Laman

Kamis, 19 Juli 2012

Gelaran Bulan Suci Ramadhan



(Oleh: M.H. Fadhlullah)



Jalan Allah

            Pabila dikatakan bahwa Allah Swt membukakan jalan kebaikan hidup bagi manusia, maka yang dimaksud bukan hanya jalan biasa [untuk melakukan perjalanan], melainkan juga jalan untuk [mengarungi] waktu—mulai dari detik, menit, jam, hari, minggu, hingga bulan dan tahun. Dengannya, seluruh gerak-gerik manusia, baik ucapan maupun tindakannya, dalam konteks waktu, akan menjadi baik. Gerak waktu yang ada dalam  tanggung jawabnya merupakan jalan menuju Allah Swt; sebagaimana gerakan (materinya) yang juga merupakan jalan menuju Allah dalam konteks pelaksanaan tanggung jawab syariat.
Demikianlah bulan suci Ramadhan yang merupakan jalan Allah Swt. Dengannya Allah menginginkan manusia memulai perjalanan menuju ke arah-Nya melalui suasana-suasana yang Dia ciptakan saat itu, atau melalui syariat-syariat yang telah ditetapkannya atau juga melalui keadaan-keadaan umum tertentu. Allah Swt menganugrahkan manusia kemuliaan mengikuti-Nya, agar hidup dengan ruh yang tentram. Keadaan demikian akan menjadikan waktu yang dilewatinya penuh nuansa religius yang akan melambungkannya ke puncak makna ilahi dan memperoleh segenap yang ada di tangannya-Nya, seperti rahmat, ampunan, luthf, keridhaan-Nya, dan segenap apa yang mungkin diraih seorang hamba.
            Itulah suasana Ramadhan yang hanya dapat dirasakan dan dihayati ruh insani yang berkunjung sebagai tamu terhormat yang disuguhi berkah, rahmat, dan ampunan-Nya, serta berada dalam suasana kasih sayang, kelemahlembutan, dan luthf-Nya. Alhasil,  saat itu tercipta suasana ramah tamah yang sama sekali berbeda dengan yang pernah kita jumpai. Saat di mana perasaan insaniah seseorang begitu hidup; perasaan yang bersumber dari dan berhubungan langsung dengan ruh Allah. Ketika itu Allah akan memandangnya dengan penuh kasih dan cinta. Akibatnya, ia akan merasa ikatan ibadahnya dengan Allah bertambah kuat dan dirinya melambung ke puncak kekhusukan ibadah. 


Bulan Puasa

            Gelar lain bulan suci ini adalah bulan puasa. Allah Swt menginginkan manusia menunaikan kewajiban puasa dengan maksud mengangkat nilai insaniahnya ke puncak maknawiahnya, sehingga lepas dari pengaruh materi yang berpotensi menariknya ke derajat yang rendah. Seyogianya manusia melambungkan kedudukannya ke posisi adiluhung, agar ruhnya mengiringi jasadnya dalam meraih ridha Allah Swt dan hidup lebih dekat dengan-Nya dalam kesucian yang murni. Dalam keadaan itu, Ia niscaya akan lebih memiliki rasa tanggung jawab sekaligus mendorongnya menghayati makna kepemimpinan (khilafah) Allah dalam urusan kehidupan diri dan orang-orang di sekitarnya.
            Sebenarnya puasa meringankan tekanan hidup yang diakibatkan jasad kita.  Dengan puasa, jasad tidak lagi mampu menghalangi keinginan kita untuk menggapai tujuan dan kebutuhan hidup hakiki kita. Ini mengingat perasaan butuh terhadap makanan dan hubungan biologis serta keinginan memuaskan rasa dahaga dapat merendahkan dan menghancurkan kesucian kita di hadapan orang lain. Juga, menjadikan kita tidak istiqamah dan kehilangan nilai insaniah. Sesungguhnya puasa mengubah diri kita; dari insan setani menjadi insan ilahi; dari terbakar bara syahwat dan ketamakan, menjadi hidup dengan hati dan ruh yang tentram.
              Puasa menjadikan ruh kita bersih dan melayang terbang menuju Allah. Juga meringankan jasad kita sehingga dapat menggantung di cakrawala maknawi nan agung. Mungkin, inilah maksud dari hadis qudsi, "Puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi balasannya."


