Laman

Jumat, 02 Maret 2012

Kunjungan Ulama Sunni Iran ke MUI


Jakarta, 20/2/12
Kunjungan Imam Besar Sunni Iran Maulana Maulawi Madani ke MUI di kantor MUI Pusat Jl. Proklamasi, Jakarta, Senin(20/2) adalah sebuah kehormatan dan sudah sepantasnya diapresiasi dimana Indonesia sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar dunia sangat startegis dan diharapkan bisa menjadi teladan bagi sebuah toleransi dan keberagaman masyarakatnya.
Kedatangan Grand Imam Sunni yang diutus pemerintah Iran ini, untuk menyampaikan keadaan Ahlus sunnah di Iran yang menurut mereka tidak seperti yang bayangkan selama ini. Dia menyatakan bahwa di Iran terdapat masjid Sunni, sekolah, dan sebagainya.


Dengan meningkatnya pemberitaan negatif tentang Iran yang semua sumbernya adalah fitnah dan dusta akan sangat membahayakan bagi keharmonisan Muslim Indonesia yang terkenal sangat santun dan toleran karena diperkirakan tidak kurang 3 juta pemeluk mazhab Syi’ah di Indonesia. Barat dan Zionis sangat berkepentingan dalam mengusai negeri-negeri Muslim dan mereka hanya punya satu cara untuk melemahkan Islam yaitu dengan menciptakan konflik antara mazhab. Iran sebagai negeri Muslim yang mandiri dan maju dalam segala bidang tak kan pernah tunduk dengan kekuatan asing manapun dan satu-satunya cara agar Iran diisolasi dari negara-negara Islam dengan menyudutkan Syi’ah….menyudutkan mazhab dan memproduksi fitnah dan adu-domba telah mereka lakukan melalui tangan-tangan sebagian kaum muslimin yang fanatik yaitu kelompok takfir lintas mazhab.
Bahkan dalam sambutannya pada Konfrensi Kebangkitan Islam Sepetember 2011 di Tehran Ayatullah Sayid Ali Khamne’i memperingatkan negara-negara yang telah berhasil menumbangkan penguasa despotik -yang didukung Barat- untuk tidak pernah percaya pada AS dan sekutu Eropanya dengan keterlibatan urusan pasca-revolusioner mereka.
“Jangan pernah percaya AS, NATO, dan rezim kriminal seperti Inggris, Prancis dan Italia yang telah menjarah negara Anda untuk waktu lama. Curigai mereka dan jangan pernah percaya senyum mereka, “kata pemimpin.
Selam ini dikatakan tak ada Mesjid Sunni di Iran dan media anti Syi’ah dan anti Persatuan gencar memberitakannya tetapi coba kita lihat faktanya, Tidak Ada Satupun Mesjid Ahlus Sunnah di Teheran, Benarkah?
Berita yang tendensius dan berbau propaganda negatif bagi persatuan Sunni-Syiah ini, oleh pihak Wahabi diterima secara antusias dengan menyebarkan desas-desus fitnah, bahwa pemerintah Iran yang mayoritas Syiah melarang dan menghalang-halangi dakwah Ahlus Sunnah di negara tersebut, dan Ahlus Sunnah mengalami perlakuan tidak adil dari pemerintah Iran, sementara Yahudi dan Nashrani bahkan Majusi di negara tersebut mendapat perlindungan dan hak-haknya.
Ini ada kedustaan belaka, sebab pihak Ahlus Sunnah juga mendapat perwakilan di Parlemen. Di kawasan yang mayoritas Sunni, mereka mendirikan masjid dan mendapat izin untuk melakukan ritual-ritual keagamaan mereka secara terbuka dan bebas.
Di Teheran sendiri, terdapat 9 buah mesjid yang dikelola khusus oleh jama’ah Ahlus Sunnah. Meski demikian karena jumlah mereka yang minoritas dan tersebar sehingga masjid-masjid tersebut kadang sepi dari jam’ah bahkan tidak melangsungkan shalat berjam’ah sama sekali. Namun, masjid-masjid tersebut menjadi sangat ramai di bulan Ramadhan, dan pengikut Ahlus Sunnah menjadikannya sebagai tempat shalat tarawih berjama’ah.
Berikut daftar nama-nama mesjid yang didirikan jama’ah Ahlus Sunnah di Teheran,
1. Masjid Sodiqiyah, Falake 2 Sodiqiyah.
2. Masjid Tehran Fars, jalan Delavaran
3. Masjid Syahr Quds, KM 20 jalan Qadim
4. Masjid Khalij Fars, Bozorkroh Fath
5. Masjid an-Nabi, Syahrak Donesh
6. Masjid Haftjub, jalan Mullarad
7. Masjid Vahidiyeh, Syahriyar
8. Masjid Nasim Syahr, Akbarabad
9. Masjid Reza Abad, Simpang 3 jalan Syahriyar
Dalam Silaturahmi Imam Besar Ahlussunnah Iran di MUI dihadiri banyak tokoh dan kalangan. Acara yang berlangsung tepat pukul 1 siang ini menghadirkan sejumlah ulama dan tokoh seperti Prof. Ahmad Satori Ismail, KH. Tengku Zulkarnaen, KH. Hamdan Rasyid, KH. Syaifuddin Amsir, Ustadz Muhammad Al Khathatath, dan lain sebagainya. Tak ketinggalan juga beberapa nama dari kelompok Syiah hadir dan yang menarik perhatian adalah Ustadz Farid Ahmad Okbah yang katanya ahli Syi’ah dan akftif menyebarkan fitnah dan adu-domba bahwa Syi’ah itu sesat dan Kafir angkat bicara. Pernyataan Grand Imam Sunni Iran bahwa kondisi Ahlus Sunnah di Negara Syiah tersebut dalam kondisi baik, mendapatkan respon dari pemerhati masalah Syiah, Ustadz Farid Ahmad Okbah M.Ag. Ustadz Farid menilai bahwa kita harus mengecek kembali pernyataan Syekh Maulana Malawi Madani. Menurutnya pernyataan beliau belum objektif karena posisi beliau adalah utusan pemerintah Iran. Sudah lazim tokoh-tokoh kelompok takfir selalu memutar-balikan fakta jangan-jangan yang di maksud Ahlussunnah oleh Ustadz Farid adalah kelompok wahabi tetapi dalam pernyataannya selalu menisbatkan kepada Ahlussunnah mainstream.
“Kita perlu konfirmasi ulang tentang kondisi ahlus sunnah di Iran, dari sumber lain supaya objektif,” katanya kepada sejumlah wartawan di Gedung MUI.
Ketika diskusi sedang berlangsung, Ustadz Farid pun sempat menunjukkan data-data kepada Imam Maulawi buku seorang ulama Syi’ah Iran yang menjadi sunni dan mengalami penindasan di sana.
“Salah satu ulama Syi’ah yang masuk menjadi sunni dan mendapat tekanan, yaitu Ayatullah Udzma Burqu’i setingkat Imam Khomeini,” tandasnya memberikan sejumlah data. Tahukah Ustadz Farid bahwa yang namanya Ayatullah Bur’qui dan Sayid Husein Musawi penulis buku mengapa saya keluar dari syi’ah itu adalah tokoh fiktif dan bukunya yang penuh kebohongan? dimana tahun kejadian di dalam buku itu penuh kontradikisi? Tahukah Ustadz Farid bahwa bantahan buku itu telah terbit dengan judul “Demi Allah Junjunglah Kebenaran”?. Jangankan Sunnah dan Syi’ah Al-Irsyad-pun pernah di adu-domba oleh Farid Ahmad Okbah. Sampai detik ini Farid Ahmad Okbah tak pernah berani berdiskusi dengan Ulama Syi’ah dengan ilmu dan akhlaq tetapi keberaniannya hanya dibelakang dengan menyebarkan fitnah dan adu-domba kaum Muslimin.
Syekh Maulana Maulawi Madani, Grand Imam Sunni di Iran datang ke Indonesia atas fasilitasi Kedubes Iran di Indonesia. Ia datang dengan didampingi Muhammad Hasan Tarrabain, Ketua Lembaga Dunia Pendekatan Antar Mazhab. Mengingat gerakan kelompok takfir di Indonesia sangat gigih melakukan kemungkaran atas nama mazhab dimana anarkhisme telah berulang terjadi menimpa kaum Muslim Syi’ah di Indonesia dan yang terbaru adalah peristiwa penyerangan dan pembakaran komplek Pesantren Syi’ah di Sampang Madura 29 Dsesember 2011. Berkenaan dalam peristiwa itu Ketua MUI Sampah Kyai Bukhori Maksum mengeluarkan Fatwa bahwa Syi’ah adalah ajaran sesat dan dibantah oleh banyak kalangan bahwa fatwa itu berbahaya dan tak bertanggung-jawab karena akan menyulut konflik yang lebih besar. Pernyataan MUI Sampang dibantah langsung oleh Ketu MUI Pusat Prof.Umar Shihab bahwa Sunnah dan Syi’ah adalah mazhab yang besar karena Syi’ah sebagaimana Sunni adalah mazhab yang benar dan sah di Dalam Islam dan pernyataan ini mendapat respon dari al-Bayyinat dan meminta Pemerintah dan MUI mengeluarkan Fatwa tentang kesesatan Syi’ah untuk sementar ini MUI tengah melakukan kajian mengenai mazhab Syi’ah ini.
Provokator Konflik Sunnah dan Syi’ah itu adalah Wahabi dan Zionis tetapi mamakai tangan-tangan para Ulama Su’seperti Al-Bayyinat, kelompok takfir lintas mazhab, dan Kyai-Kyai kampung yg tak luas ilmunya, Di Mesir Ahlussunah pengikut mazhab Syafi’i hidup rukun dengan Muslim Syi’ah bahkan Mufti Mesir Syaikh Ali Jum’ah mengatakan Sejarah Mesir adalah sejarah damai antara Sunnah dan Syi’ah, di Iraq ratusan tahun Sunnah dan Syi’ah hidup damai tetapi setelah kemasukan kelompok salafi wahabi maka konflik sektarian menjadi ajang baru perang saudara, begitupula di Indonesia sebelum ada al-Bayyinat dan Salafi Wahabi Sunnah-Syi’ah dalam suasana damai dan persaudaraan yg indah. Semangat dan Jiwa takfir yg di adopsi sebagian kaum muslimin yg ditularkan kaum wahabi menjadikan Islam berwajah muram karena kebodohan tokoh2nya yg mudah terpedaya dengan dunia.
Pergesekan Sunnah dan Syi’ah terjadi bukan karena Syi’ah hadir di Indonesia, Syi’ah bukanlah penyebab tetapi malah sebagai akibat dan korbannya…kekerasan dan konflik terjadi disebabkan karena ketidakmampuan suatu kelompok menerima sebuah keyakinan yg berbeda dan ketidakmampuan menerima sikap kritis,obyektif dan ilmiyah yg dianggap akan merugikan kepentingan mereka, dianggap merongrong kemapanan mereka yg selama ini telah mereka nikmati.
Mereka yang memusuhi, menyesatkan, dan mengkafirkan Syi’ah hanya dua kelompok : 1.Kelompok pertama adalah karena jahil (mendapat informasi yg tak berimbang dari sumber-suber fitnah dan dusta dari para pembenci Syi’ah)dan 2.Kelompok kedua adalah karena Hubbud Dunya dan yang kedua ini agak berat pengobatannya karena masalah materi dan penyakit hati.
Kalau kelompok yg pertama dengan dialog dengan ilmu dan akhlaq InsyaAllah akan tumbuh saling pengertian dan kasih sayang tetapi kalau dgn kelompok yg kedua kita hanya bisa berdoa Billahi taufiq wal hidayah …
Syekh Ahmad Deedat, Kristolog masyhur yang juga seorang ulama Ahlussunnah pernah menyatakan:
“Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima ikhwan Syiah sebagai mazhab kelima? Hal yang mengherankan adalah mereka mengatakan kepada Anda ingin bersatu. Mereka tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. M…ereka berteriak “Tidak ada suni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah”. Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah belah. Bisakah Anda membayangkan, kita suni adalah 90% dari muslim dunia dan 10%-nya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka (Syiah) yang seharusnya ketakutan”.
Saudaraku semua! Musuh-musuh kita tidak membedakan Sunni dan Syiah. Mereka hanya mau menghancurkan Islam sebagai sebuah ideologi dunia. Oleh karena itu, segala kerja sama dan langkah demi menciptakan perbedaan dan pertentangan antara muslimin dengan tema Syiah dan Sunni berarti bekerja sama dengan kufr dan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Berdasarkan hal ini, fatwa Imam Khomeini adalah Pertentangan adalah haram dan pertentangan harus dihapuskan.
Semoga Ukhuwah Islamiyah tetap dan terus terjalin………
____________________________________________________________________________________________________________________________________
Syeikh al-Jabri: Iran Mengikut Jalur Islam Sejati
Wakil Ketua Front Amal Islam Lebanon, Syeikh Abdul Naser al-Jabri, menyatakan bahwa Republik Islam Iran berjalan mengikuti jalur Islam yang sejati.
Rasa News (9/2) melaporkan, Syeikh al-Jabri yang merupakan salah satu ulama Sunni dan menjabat sebagai Wakil Ketua Front Amal Islam Lebanon, dalam Konferensi Persatuan Islam ke-25 di Tehran mengatakan bahwa musuh-musuh Islam sedang menghancurkan persatuan umat Islam. Dikatakannya, “Amerika Serikat, rezim Zionis Israel, negara-negara Barat, dan sejumlah penguasa Arab, tidak mempedulikan persatuan umat Islam dan mereka menilai perbedaan fiqih antara Sunni dan Syiah itu tidak ada nilainya.”
Menurutnya, kekhawatiran utama negara-negara tersebut adalah politik Republik Islam Iran yang mengikuti jejak Islam hakiki untuk persatuan dan stabilitas umat Islam. Barat sangat mengkhawatirkan bangsa-bangsa Islam.
Syeikh al-Jabri mengkritik keras serangan media terhadap pemerintah Suriah dan menjelaskan bahwa Amerika, Israel, dan sekutu-sekutu mereka, menyerang habis-habisan kawasan ini dan berbeda dengan sebelumnya, serangan mereka kali ini dilakukan secara frontal dan terbuka. Mereka ingin Suriah berubah menjadi medan tempur dan bahkan mereka melangkah lebih jauh dengan merencanakan serangan ke Iran.
Ulama Sunni ini juga mengkritik kebijakan sejumlah negara Arab terhadap Republik Islam Iran. Dijelaskannya, “Negara-negara yang dulunya berpihak kepada rezim Saddam dalam menyerang Iran. Mereka melepaskan dukungan terhadap Saddam karena instruksi Amerika Serikat agar Washington dapat menyerang Baghdad. Kini negara-negara itu pula yang mendukung Amerika dan Barat melancarkan serangan militer ke Iran. (IRIB Indonesia/MZ)
http://indonesian.irib.ir/momentum/-/asset_publisher/hm7C/content/syeikh-al-jabri-iran-mengikut-jalur-islam-sejati
_____________________________________________________________________________________________________________________
“Persatuan Islam Bukan Berarti Semua Mazhab Harus Melebur Jadi Satu”
Ulama Sunni terkemuka Iran, Syeikh Mamusta Iqbal Bahmani, Imam Jumat Muchesh menyatakan, persatuan Islam akan mengokohkan kekuatan peradaban Islam dan para politisi negara-negara Islam harus beruapya untuk menghidupkan kembali kebebasan berpendapat, kemuliaan, dan kekuatan umat Islam.
Mehr News (1/12) melaporkan, Bahmani mengatakan, “Umat Islam harus mengutamakan sisi kolektif dan meredupkan segala perbedaan. Umat Islam harus bersatu menghadapi musuh. Persatuan itu tidak berarti seluruh mazhab harus melebur menjadi satu melainkan masing-masing mazhab harus saling menghormati dan tidak saling menistakan.”
Terkait penilaian musuh bahwa Imam Ali as adalah sumber dari seluruh friksi dalam umat Islam, Syeikh Bahmani mengatakan, “Sahabat Rasulullah Saw yang pertama kali beriman dan menjadi prosos seluruh mazhab Islam adalah Ali as. Musuh bukan hanya tidak meyakini Ali as, melainkan mereka juga tidak menerima Abu Bakar, Umar, Utsman, dan bahkan Rasulullah. Mereka hanya menggunakan tokoh-tokoh Islam itu untuk memecah belah umat Islam.”
Bahmani mengatakan, “Tidak ada ulama Sunni dalam kitab-kitab maupun khotbahnya yang menistakan keyakinan Syiah dan bahwa penistaan terhadap mazhab manapun pada hakikatnya telah keluar dari agama.”
Lebih lanjut dijelaskannya, “Syeikh kita, yakni Mamusta Syeikhul Islam, telah gugur syahid demi persatuan antara Syiah dan Sunni. Dan harus dikatakan bahwa para ulama Sunni telah melaksanakan tugasnya dengan baik untuk memperluas persatuan antara Syiah dan Sunni.” (IRIB Indonesia)
http://indonesian.irib.ir/islamologi1/-/asset_publisher/iHM3/content/persatuan-islam-bukan-berarti-semua-mazhab-harus-melebur-jadi-satu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar