
Percubaan yang Gagal
Pada waktu subuh, orang ramai berkumpul untuk menyertai pengebumian Fatimah, akan tetapi mereka telah di beritahu bahawa puteri Rasulullah telah di kebumikan secara rahsia di waktu malam. Sementara itu Imam Ali telah membuat 4 kuburan baru di Baqi’ untuk memalsukan kedudukan sebenar Fatimah.
Apabila orang ramai memasuki tanah perkuburan itu, mereka berasa keliru akan kedudukan sebenar kubur beliau, mereka memandang antara satu sama lain, dan dengan nada menyesal, mereka berkata: “Nabi kita hanya meninggalkan seorang anak perempuan, namun beliau meninggal dalam keadaan tanpa penyertaan kita dalam pengebumiannya. Malah kita langsung tidak mengetahui lokasi nya!”
Menyedari pemberontakan yang mungkin terjadi dari suasana beremosi ini, pihak pemerintah mengumumkan: “Pilihlah sekumpulan wanita Muslim, dan minta mereka menggali tanah-tanah ini, agar kita dapat menemui Fatimah dan menyolatkan beliau.
Ya! Mereka mencuba untuk menjalankan rancangan itu, melanggar wasiat Fatimah, dan menyebabkan percubaan Imam Ali untuk merahsiakan lokasi sebenar Fatimah gagal. Apakah mereka telah lupa akan ketajaman pedang Imam Ali dan keberanian beliau yang terkenal itu? Adakah mereka menyangkakan Imam Ali akan duduk senyap dalam menghadapi rancangan mereka yang tidak masuk akal itu?
Imam Ali tidak membalas balik selepas kewafatan Rasulullah kerana beliau mementingkan kesatuan Muslim sebagai sesuatu yang lebih utama. Bagaimanapun ini tidak bermakna beliau akan membiarkan jenayah mereka ke atas Fatimah Az Zahra walaupun selepas pemergian beliau.
Dalam kata lain, Rasulullah meminta Imam Ali untuk bersabar, tetapi hanyalah sehingga peringkat tertentu. Apabila Imam Ali mendengar rancangan mereka, beliau bergegas memakai pakaian perang dan menuju ke Baqi’.
Imam Ali mengeluarkan pedang dan berkata:
“JIka kamu -berani mengubah walau satu sahaja batu dari kubur-kubur ini, akan ku serang walaupun sehingga mereka ialah pengikut terakhir ketidakadilan.”
Orang ramai menyedari keseriusan kata-kata Imam Ali, dan mengambil amaran beliau dengan penuh kepercayan yang beliau akan melakukan sebagaimana yang diucapkan. Namun seseorang dari pihak pemerintah berkata kepada Imam Ali dengan kata-kata ini:
“Apa masalahnya Abul Hassan? Demi Allah, kami akan menggali semula kubur Fatimah dan menyolatkan beliau.” Imam Ali kemudiannya memegang pakaian orang itu dan membaling orang itu ke tanah dan berkata:
“Ibnu Sawada! Aku telah meninggalkan hak ku untuk mengelakkan orang ramai dari meninggalkan kepercayaan mereka, tetapi dalam kes Fatimah, demi Dia yang nyawa ku berada di dalam tangannya, jika kamu dan pengikut kamu berani mencuba sesuatu, aku akan mengalirkan tanah dengan darah kamu.”
Pada ketika ini Abu Bakr berkata:
“Abu al Hassan, aku meminta kepadamu demi hak Rasulullah dan demi Dia yang berada di atas arash, lepaskan dia dan kami tidak akan melakukan sesuatu yang tidak kau sukai.” Seterusnya sehingga ke hari ini, kedudukan sebenar kubur Fatimah masih belum di ketahui.
Kelmarin, 17 Mei 2010, beersamaan 3 Jamadil Akhir adalah hari kesedihan bagi Ummah Muhammad,bagi mereka yang mencintai apa yang Rasulullah cintai, dan membenci apa yang Rasulullah benci.” Marilah kita perbanyakkan solawat keatas baginda dan keluarga baginda yang suci, menegenangkan jasa mereka kepada Islam dan diri kita sendiri. Allahumma Solli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.
Masa berlanjut…
Inilah penerus perjuangan Fatimah :
1 gambar menceritakan 1000 maksud. Inilah pemimpin tertinngi Iran. Disebabkan satu gambar menceritakan 1000 maksud, maka x payah la cerita panjang-panjang.
Dengan ini dapat kita rumuskan, diamnya Ali bin Abi Talib dan beliau membiarkan Abu Bakar memerintah bukanlah dalil keridhaannya, hakikatnya beliau ingin menjaga agama Islam dari musnah
sebelum Rasul wafat, Fatimah lah yg pertama menyadari kalau ayahnya akan berpulang ke pangkuan Allah swt. dia tak sanggup menahan sedih, tapi Rasulullah menghiburnya dengan berkata "fatimah, kaulah yang pertama kali akan menyusulku" maka dari itu Fatimah wafat pada usia muda.
BalasHapusulamanya kok minumnya pakai tangan kiri ya? gawat ini, bukankah Rasulullah mewanti-wanti agar kita minum dan makan dengan tangan kanan?
BalasHapusCerita tentang orang yang memandikan Fathimah agak aneh. Yang memandikan adalah Ali dan Asma. Asma ini nama lengkapnya adalah Asma binti Umais, beliau adalah istri dari Abu Bakar, Khalifah pada saat itu. Apa mungkin terjadi kebencian kepada suaminya(abu bakar), akan tetapi terjadi hubungan rahasia dengan istrinya(Asma binti Umais)?
BalasHapusTips Indonesia@ Masykur
BalasHapusAbu Haris@ diatas itu kisah tragisnya Imam Husein as, anda kok masi membahas hal2 yg ngga ada artinya? lalu apa kalau beliau meminum dengan tangan kiri apa jatuh kafir? mana dalilnya? dan anda hanya melihat difoto, apa anda lihat tangan kanan belaiu? kenapa anda ngga berbaik sangka dulu dengan beberapa alasan?
Anonim@ Benar, tapi Asma sudah pisah dengan abu bakar sewaktu kejadian itu. justru anda yg harus berfikir, kenapa Asma yg dipanggil oleh imam 'Ali as untuk ikut memandikan jasad suci Sayyidah Fathimah az Zahra as, kenapa tidak orang lain, mungkin saja siti 'Aisyah atau yang lain? perceraian Asma dengan abu bakar tidak banyak sejarah yg menuliskan akan hal tersebut, namun yang mesti anda tahu, mereka sudah berfisah dan menjadi pengikut setia imam 'ali as, bahkan kelak menjadi istri Imam 'Ali as.
pak... ini blog syiah..bukan PERSATUAN ISLAM... jangan dikunjungi lagi...
BalasHapus@Anonim: Aneh ya... syiah atau sunni kok diperdebatkan. Jika anda benar orang sunni, telaah Imam-Imam anda mencintai ahlul bayt sampai akhir hayat-nya... Lihat Abu Hanifah (hanafi) belajar dari Imam Ja'far Shadiq sa, Lihat shalat Imam Malik (Maliki) sama dengan syiah imamiyah, Lihat Imam Syafi'i dengan syairnya "jika mencintai ahlul bayt Muhammad aku dikatakan rafidah maka saksikanlah bahwa aku rafidah!", Lihat Imam Ahmad ibn Hanbal (Hanbali) dalam musnad-nya,"Ali adalah pembagi NERAKA DAN SURGA, sesuai sabda Rasul saw,"mencintai Ali adalah mukmin, membenci Ali adalah KAFIR" orang mukmin tinggal di Surga, orang KAFIR di NERAKA..." Jangan ngaku Sunni kalau anda menolak Syiah Ali sa. Cukup anda mencela syiah di dunia, sebelum anda di azab Allah dunia dan akhirat. Syukran.
BalasHapusya manusia memang harus saling mengoreksi karena tempatnya salah. mari kita belajar dari para imam dalam rangka saling mengoreksi tetapi harus tetap satu dalam iman dan islam. selamat kepada Abu bakar, umar, usman dan ali serta fatimah yang sudah melihat hasil perbuatan dan amal mereka untuk Allah dan islam
BalasHapussilahkan saling belajar, kamu salah dan ada benarnya atau kamu benar tapi ada salahnya
hebat ya mereka
janganlah mau terus menerus jadi korban sejarah.
BalasHapusmari kita buat sejarah kita sendiri yang lebih indah daripada sekedar meratapi kejadian masa lalu. lihatlah kedepan untuk kebaikan Islam dan ummatnya.
ini blog aneh sekali, hari gini masih doyan sama perbedaan. ngakunya persatuan islam.. koq isinya malah perpecahan islam.
emha nafi@ sejarah dulu adalah pelajaran buat kita, lihatlah al-quran yg 75%nya sejarah. justru dengan sejarah org lain, kita bisa belajar dan siap dengan kehidupan mendatang.
BalasHapusdimana letak perpecahan menurut anda? saya yakin anda salah masuk, mgkn blog sebelah. kami hanya memaparkan sejarah apa adanya, dan itupun dalam kitab2 ahlussunnah wal jamaah.
Ayatollah Khameinei mnggunakan tangan kirinya karna tangan kanannya telah dibom oleh zionis ketika berceramah..
BalasHapuscerita ini batil !!
BalasHapusAsma binti Umais radhiallahhuanha itu adalah istri abu bakar radhiallahuanhuma,beliau tidak bercerai abu bakar radhiallahuanhuma.beliau terus menjadi istri abu bakar radhiallahuanhuma sampai abu bakar radhiallahuanhuma wafat.kemudian barulah asma binti umais menerima tawaran ali bin thalib radhiallahuanhuma sebagai istrinya.sepeninggal fatimah radhiallahuanha
apakah istri seorang amirul mukminin seenaknya saja keluar rumah tanpa ijin/sepengetahuan suaminya ? tentu saja abu bakar radhiallahuanhuma mengetahui keperluan asma radhiallahuanha tersebut,jika cerita ini adalah benar.
maka pikirkanlah keganjilannya cerita ini..
apakah amirul mukminin Ali bin abi thalib radhiallahuanhum sebegitu teganya sampai mengajak asma radhiallahuanha utk memandikan jenazah fatimah radhianllahuanha tanpa sepengetahuan suaminya ? naudzubillah himindzaliq..ini bukanlah akhlak amirul mukminin ali bin abithalib radhiallahuanhuma..!!
bila cerita ini benar, maka abu bakar radhiallahuanhuma otomatis mengetahui juga perihal makam fatimah radhiallahuanha baik dari Ali bin thalib radhiallahuanha [yg meminta izin kepada beliau] dan dari istrinya sendiri.
sy sedih mbaca cerita batil ini.. krn tidak disadarinya bahwa cerita batil ini malah merendahkan martabat ali bin thalib radhiallahuanhuma sendiri..
jangan membawa sinetron2 telenovela rumah tangga dgn mentamsilkan nya dgn atsar sahabat..! sekali2 kita kita ini tidak bisa menyamai kemuliaan abu bakar radhiallahuanhuma , ali bin abi thalib radhiallahuanhuma, asma bin umais radhiallahuanha,fatimah radhiallahuanha..!!!
terimakasih atas kejujurannya atas mengungkap sejarah. memang imam 'ali as sangat tidak pantas mengajak istri org tanpa meminta izin, bahkan sangat kurang ajar karna mereka bukan muhrim. karna itu, riwayat diatas adalah bener adanya, krn mmg sejarah mengatakan, bahwa imam ali as adalah org suci dan disucikan, jd MUSTAHIL melakukan kekeliruan sekecil apapun. kesimpulannya adalah, mmg asma binti umais telah bercerai dengan abu bakar.
Hapussyiah kafir
BalasHapus