Bulan Islam

            Bulan Ramadhan adalah bulan Islam. Sebagian ulama menafsirkan kata "Islam" secara harfiah, yakni "taat dan patuh dalam berbagai bentuknya di bulan tersebut". Sementara sebagian lainnya menafsirkannya dengan "agama Islam". Ini mengingat kewajiban puasa hanya dikhususkan bagi umat Islam saja. Adakalanya, kita melihat bahwa sisi lahiriah dari imbuhan kata "Islam" (pada "bulan Islam") menunjukkan bahwa bulan tersebut memiliki hubungan dengan Islam secara umum; bukan dilihat dari kewajiban islami yang ditetapkan di dalamnya. Sehingga, kita boleh jadi terilhami bahwa itu berhubungan dengan diturunkannya al-Quran di bulan tersebut—di mana al-Quran menjadi simbol nyata syariat dan akidah Islam. Juga berhubungan dengan proses penyucian ruh melalui puasa, shalat, doa, dan membaca al-Quran. Semua itu memainkan peran penting untuk mempersiapkan seorang muslim dalam menghadapi tahun yang akan datang, yang diwujudkan dengan mengasah pikiran dan ruh yang nantinya akan menimbulkan pengaruh (positif) dalam segenap aktivitas kehidupannya setiap tahun. Satu alasan yang menjadikan bulan Ramadhan disebut sebagai bulan Islam, adalah karena di dalamnya (ajaran) Islam dengan segala dimensinya berdenyut kencang.


Bulan Kesucian 

            Gelar ini diberikan karena bulan Ramadhan menjadi sarana penyucian ruh, pikiran, hati, serta aktivitas manusia di hadapan Allah dari debu kemaksiatan dan penyimpangan. Dengan demikian manusia akan memahami dengan benar bahwa kesucian punya kedudukan penting di mata Islam. Di bulan ini, Allah Swt menginginkan manusia mengisi waktu-waktunya  dengan aktivitas ketaatan demi menguak tirai kesucian hidupnya. Ya, menjadi manusia suci menjadi tujuan yang telah digariskan Islam, baik secara syariat maupun praktis.


Bulan Tamhîz (Pembersihan)

            Gelar lainnya adalah bulan kemunculan; yakni membersihkan sesuatu yang mengandungi cela. Allah Swt berfirman: Kemudian setelah kamu berduka-cita, Allah menurunkan kepadamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata, "Apakah bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?" Katakanlah, "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata, "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini." Katakanlah, "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.” Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Mahatahu isi hati. (Ali Imrân: 154)
            Barangkali maksud (ayat di atas) adalah pembersihan dan penyucian. Atau bahkan ujian dan cobaan. Adakalanya, maksud kedua menjadi mukadimah bagi maksud pertama. Sehingga bulan mulia ini menjadi sarana manusia mencabut akar-akar kerusakan dalam dirinya agar beroleh kesucian ruhani atau mampu mengatasi konflik internal, yang adakalanya berkecamuk dan menyebabkannya berbuat kezaliman, terbebani perasaan, atau menyeleweng. Dengan demikian, manusia akan terbebas dari segenap beban dan belenggu yang mencekiknya, serta mampu melangkah di jalan yang lurus. Itu salah satunya dapat diraih lewat membaca Kitabullah—yang mengandungi kalimat kebenaran dan kebaikan—dan memanjatkan doa yang akan membawanya terbang ke hadirat Ilahi lewat jalur terdekat. Juga, dengan shalat yang menghantarkan ruhnya menuju Allah dalam jalur iman.
Berkenaan dengan gelar ini, Allah Swt tak hanya menginginkan manusia hidup dalam kelalaian. Dia berharap manusia mengalahkan bisikan setan yang menyesatkan dan bermaksud menguasainya. Dia juga mengiginkan manusia mau mengintrospeksi diri dan berjuang (melawan hawa nafsunya) dengan segenap sarana yang mungkin agar seluruh perasaan dan pikiran buruknya lenyap.


Bulan Qiyâm

            Maksudnya adalah bangun di malam hari untuk menunaikan shalat tahajud dan amalan ibadah yang disunahkan di malam-malam Ramadhan. Amalan-amalan itu diharapkan merasuki jiwa dan membangun kepribadian islami seseorang dalam berbagai dimensinya. Gelar bulan Ramadhan yang diberkahi ini termaktub dalam doa yang dikutip dari sebuah riwayat, "Segala puji bagi Allah yang menjadikan di antara jalan-jalan itu bulannya; bulan Ramadhan, bulan puasa, bulan Islam, bulan kesucian, bulan pembersihan (tamhiz), dan bulan menegakkan shalat malam (qiyam). Bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk, penjelas, dan pembeda bagi umat manusia."
            Allah Swt menyucikan bulan ini secara purna; yang karenanya menjadikan suci hukum-hukum-Nya yang diwajibkan bagi manusia. Juga, menjadikan pelbagai keutamaan ruhani dan praktis di dalamnya. Karenanya, bulan ini akan mendatangkan kebaikan dan keutamaan serta hasil-hasil nan gemilang yang mungkin dicapai orang-orang yang melaksanakannya (hukum-hukum yang diwajibkan). Dalam pada itu, Allah Swt menginginkan agar pelaksanaannya (puasa) lebih dikedepankan ketimbang pelbagai aturan umum lainnya yang berlaku dalam kehidupan manusia. Ini mengingat ia merupakan rambu-rambu jalan menuju Allah Swt. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar