Laman

Selasa, 22 Mei 2012

al Kazzab al Uzma Sayyid Al Burqui

Salam alaikum wa rahmatollah. Bismihi Taala.
Berikut adalah cebisan dari sebuah laman anti Syiah, yang menulis tentang keluarnya seorang ulama besar Syiah dari mazhabnya, bertaubat dan menjadi seorang Sunni. Mari kita baca.

Syi’ah tertusuk pada jantungnya, tatkala seorang Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl mengumumkan taubat dan keluarnya dari agama Syi’ah yang kotor itu, akal mereka tidak siap menerima kenyataan pahit seperti ini.Belum sembuh borok akibat Ahmad Al Kisrawi Rahimahullah yang bertaubat mendapat hidayah kepangkuan Islam dan memproklamirkan kebatilan agama Syi’ah Imamiyah Ja’fariyah, disusul dengan bala’ susulan dengan taubatnya Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al Burqu’i yang diberi hidayah oleh Allah dan dilapangkan dadanya menerima Islam, menyambut panggilan kebenaran meninggalkan kebathilan dan orang-orangnya. Keluarnya Ayatullah Al ‘Uzma Al Burqu’i benar-benar mengguncang Syi’ah, karena ia (Al Burqu’i) memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.
Sekapur Sirih tentang Al Burqu’i
Dia adalah Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu’i. Nasabnya kembali kepada jalur Ahlul Bait. Dia adalah selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi’ah. Dia merupakan salah satu mercusuar agama Syi’ah kala itu. Dia mengumandangkan taubatnya setelah menjadi jelas baginya kesesatan agama Imamiyah Ja’fariyah. Peristiwa itu terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan berat bagi Syi’ah secara umum dan bagi negara Iran secara khusus. Telah ditegakkan upaya-upaya penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara upaya itu hampir menghabisi hidupnya ketika salah seorang Iran menembakkan peluru ke arahnya yang sedang berdiri shalat, maka tidak ayal, peluru pun menembus pipi kirinya dan tembus keluar dari pipi kanannya. Dengan pertolongan Allah, dia bisa selamat dari tragedi ini. Dia bergabung dengan jama’ah ahlus sunnah dan salaf di Iran, shalat Jum’at serta jama’ah di Teheran, kawasan luar ‘Ghadzar Wazir Daftar’. Pemerintah menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa. Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya,     “Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini dan tidak bisa hidup ditengah-tengah orang-orang musyrik itu”.
Dia menulis banyak kitab, antara lain: Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), yaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi, tertuang dalam 411 halaman dan dari sela-selanya dia mengurangi akidah Syi’ah dan menunjukkan kebatilannya. Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan terhadap kitab Mafatih Al Jinan yang memuat doa-doa ziarah kubur dan tempat-tempat sakral lainnya serta doa haji ke makam. Kitab Mafatih Al Jinan ini tergolong kitab terpenting bagi Syi’ah yang selalu mereka bawa kemana mereka pergi. Didalamnya banyak ungkapan-ungkapan syirik, kufur dan ingkar Allah. Kitab bantahannya tertuang dalam 209 halaman. Dirasah fi Ahadits Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits Mahdi), dia membongkar bangunan khurafat Al Mahdi versi Syi’ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan (demonstratif).  Al Jami’ Al Manqul fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukul tentang Sunnah-sunna Rasul). Dia menghimpun hadits-hadits shahih ahlus sunnah yang dicocokkan dengan hadits-hadits yang ada pada Syi’ah. Ushlub (metode) atau teknik ini membuktikan bahwa Syi’ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406 halaman. Dirasah Nushush Al Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah). Disini dia menetapkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti bahwa khilafah adalah haqq dan imamah yang mereka yakini adalah tidak berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah kebohongan yang nyata. Kitab ini tertuang dalam 170 halaman. Disamping itu masih banyak karya-karyanya yang lain seperti: Naqd ‘Ala Al Muraja’at dan Tadhad Madzhab Al Ja’fari Ma’a Quran wa al Islam. Dia juga menterjemahkan mukhtashar Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ke dalam bahasa Persia.
Yang sangat mengherankan adalah bahwa Sayyid Al Burqu’i ini dulunya termasuk pemimpin gerakan melawan Ahmad Al Kisrawi Al Irani yang lebih dulu mengumumkan kebathilan Syi’ah. Dia sangat produktif dan dinamis dalam membantah pemikiran-pemikiran Ahmad Al Kisrawi, dan membela agama Syi’ah secara mati-matian. Tetapi Allah ingin menghinakan Syi’ah mulai dari ubun-ubun hingga di bawah telapak kaki, Dia menunjukkan ke jalan Islam. Sayyid Al Fadhl bukanlah Syi’ah awam, melainkan simbol dan mercusuar bagi Syi’ah yang ditunjuk dengan unung jari, dia mengemban gelar Ayatullah al ‘Uzma. Perlu pembaca ketahui, Syaikh Al Burqu’i setelah mendapat hidayah dia mengumumkan dan mengajak bahwa siapa saja yang pernah membayar khumus kepada dirinya, dia siap mengembalikannya, karena dia telah mengakui haramnya harta tadi yang dicuri dan dirampas dari tangan manusia. Dia telah memfatwakan haram mengambil khumus dari selain rampasan parang seperti keyakinan yang ada pada kaum muslimin.  Akhirnya syi’ah telah memiliki pilihan lain untuk terbebas dari pengaruh selain memvonis penjara selama tiga puluh tahun tanpa memperhatikan usianya yang lanjut. Dan Syaikh Al Burqu’i meninggal dunia setelah matinya Khumaini. Renungkanlah bersama-sama, Syi’ah mengaku setia dan cinta kepada Ahlul Bait, bagaimana mereka memperlakukan Syaikh Al Burqu’i Rahimahullah? Padahal ia termasuk cucu dan keturunan Ahlul Bait. Lihatlah bagaimana upaya mereka dalam menculik dan membunuh orang yang nasabnya kembali kepada Ahlul Bait? Lihatlah akhirnya, bagaimana mereka mengurung dalam penjara dengan vonis 30 tahun tanpa ada belas kasih?! Apakah mereka termasuk orang yang patut dicontoh?
Ke manakah perginya cinta mereka yang didengung-dengungkan itu? Di manakah bersembunyi?
Telah banyak kaum Syi’ah yang terpengaruh dengan gerakan Syaikh Al Burqu’i Rahimahullah. Maka sebagian peneliti dan pencari kebenaran serta para mullah mulai mengkaji kembali dan berfikir ulang tentang ritus-ritus paganisme yang ada pada mereka. Hasilnya sebagian mereka kembali kepada kebenaran dan yang lain menyembunyikan taubatnya karena takut disakiti. Belum lewat tahun-tahun yang panjang, Allah sudah menimpakan musibah yang lain lagi kepada Syi’ah. Pada saat-saat ini seorang guru besar mereka Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani mengumumkan batilnya wilayah (imamah), rusaknya ishmah imam, khurafat Mahdi Muntazhar, dan bahwa Ahlul Bait (Ali Radhiyallahu ‘anhu dan anak-anaknya) adalah penganjur dan penyeru musyawarah, tidak memiliki ambisi menjadi sultan. Dia juga menyebutkan bahwa tasyayyu’ rentan dengan penyelewengan dari pangkalan yang sebenarnya.

Maka dia menulis dalam kitabnya, Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih: Didalam permulaan sejarah, terdapat banyak sahabat dan tabi’in pilihan menanggulangi penyimpangan politik dan sikap egois, mereka menyerukan reformasi dan perbaikan dengan kembali ke sistem syura. Dan yang paling depan di antara mereka adalah ahlul bait, keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah sosok-sosok manusia yang paling zuhud terhadap dunia. Tidak memiliki ambisi terhadap kekuasaan dan tidak pula rela mengikut para pemimpin yang menyimpang dalam menegakkan pemerintah dengan sistem warisan. Mereka justru menyeru pengembalian kekuasaan ke tangan umat Islam, melalui ahlul haili wal ‘aqdi dan menghormati suara dan keinginannya. Begitulah Syi’ah pada generasi-generasi awal, para revolusioner yang mengibarkan bendera syra, melawan anarkhisme dan egoisme. Akan tetapi prinsip-prinsip tasyayyu’ (dukung mendukung) telah mengalami pencorengan dan penyimpangan dengan adanya arus asing yang baru yang menenggelamkan risalah ahlul bait dan menghilangkannya dari ingatan masyarakat. Hal yang mengakibatkan perjalanan Syi’ah dalam berabad-abad penuh dengan kebingungan, kemandegan, keterasingan dan keluar dari layar sejarah.     Perlu kita ingatkan, bahwa mulai terungkap di tengah-tengah pemuda dan pemudi Iran, khurafat Mahdi Muntazhar. Mereka menjadikan sosok Mahdi Syi’i sebagai bahan lelucon, dan permainan yang menjadi bahan tertawaan dan lawak-lawak di panggung-panggung teater mereka. Maka bergulirlah perbincangan tentang kelucuan Mahdi buatan di kalangan masyarakat Syi’ah.

Karena itu para mullah bergerak menyebarkan agama Syi’ah di luar wilayah Iran dan di luar masyarakat Syi’i yang sudah memahami alur ceritanya. Mereka memanfaatkan harta untuk menyebarkan agama kotor ini, mereka tidak lain adalah tumbal-tumbal yang disuguhkan kepada bangsa-bangsa Iran Parsi agar bertambah imannya  kepada khurafat Mahdi, sehingga menjadi lekat dongeng itu dalam pikiran. Begitulah pukulan demi pukulan menerpa dada Syi’ah, belum hilang panasnya tamparan sudah melayang tamparan lain. Berkas cahaya pasti merobek hijab kegelapan, lalu akalpun menjadi tenang dan cerah satu demi satu, sehingga sekalipun lapisan-lapisan kegelapan dari para pemimpin kesesatan berusaha menutupi kenyataan dan berusaha mengusir dan menghalau sorot-sorot cahaya. Sesungguhnya kebenaran pasti tampil, aqidah shahihah adalah batu besar yang padat yang tidak lapuk dan rontok karena tiupan badai khurafat, tiupan bid’ah dan ombak dhalalah.

Sumber :
Gen Syi’ah Sebuah Tinjauan Sejarah, Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah, hal 243-247.
Anti Syi’ah Rafidhah
Sedikit Tanggapan:
Kemungkinan besar, kaum polemis dari kalangan Sunni mengalami kekecewaan yang besar dalam menghadapi kenyataan betapa banyaknya ulama-ulama mereka (Sunni) yang berhijrah ke Mazhab Syiah Ahlulbait(as) yang dapat dipastikan kebenaranya melalui kajian mendalam bersumberkan Quran dan Hadis. Sebahagian dari nama mereka yang tidak mungkin disebut semua di sini :
1. Muhaddis Jalil Abu Nafar Muhammad bin Mas’ud bin “Iyasy, dikenal dengan al ‘Iyasy, beliau yang menulis Tafsir al M’atsur dan kitab al ‘Iyasyi.
2. Syeikh Muhammad Mar’i al Amin al Anthaki, beliau menulis kitab Limadza Ikhtartu Madzhab asy Syiah.
4. Syeikh Muhammad Abu Rayah. menulis buku Adhwa’ ala As Sunnah al Muhammadiyyah dan Kitab Abu Hurairah Syeikh al Mudhirah.
5. Ahmad Husain Yaqub menulis Nadzariyyah al Adalah ash Shahabah dan Kitab al Khutuhath as Siyasiyyah li Tawhud al Ummah al Islamiyyah.
6 Muhammad Tijani as Samawi, beliau menulis Tsumma Ihtadaitu, Li’akuna Ma’a  ash Shadiqin , Fas’alu Ahla adz Dzkr, asy Syiah Hum Ahlus Sunnah.
7. Sayid Idris al Husaini, menulis Kitab Laqad Tasyayya’ani al Husain, al Khilafah al Mughtashabah dan Kitab Hakadza ‘Araftu asy Syiah.
8. Sha’ib Abdul Hamid, Kitab Manhaj fi al Intima’ al Madzhabi.
9. Sa’id Ayub, ‘Aqidah al Masih ad Dajjal  dan Ma’alim Fatan.
10. Shalih al Wardani, al Khuda’ah, Rihlati Min as Sunnah ila asy Syi’ah, Harakah Ahlul Bait as, asy Syi’ah fi Mishr, ‘Aqa’id as Sunnah wa ‘Aqa’id asy Syi’ah.
11. Muhammad Abdu; Hafidz, Limadza Ana Ja’fari.
12. Sayyid Abdul Mun’im Muhammad al Hasan, Bi Nur Fathimah Ihtadaitu
13. Syekh Abdul Nashir, Syi’ah wa al Qur’an, asy Syi’ah wa Hadits, asy Syi’ah wa ash Sahabah, asy Syi’ah at Taqiyyah  dan  asy Syi’ah wa al Imamah
14. al ‘Alim al Khathib al Munadzir Sayyid Ali al Badri, Ahsan al Mawahib fi Haqa’iq al Madzahib.
15. Sayyid Yasin al Ma’yuf al Badrani, Ya Laita Qawmi Ya’ lamun.
Reaksi panik kelompok Sunni seperti yang diwakili oleh Mamduh Farhan Al Buhairi akhirnya diubati dengan mencipta seorang tokoh palsu yang direka-reka sendiri bagi menunjukkan telah ada seorang ulama Syiah telah meninggalkan Mazhab Syiah dan memilih Mazhab Ahlus Sunnah. Ulama fiktif  “terkenal” itu di namakan: Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu’I

Di mana-mana forum, atau laman web yang ada posting atau perbincangan berkaitan personaliti di atas, kita dapati tidak ramai dari kalangan Syiah yang menanggapinya. Tetapi jangan salah sangka, diam itu bukan bererti kami menerima tamparan hebat dengan kejutan ini, tetapi adalah kerana tidak terkenalnya pemunya nama di atas dalam dunia kami.

Malah, nama-nama seperti, Ahmad Al Kisrawi,  Ahmad Al Khatib Al Irani sendiri adalah nama-nama yang sangat asing dalam masyarakat kami. Kemungkinan besar, pembohongan besar ini mungkin dipelopori oleh kelompok sama yang memalsukan kitab-kitab Syiah seperti Hukumat al Islami dan Kasyful Asrar(rujuk artikel sebelum ini). Kita dapat pembohongan ini, telah berjaya dibongkar oleh ilmuan Sunni sendiri, Dr. Ibrahim as Dasuki.

InsyaAllah, di dalam penulisan kali ini, saya akan cuba menunjukkan di mana letaknya kekeliruan dan pendustaan tuduhan kumpulan ini.

Kekeliruan Mamduh Farhan Al Buhairi terhadap gelaran Ayatullah Uzma

Bukti betapa dustanya personaliti ini sudah dapat dilihat di awal artikel lagi, di mana kita dapati banyak sekali perkara bercanggah dan lucu yang dapat kita temui, contohnya “…Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl …memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.. Beliau adalah setaraf dengan Khomeini dalam hal ilmu, hanya saja Khomeini lebih tinggi peringkatnya dalam rujukan agama Syiah. Beliau merupakan salah seorang mercu suar agama Syiah ketika itu.”

Di mana terletaknya keanehan kata-kata beliau? Tidak lain dan tidak bukan pada kekeliruan beliau terhadap gelaran Ayatollah Al Uzma, yang mana, bagi Syiah, orang yang memiliki gelaran ini, adalah mujtahid yang menjadi rujukan tertinggi dalam Syiah, yakni, seorang Marja’ Taqlid. Dipendekkan, Ayatollah al Uzma itu seperti Imam Syafi’i, Maliki, Hanbal dan Hanafi di sisi Sunni.

Berbeza dengan Sunni, yang membuka pintu ijtihad hanya berdasarkan dari Imam yang empat itu, dan setelah mereka, pintu ijtihad telah ditutup, sehingga mazhab Sunni telah mengalami masalah dalam menghadapi persoalan terbaru daam agama, mazhab Syiah sentiasa membuka pintu ijtihad, dan apabila seorang mujtahid itu telah meninggal dunia, ia akan diganti oleh mujtahid baru yang paling a’lam dalam masyarakat.

Antara tugas orang yang berada di peringkat ini adalah membuat kesimpulan hukum berdasarkan Al Quran, hadis dari Rasulullah(sawa) dan Aimmah(as) untuk menjawab persoalan yang bersifat teras. Oleh kerana tugasan ini berat dan syarat untuk mencapainya juga sangat ketat, orang yang dapat mencapai peringkat ilmu ini tidak ramai. Dan jika ada para sarjana yang cerdas dan alim dapat mencapai peringkat ini setelah memenuhi segala prasyarat yang ditetapkan, maka beliau layak menyangdang gelaran Ayatollah al Uzma dan dijadikan rujukan oleh masyarakat. Bukan seperti dunia Sunni, nampaknya macam setiap ustaz boleh mengeluarkan fatwa(boleh rujuk kitab Haqiqah adh Dha’i’ah, fenomena sunni Wahabi yang sesuka hati mengeluarkan fatwa-fatwa aneh.) sendiri.

Seperti yang saya katakan, orang yang mencapai tahap ini adalah sedikit, maka pastinya beliau sangat terkenal. Sepatutnya, Mamduh menyebutkan beliau terkenal dalam bidang apa, kerana ulama yang sama level dengan Imam Khomeini, tidak ramai bilangannya, dan sudah pasti mempunyai ramai pengikut, serta belajar dari guru yang terkenal. Malah tambah membingungkan adalah kata-kata beliau, yakni sama peringkat dengan Imam Khomeini tetapi Imam Khomeini lebih tinggi dalam kedudukan rujukan agama. Kalau sudah mencapai peringkat Ayatollah al Uzma, maka bagaimana Imam Khomeini boleh dikatakan sebagai referens agama yang lebih tinggi? Hairan. Sepatutnya mereka berada di level yang sama. Nyata, curiga betul dengan dakwaan mereka.

Percanggahan Cerita Berpindahnya Al Burqui ke Mazhab Sunni

Mamduh Farhan al Buhairi menulis  masuknya Burqui ke madzhab Sunni sebagai berkut: “Peristiwa itu terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan berat bagi Syi’ah secara umum dan bagi negara Iran secara khusus” dan di bahagian berikutnya di tuliskan lagi :

“Pemerintah menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa. Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi  dibiar menghirup udara segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya,     “Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang anti agama dapat hidup dengan nyaman. Sementara Ahlul Sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini dan tidak dapat hidup di tengah-tengah orang-orang musyrik itu”.

Ini adalah satu lagi pembohongan yang jelas, kesian sekali. Saya mahu pertikaikan di sini, bukankah pemerintahan sebelum Revolusi Islam adalah pemerintahan monarki sekular oleh Shah Reza Pahlavi? Kerajaan ini adalah kerajaan kejam yang kerap menindas golongan agamawan, terutamanya golongan ulama Syiah yang mempunyai kedudukan tinggi di mata masyarakat Syiah. Berapa banyak ulama Syiah yang dipenjara, di bunuh, diugut dan dibuang negeri, termasuk Imam Khomeini, yang mana SAVAK(agensi perisikan kerajaan waktu itu) adalah anjing utama yang melakukan kerja-kerja ini.(lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di Iran, lewat tulisan Baqer Moin, Iran : From The ConstitutionalMovement of1906 to the 1979 Revolution). Maka, meletakkan beban kesalahan ini kepada kerajaan waktu itu, bukankah aneh sekali? Atau bodoh sekali?

Perlu diingat bahawa kerajaan ketika itu adalah dokongan Amerika melalui CIA, diantaranya bernama Allan Dulles. Jika memang benar wujudnya al Burqui itu menukar mazhabnya, sememangnya ia akan dimanfaatkan sebaiknya oleh CIA dan SAVAK untuk menghancurkan gerakan revolusi para Ulama Syiah, apatah lagi mengenangkan yang menukar mazhab itu adalah seorang Ayatollah al Uzma, pasti dajjal-dajjal ini boleh memanfaatkan fatwanya untuk merekruit para pengikutnya untuk turut sama menukar mazhab. Namun ternyata, nama beliau tidak pernah disebut dan tidak pernah ada.

Sebenarnya beliau mahu menjatuhkan Republik Islam Iran, kerana pemerintahan ini sering dituduh tuduhan seperti “orang Yahudi dan Nasrani lebih bebas dari Ahlul Sunnah”, namun kerana semangat melampaunya membuat fitnah, beliau terlupa, yang sebenarnya beliau sedang menulis tentang seorang ulama Syiah masuk Sunni ketika kerajaan sekular sebelum Revolusi, yang sangat-sangat membenci Islam. Kesian.
Pekung beliau semakin terbuka apabila beliau menceritakan kerajaan “menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa”, bukankah ini akan menjadi satu insiden nasional? Lalu mengapa tidak disebutkan di masjid mana terjadi insiden ini. Apa pula nama masjid beliau? Di kawasan apa?
Kisah Pembohongan di Tangan Mamduh Farhan al Buhairi
Banyak kisah pembohongan terbongkar di dalam tulisan beliau sendiri, antaranya cerita rekaan percubaan penculikan dan pembunuhan beliau. Salah satu dari percubaan itu hampir menamatkan riwayatnya, apabila beliau ditembak dari sisi pipi kiri tembus keluar ke pipi kanannya. Dengan pertolongan Allah, beliau telah selamat.
Tidak mengapa beliau terselamat, itu masih belum meragukan. Bagaimanapun, bagi anda yang memahami anatomi badan jasmani manusia, akan merasa sedikit aneh dengan cerita ini. Memandangkan orang ini, yang sudah pasti hancur rahangnya, boleh kembali aktif semula, malah tambah mencurigakan, syahidnya Ayatollah Murtadha Mutahhari juga adalah dengan kes tembakan yang hampir sama. Hmm, curi cerita agaknya, kemudian gunakan kepada watak fiktif.
Bagaimanapun, oleh kerana Mamduh menggunakan frasa “dengan bantuan Allah”, maka saya menerima juga cerita ini(katakanlah). Tetapi beliau perlulah memberi sedikit detail tentang peristiwa itu, antaranya siapa yang menembak? Tentera? Polis? Di mana kejadian ini terjadi? Orang yang ditembak ini adalah Ayatollah al Uzma, yang mana cukup sikit bilangan mereka di dalam dunia ini. Cerita ini wajib menjadi cerita besar, dan kita mengetahui begitu ramai sekali wartawan asing yang berada di Iran, maka mengapa tidak dilaporkan cerita ini? Cukup menganehkan, kejadian ini tidak pernah digunakan sebagai alat untuk menyerang Syiah, sehinggalah sejak cerita Al Burqui ini dikeluarkan. Lagi cerita pembohongan dari pihak Sunni.
 Gerakan Salaf di Iran ?
Tidak puas dengan cerita rekaan di atas, Mamduh Farhan al Buhairi kembali membuat pembohongan dengan menulis : “Beliau  (al burqui) telah bergabung dengan jama’ah Ahlus Sunnah dan Salaf di Iran, Solat Jumaat secara berjemaah di Teheran, kawasan luar ‘Ghadzar Wazir Daftar’  ada baiknya anda membaca buku-buku seperti Rida Gul Surkhi, “Fida’iyan-e-Islam, Aghaz Gar e Junbish e Musallahanih Dar Iran, atau buku Barnamih e Hukumat e Fida’iyan e Islam karya Navvab Safavi, atau Ridha Hakimi, berjudul Tafsiri Aftab,  jadi anda akan tahu pembohongan dari Mamduh Farhan al Buhairi tentang gerakan salaf di Iran.
Bila sebenarnya al Burqui meninggal dunia ?

Untuk meneliti lagi pembohongan Mamduh, mari kita ulangi secebis dari tulisan beliau: “Menghukum penjara selama tiga puluh tahun tanpa memperhatikan usianya yang lanjut. Dan Syaikh Al Burqu’i meninggal dunia setelah matinya Khumaini. Bagaimana mereka boleh memenjarakan dalam penjara selama 30 tahun tanpa ada belas kasih?! Apakah mereka termasuk orang yang patut dicontoh?”

Bagi orang yang cerdas mindanya, dan tahu akan sejarah Iran, Syiah dan Revolusi Islam, akan cepat sahaja menangkap keanehan di dalam penceritaan di atas. Seperti disebutkan, al Burqui dikatakan telah dipenjarakan selama 30 tahun, namun tidak disebutkan pemerintahan mana yang memenjarakannya. Beliau juga dikatakan meninggal dunia selepas kematian Imam Khomeini. Tahukan kalian bahawa usia Revolusi Islam baru sahaja mencecah 31 tahun? Jika benar al Burqui dipenjarakan pada awal revolusi, pada tahun 1979, maka al Burqui seharusnya meninggal dunia pada tahun 2009. Ini jelas satu penipuan, sedangkan cerita ini sudah berlegar tahun 2007 lagi.

Bagaimanapun, katakanlah, kita percaya cerita mereka ini. Perlu saya katakan di sini, ketika revolusi sudah menang, ramai sekali wartawan-wartawan luar datang berkunjung ke penjara-penjara Iran, antaranya dari Indonesia, Syafiq Basri, yang menulis buku “Iran Pasca Revolusi”, boleh rujuk buku beliau jika mahu. Tujuan kunjugan ini adalah untuk menilai sendiri hak asasi manusia di penjara Iran, selepas kemenangan revolusi Islam. Peter Scott Latour, salah seorang jurnalis Jerman, juga turut datang sendiri menilai keadaan di penjara Iran. Nyata sekali nama Sayyid Abul Fadl tidak ada dalam senarai nama-nama tuntutan Amnesty International agar diberikan hak asasi mereka. Jika beliau memang wujud, beliau akan wajib menjadi bahan pihak barat yang memusuhi Iran, untuk menekan pemerintahan negara ini, dan mendiskreditkan negara itu. Al Burqui bukanlah calang-calang orang, jika beliau memang benar menentang Iran, maka sudah pasti akan heboh satu dunia.

Jadi, hujah nombor satu pun sudah mengelirukan, apa lagi yang kedua, logikkah kenyataan palsu kalian ini?

Kitab-Kitab yang tidak pernah wujud
Mamduh Farhan al Buhairi menyebutkan antara karya Al Burqui seperti berikut :
1.    Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), iaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi, 411 halaman
2.    Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan terhadap kitab Mafatih Al Jinan 209 halaman
3.    Dirasah fi Ahadits Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits Mahdi), beliau membongkar asas khurafat Al Mahdi versi Syi’ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan (demonstratif).
4.    Al Jami’ Al Manqul fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukil tentang Sunnah-Sunnah Rasul). Dia menghimpun hadits-hadits shahih Ahlul Sunnah yang dipadankan dengan hadits-hadits yang ada pada Syi’ah. Ushlub (metod) atau teknik ini membuktikan bahwa Syi’ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406 halaman
5.    Dirasah Nushush Al Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah). Di sini beliau menetapkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti bahawa khilafah adalah haqq dan Imamah yang mereka yakini adalah tiada asalnya dan tidak berdasar, dan hanyalah pembohongan yang nyata. Kitab ini tertuang dalam 170 halaman
6.    Naqd ‘Ala Al Muraja’at dan Tadhad Madzhab Al Ja’fari Ma’a Quran wa al Islam
7.    Menerjemahkan Mukhtashar Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Sebagai tambahan, Farhan al Buhairi menyatakan bahawa  Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani menulis Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih.
Kalau kita melihat karya-karya beliau dan judulnya, dengan segera kita dapat memahami bahawa ini merupakan judul-judul yang sangat serius. Dan tentu sahaja buku-buku ini, akan cuba dijawab oleh para ulama Syiah, jika memang wujud. Apatah lagi di Iran, wujud sebuah badan yang meneliti dan menjawab penerbitan buku-buku seperti ini, dan akan segera ditanggapi, seperti mana tradisi keilmuan dalam dunia Syiah.
Hampir semua karya-karya yang menyerang Syiah telah dijawab oleh ulama-ulama Syiah dan para penyerang itu tidak lagi membalas, kami sebutkan di antara kitab-kitab itu :
1. Karya al Khudhari, Mudharat fi Tarikh al Umam al islamiyah diterbitkan dengan judul Ceramah-ceramah tentang sejarah umat islam)
2.Karya Rasyid Ridha,  As sunnah wa Asy Syi’ah  diterbitkan dengan judul Sunnah dan syi’ah.
3. Karya al Qashimi, Ash Shira’ Baina Watsaniyyah wa al Islam diterbitkan dengan judul Pertarungan antara paganisme dan Islam
4.Ahmad Amin, Fajr wa Islam wa Dhuha al islam  diterbitkan dengan judul Fajar islam (Setelah itu penulisnya Ahmad Amin telah pun bertaubat dan memohon maaf kepada Muslim Syi’ah, kerana merasa bersalah dengan menulis fitnah atas Syiah. Akhirnya pada tahun 1349 Hijrah beliau mengunjungi Najaf dan di sana menyatakan permohonan maaf. Antara Ulama Syiah yang menerimanya adalah Syeikh Muhammad Husain Kasyif al Gita.
5. Karya Musa Jarullah, Al Wasyi’ah fi Naqqd asy syi’ah diterbitkan dengan judul kumpulan kritik terhadap syi’ah
6. Karya Muhibbudin Khatab, al Khuthuth al ‘aridhah  diterbitkan dengan judl jaringan luas
7. Karya Ihsan Illaihi Zahir, Asy Syiah wa Sunnah.
8. Karya Ihsan Illaihi Zahir, Asy Syiah wa al Qur’an
9. Karya Ihsan Illaihi Zahir asy Syiah wa Ahlulbait
10. Karya Ihsan Illaihi Zahir asy Syiah wa at Tasyayyu’
11. Karya Ibnu Taimiyah, Minhaj as sunnah
12. Karya Nashir al Ghifari, Ushul Madzhab as Syi’ah
13. Karya Abdullah Muhammad al Gharib, Wa Ja’a Dawr al Majus
14 Karya ad Dahlawi. At Tuhfah al Itsna ‘asyariyyah
15. Karya Muhaddits Tsabit al Mishri, Jawlah fi Rubu’ asy Syarq al Adna

Dan kitab-kitab di atas ditanggapi oleh :

1.    Syarif Murthadha dalam kitab asy Syafi fi al Imammah (belum diterjemahkan)
2.    Alamah al Hilli, Nahj al Haq wa kasyf ash shidsiq (kitab ini dikritik kelompok sunnah oleh Fadhl bin Ruzbahab, al asy’ari, Ibthal al Bathil wa ihmal kasyf al ‘athil)
3.    Sayyid Nurullah al Husaini al Tusturi, Ihaqaq al Hal, kitab ini ditujukan untuk menanggapi kitab Ibthal al Bathil wa ihmal kasyf al ‘athil yang sebelumnya kitab karya Fadhl bin Ruzbahab ini di koreksi  oleh Ayatullah syihabuddin al Mar’asyi an Najafi.
4.    Alamah al Mudzaffar, menulis Dalail ash Shiddiq, untuk menanggapi kitab Minhaj as sunnah, dan banyak menyoroti kebencian Ibnu Taimiyah pada keluarga Rasulullah saw.
5.    Allamah Abdul Husain al Amini, menulis al Ghadir  kitab ini di dedikasikan untuk membetulkan dan membantah kitab : al ‘Aqad al Farid, al Farq Bainal Fariq, al Milal wa an Nihal, al Bidayah wa an Nihayah, al Mashsar, as Sunnah wa asy Syi’ah, ash Shira’, Fajr al Islam, Dhuha al Islam, ‘Aqidah asy Syi’ah , al Wasyi’ah, Minhaj as Sunnah
6.    Sayyid Hamid Husain Ibnu Sayyid Muhammad Qili al Hindi, ‘Abaqat al Anwar fi Imamah al Aimamah al Athhar. Kitab ini untuk menjawab  ath Tuhfah al Itsna ‘Asyariyyah.  Menarik untuk di catat di sini kitab ini adalah kitab muktamad yang sampai saat ini  Ahlul Sunnah belum ada yang mampu memberi sanggahan terhadap kitab ini.
7.    Murthadha al ‘Askari,  Ma’alim al Madrasatain
8.    Abu Ahmad bin Abdun Nabi an Naisabhuri, as Saif al Maslul ‘ala Mukhribi Din ar Rasul.
9.    Muhammad Qili,  an Nazhah al Itsna ‘Asyariyyah.
10.  Syeikh Subhan Ali Khan al Hindi, al Wafiz fi al Ushul
11.  Sayyid Muhammad Sayyid,  al Immamah  dan al Bawariq al Illahiyyah.
Al Dahlawi  mula menyerang Syiah selepas kitab  At Tuhfah al Itsna ‘asyariyyah  dan terus ditanggapi kitab ash Shawarim Allahiyyah karya Sayyid Deldor Ali  dan Kitab Sharim al Islam, kemudian kitab ini di tanggapi oleh murid al Dahlawi  yang bernama Rasyidudin al Dahlawi dengan kitabnya asy Syawakah al Umariyyah, kemudian kitab ini ditanggapi lagi oleh ulama Ahlulbait, Baqir Ali dengan karyanya al Hamlah al Haidariyyah dan al Mirza  dengan karyanya  an Niazhah al Itsna Asyariyyah dan kitab ini ditanggapi oleh Ahlul Sunnah dengan kitab mereka,  Rujum asy Syayathin.  Dan kitab inipun kembali di jawab oleh ulama Syiah Sayyid Ja’far Musawi dalam kitabnya Mu’in as Shadiqin fi Radd Rujum asy Syayathin.
Kitab ad Dahlawi, At Tuhfah al Itsna ‘Asyariyyah dtanggapi pula oleh Muhammad Qili dengan kitabnya al Ajnad al Itsna Asyariyyah al Muhammadiyyah,  kemudian kitab ini ditanggapi  oleh Muhammad Rasyid ad Dahlawi, dan ditanggi lagi oleh Sayyid Muhammad Qili dalam kitab al Ajwibbah al Fakhirah fi ar Radd ‘ala al Asya’irah.  Dan seluruh polemik ini di akhiri oleh Sayyid Hamid Husain Ibnu Sayyid Muhammad Qili al Hindi yang berjudul ‘Abaqat al Anwar fi Imamamh al Aimamah al Athhar. Hingga hari ini tidak wujud kitab Ahlul Sunnah yang menanggapi kitab ini.
Oleh kerana Ahlul Sunnah tidak dapat membantah kebenaran Syiah, akhirnya mereka terpaksa menggunakan taktik kotor dengan mencipta watak-watak rekaan seperti Ahmad Ibnu Saad Hamdan al Ghamidi, al Qifari dan penulis fiktid yang mengaku bernama Sayyid Hussain al Musawi, semuanya fiktif seperti fiktifnya Al Burqui ini.
Kesimpulan
Hal-hal pembohongan yang kotor seperti ini bukanlah kali pertama dilakukan oleh para pengecut dari para Nasibi. Malah, senarainya banyak, namun, yang palsu itu akan sentiasa dibongkar oleh Allah swt.
Mereka tidak akan pernah berhenti, dan akan terus berkerja siang dan malam untuk membohongi Syiah. Oleh itu saya ingin bertanya kepada para pembaca budiman, adakah dengan adanya orang-orang Syiah yang memasuki Sunni itu adalah hujah yang cukup kuat untuk membuktikan kepalsuan Syiah? Ingatlah jika ada ribuan orang Syiah menjadi Sunni, bukanlah bukti dan hujah utama kesesatan Syiah. Kesesatan Syiah hanya boleh dibuktikan dengan hujah ilmiah.
Jika penanda aras kesesatan sesuatu puak itu, diambil berdasarkan jumlah kemurtadan mereka dari puak mereka(nyata, jika ini diambil kita, jumlah Sunni menjadi Syiah masih tetap lebih ramai dari Syiah menjadi Sunni), maka kiralah sendiri berapa ramai intelektual Islam yang beralih kepada agama lain, atau menjadi atheist. Nyata, Islam bukanlah agama kebenaran mengenangkan ramai juga orang mereka yang menjadi murtad, tak gitu? Maka fikir-fikirkan lah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar