Masalah tafdhîl (pengutamaan) di antara sahabat telah masuk dalam daftar masalah-masalah yang dipolitisir oleh kepentingan kemazhaban. Ia menjadi ajang perbedaan dan perselisihan, bahkan pembid’ahan dan penyesatan. Para ulama dai berabagai mazhab; Ahlusunnah (dengan beragam kecenderungannya), Mu’tazailah (dengan berbagai kelompoknya) dan Syi’ah (dengan cabangnya) telah melibatkan diri dalam mendiskusikan masalah ini.
Tetapi kali ini, kita akan melihat langsung pandangan Ibnu Taymiha dalam menyajikan dan menyikapi masalah ini.
Pandangan Ibnu Taymiah dalam masalah tafdhîl perlu mendapat sorotan mengingat:
A) Apa yang dilukiskan Ibnu Tyamiah dlam kanfas khayalannya tentang tafdhîl tidak pernah dikenal oleh para sahabat Nabi mulia saw. mereka tidak pernah mengenal apa yang dikatakan Ibnu Taymiah tentang ijmâ’ (konsensus) akan diutamakannya Abu Bakar atas Ali as… dan bahwa Abu Bakar, Umar dan Utsman lebih unggul/utama dari Ali as.
B) Umar sendiri –sebagai satu-satunya sahabat yang paling bersemangat meleba Abu Bakar di pertemuan Saqifah, ketika ia berdiri di antara Abu Ubaidah ibn al Jarrâh dan Abu Bakar dan kemudian membelakanginya dan mengulurkan tangannya kepada Abu Ubadah seraya berkata, ‘ulurkan tanganmu, aku akan membai’atmu -… Umar ibn al Khaththab tidak pernah mengenal apa yang dilukiskan Ibnu Taymiah itu! Ketika itu Umar tidak mengenal bahwa Abu Bakar itu lebih unggul dan utama dari Abu Ubaidah…!
C) Apa yang dilukiskan Ibnu Taymiah tentang tafdhîl tidak pernah di kenal oleh Mu’awiyah putra pasangan Abu Sufyan dan Hindun-penguyahj jantung paman kesayangan Nabi sa., Hamzah-… tidak pernah dikenal oleh Ibnu Abbas ra. Apa yang dilukiskan Ibnu Taymiah total berbeda dengan kenyataan yang terjadi di tengah-tengah umat ini sejak maa para sahabat Nabi mulia saw.
Ibnu Taymiah Dan Klaim Ijmâ’
Di sini dan demi kepentingan membela pendapatnya dan demi membodohi pembaca awam, Ibnu Taymiah mengaku-ngaku (seperti kebiasaanya dalam banyak kasus) telah terjadi ijmâ’, bahwa para sahabat telah bersepakat, tidak satupun berselisih! tentang pengutamaan Abu Bakar dan Umar atas Ali as dan seluruh sahabat, tanpa terkecuali!Ketika membantah bukti yang dikemukanan allamah al Hilli bahwa Ali as. paling utamanya sahabat, bahkan selurh makhluk setelah Nabi Muhammad saw…. ketika itu Ibnu Taymiah bangkit membantahnya seraya mengatakan:
أَمَّا أَئِمَّةُ الْمسلمينَ المشْهورينَ فَكُلُّهُم مُتَّفِقُونَ على أنَّ أبابكر وعمرَ أفضَلُ مِنْ عَلِيٍّ و عثمانَ. و نَقََلَ هذا الإجماعَ غيرُ واحِدٍ كما روَى البيهقِي في كتابِ مَناقِبِ الشافعي، قال: ما اختلفَ أَحَدٌ مِنَ الصحابَةِ و التابعين في تفضيْلِ أبي بكر و عمر و تَقْديمِهِما على جميعِ الصحابَةِ.
“Adapun para imam besar kaum Muslimin telah bersepakat bahwa Abu Bakar dan Umar lebih utama dari Utsman dan Ali. Dan ijmâ’ ini telah dinukil oleh banyak ulama’, sebagaimana al Baihaqi meriwayatkan dalam kitab Manâqi sy Syafi’i, ia berkata, ‘Tidak seorangpun dari sahabat dan tabi’in berselisih bahwa Abu Bakar dan Umar lebih afdhal atas seluruh sahabat.’”[1]
Tidak hanya sekali ini Ibnu Taymiah ngotot bahwa telah terjadi ijmâ dalam masalah ini, dalam banyak kesempatan ia tidak henti-hentinya memekikkan suara sumbang tersebut dan dalam banyak lembar bukunya ia membubuhkan klaim itu!Setelah menuduh beberapa ulama hadis Ahlusunnah -seperti Al Hakim, Abu Nu’aim, Ibnu Mardawaih, an Nasa’i dan Ibnu Abdil Barr sebagai Syi’ah dikarenakan meriwayatkan hadis-hadis tertentu tentang keutamaan Imam Ali as. dan kerena keengganan sebagian mereka meriwayatkan hadis tentang keutamaan Mu’awiyah-, Ibnu Tyamiah berkata:
لَكنْ تشَيُّعُهُ و تشَيُّعُ أمثالِهِ مِن أهلِ العلمِ بالحديثِ كالنسائي وابنِ عبدِ البرِّ و أمثالِهِما لا يَبْلُغُ إلى تفْضِيْلِهِ على أبي بكر و عمرَ. فلا يُعْرَفُ في علماءِ الحديثِ مَنْ يُفَضِلُهُ عليهِما، بَلْ غايةُ الْمُتَشّيِعِ منهُمْ أنْ يُفِضِّلُهُ على عثمانِ…
Akan tetapi kesyi’ahannya dan kesyi’ahan orang-orang semisalnya dari kalangan ahli hadis seperti an Nasa’i dan Ibnu Abdil Barr dan selainnya tidak sampai mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar. Maka tidak diketahui di antara ulama hadis ada seorang yang mengutamakan Ali di atas keduanya. Puncak yang diyakini seorang penyandang kesyi’ahan adalah mengutamakannya di atas Utsman… [2]
Tentang sikap Ibnu Abbas ra. dalam masalah tafdhîl, Ibnu Taymiah berkata:
مَنْ عرفَ حالَ ابنِ عباسِ علِمَ أَنَّهُ كان يُفَضِّلُ أبابكر وعمرَ علَى عَلِيٍّ-رضِيَ اللهُ عنهُمْ-.
“Barangsiapa mengenal keadaan Ibnu Abbas pasti ia mengetahui bahwa ia mengutamakan Abu bakar dan Umar atas Ali …” [3]
Tidak cukup dengan kepalsuan yang ia utarakan atas nama Ibnu Abbas ra. seorang, ia menambah kepalsuannya dengan mengatakan bahwa para imam Ahlulbait as. dan keluarga khusus Nabi saw. telah mengutamakan Abu bakar atas Imam Ali as. (seperti nanti akan dibicarakan secara khusus)…
Ikhtisar kata, semua nama orang besar ia bawa-bawa demi mendukung ijmâ’ yang ia lahirkan secara haram itu !!
Antara Ibnu Taymiah dan Ibnu Hazm al Andalusi
Setiap pengkaji yang teliti pasti menyimpulkan bahwa Ibnu Hazm jauh lebih teliti dan lebih mendekati kebenaran ketika ia membirakan masalah ini, walaupun Ibnu Hazm seorang yang “mati-matian” dalam mempertahankan pandangannya!! Hanya saja ia tidak sampai batas menolak data-data gamblang yang bertolak belakang dengan pandangannya. Pada pembukaan pembicaraannya, Ibnu Hazm berkata demikian:
ذَهَبَ بَعضُ أهلِ السنةِ و بعض المعتزلة و بعض المرجئة و جميعُ الشيعة إلى أَنَ أفضَلَ الأُمَّةِ بعدَ رسولِ اللهِ (ص) علِيُّ بنُ أبي طالبٍ.
“Sebagian Ahlusunnah, sebagian Mu’tazilah dan sebagian Murji’ah serta seluruh Syi’ah berpendapat bahwa Ali ibn Abi Thalib adalah paling afdhalnya umat ini setalah Rasulullah saw.”
Kemudian ia melanjutkan:
و قَدْ روينَا هذا القولَ نَصًّا عَنْ بَعْضِ الصحابَةِ (رضيَ اللهُ عنهم) و عن جماعَةٍ منَ التابعينَ و الفقهاءِ…و روينا عن نَحوِ عشرين من الصحابة أنَّ أكرمَ الناسِ على الله و رسولهِ عليًّ بنُ أبي طالبٍ.
“Dan telah kami riwayatkan pendapat ini seraca tegas dari sebagian sahabat –ra- dan sekelompok tabi’in dan fukaha (ahli fikih)…Kami telah meriwayatkan dari kurang lebih dua puluh sahabat pendapat bahwa paling utamanya manusia di sisi Allah dan Rasul-Nya adalah Ali ibn Abi Thalib ra.”[4]
Jadi, mana ijmâ’ produk Ibnu Taymiah itu? Ia tidak lebih sekedar khayalan dan angan-nagan bak fatamorgama dalam benak Anak Taymiah!!Ijmâ ala Ibnu Taymiah sepertinya bagai lelucon bagi Mu’awiyah yang menegaskan adanya ijmâ’ lain yang justru bertola belakang dengan ijmâ’ Ibnu Taymiah! Mua’wiyah ternyata mengakui bahwa para sahabat besar, termasuk Abu Bakar dan Umar telah mengakui bahwa Ali lebih utama dan lebih unggul dari semua sahabat!!
Dalam surat yang dilayangkan Mu’awiyah kepada Muhammad putra Khalifah Abu Bakar, ia menulsikan demikian:
قَدْ كُنَّا و أَبوكَ معنا في حياةِ نَبِيِّنا نرى حقَّ ابْنِ أبي طالبٍ لازِمًا لَنا، و فَضْلَهُ مُبَرَّزًا علَيْنَا، فلمَّا اخْتارَ اللهُ لِنبيِّهِ ما عندَهُ قَبَضَهُ إليهِ، فكانَ أبوكَ و فارُوقُهُ أوَّلَ مَنْ ابْتَزَّهُ و خالفَهَ، على ذلِكَ اتَّفَقَا و اتَّسَقَا.
Dan kami dahulu bersama ayahmu di masa hidup nabi kami memandang hak putra Abi Thalib adalah tetap atas kami, dan keunggulannya nyata mengungguli kami , lalu ketika Allah memilihkan untuk nabi-Nya apa yang ada di sisi-Nya, Dia mematikannya, maka ayahmu-lah bersama rekannya adalah orang pertama yang merampas dan menentangnya, atas dasar itu mereka berdua bersepakat dan bekerja sama!![5]
Dan ijmâ’ yang diakui Mu’awiyah di atas dapat pandangan Ibnu Abbas ra. adalah sebagai keyakinan yang mantap, dan ekerpastian yang tak diragukan. Data-data kehidupan Ibnu Abbas ra. adalah bukti nyata keyakinannya itu. Dengan tanpa gentar dan sedikitpun ragu-ragu Ibnu Abbas ra. meneriakkan suara haq itu di hadapan perusak konsep Syura (yang dibangakan Ahlusunnah sebagai konsep ideal Khilafah Islam)… Ya tanpa gentar Ibnu Abbas ra. menegaskannya di hadapan Mu’awiyah putra Abu Sufyân (pimpinan kaum Musyrikin dan kemudian menjadi pengayon kaum Munafikin)
Ibnu Abbas ra. berkata:
كانَ و اللهِ عَلَمَ الهُدَى و كهْفَ التُقَى… خيرَ مَنْ آمَنَ و اتَقَى، و أفْضَلَ مَنْ تقَمَّصَ و ارتدَى، و أبَرَّ مَنْ اتعَلَ وَ سَعَى… , هُوَ أبو السبطَيْنِ، فَهَلْ يُقارِنُهُ بَشَرٌ؟! … فَعلى مَن اتقَصَهُ لَعْنَةُ اللهِ و العبادِ إلى يومِ التنادِ
Demi Allah, Ali adalah panji petunjuk, hidayah, gua ketaqwaan… Dia sebaik-baik orang yang beriman dan bertaqwa, paling afdhal, utamanya orang yang bergamis dan memekai rida’, paling baktinya orang yang bersandal dan berjalan… Dia adalah ayah bagi kedua cucu (Nabi saw.), lalu adakah yang menandinginya?!… Maka atas orang yang melecehkannya kutukan Allah dan kutukan hamba hingga hari kiamat.[6]
Kendati demikian, Ibnu Taymiah tetap saja tanpa sara tanggun jawab mengatakan bahwa siapa yang mengenal keadan Ibnu Abbas pasti ia tahu bahwa ia mengutamakan Abu Bakar dan Umar atas Ali!![7] (seperti akan kita bicarakan secara terpisah masalah ini)
Ibnu Taymiah Merobohkan Bangunan Ijmâ’ Sendiri
Dalam ksempatan ini, saya belum bermaksud membumi-hanguskan klaim palsu Ibnu Taymiah!Saya hanya ingin membuktikan bahwa apa yang ia katakan telah terjadi ijmâ’ dan kesepakatan para sahabat, tabi’în, para imam Syi’ah dan keluarga dekat Nabi saw. tentang pengutamaan Abu Bakar dan Umar atas Imam Ali as. adalah klaim palsu berdasarkan ucapan Ibnu Taymiah sendiri!!
Ini adalah sebuah contoh kontradiksi dalam pendapat dan klaim-klaim yang ia utarakan…Memang,man katsura kalâmuhu katsura khathauhu!
Coba Anda perhatikan poin-poin di bawah ini:
Pertama, Jika di sana Ibnu Taymiah telah melontarkan klaim ijma atas tafdhîl Abu Bakar, Umar bahkan Utsman atas Ali as. dan tidak seorangpun yang menentang masalah ini… maka ketahuilah bahwa dalam kesempatan lain, ia mundur teratur dalam klaim itu…
Sekarang ia mengatakan bahwa masalah tersebut adalah telah menjadi ajang perbedaan dan perselisihan sejak masa awal!
Ketika Allamah Hilli mengatakan bahwa Ali adalah paling afdhalnya makhluk setelah Rasulullah saw….
Ibnu Taymiah membantahnya dengan mengatakan:
وَ أيضًا فقولُهُ إنَّ عليّ بنَ أبي طالبٍ كان أفضَلَ الخلقِ بعدَ رسولِ اللهِ –صلى الله عليه (و آلهِ) و سلم دعْوَى مُجَرَّدَةٌ، تنازَعَ فيها الْمسلِمُون مِنَ الأولين الآخرين.
Adapaun ucapannya bahwa “Ali adalah paling afdhalnya makhluk setelah Rasulullah saw.” adalah tu adalah klaim belaka. Masalah itu telah diperselisihkan oleh jumhur kauim Muslimin, baik yang generasi pertama maupun yang terakhir![8]
Subhanallah, di sana, di juz IV ia mengatakan telah terjadi ijmâ’, tidak ada yang memperselisihkan sama sekali masalah in… ternyata di sini, pada juz II halaman 119 ia mengatakan bahwa masalah itu telah menjadi ajang perbedaan dan perselisihan!! Apakah ia lupa apa yang ia tulis di juz II ini?
Ataukah emosi dan fanatisme buta yang menjadikannya melupakan apapun yang ia ketahui tentang adanya perbedaan kaum Muslimin sejak masa sahabat Nabi saw. agar kemudian ia dengan leluasa memproduksi ijmâ’ ?!
Yang pasti Ibnu Taymiah telah merobohkan ijmâ’ khayalannya sendiri!!
Kedua, Ibnu Taymiah berkata, “Jika ada yang berkata, ‘apabila apa telah sahih dari hadis-hadis tentang keutamaan Ali ra. seperti hadis “Aku akan serahkan bendera (pimpinan) kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya”, hadis “Tidakkah engkau puas bahwa kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa” dan hadis “Ya hanya merekalah Ahlubaitku, maka hilangkan rijs dari mereka dan secikan mereka sesuci-sucinya” … apabila semua itu bukan khashaish, keistimewaan khusus Ali, akan tetapi juga disekutu oleh orang lain dalam hal itu, maka mengapakah sebagian sahabat berandai-andai memilikinya, seperti yang diriwayatkan dari Sa’ad ibn Abi Waqqâsh dan Umar ibn al Khaththab?Maka jawabnya adalah: Sesunguhnya pada yang demikian terdapat kesaksian dari Nabi saw. untuk Ali akan keimanannya baik secara batin maupun secara lahir, dan penetapan kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya dan keharusan atas kaum Mukminin untuk mencintainya.[9]
Nah, sekarang, jika sahabat Umar, Sa’ad dan lainnya saja berandai-andai memiliki keutamaan seperti yang dimiliki Ali as., walaupun hanya satu saja, dan berangan-angan andai Nabi sa. sudi memberikan kesaksian akan keutamaan bagi mereka seperti yang diberikan untuk Ali… bukankah itu semua pengakuan dari mereka bahwa Ali as. adalah lebi unggul dari mereka?!
Adakah pengakuan melebihi apa yang mereka katakana?!Lalu dimanakah kesepakatan para sahabat, seperti yang diklaim Ibnu Taymiah itu?
Ketiga, Ternyata Ibnu Taymiha tidak berhenti di sini dalam mengakui adanya perselisihan dalam masalah ini, dan pengakuannya bahwa hanya Ali-lah yang telah mencapai kesempurnaan iman lahir-batin, akan tetapi ia lebih jauh, pada lesempatan lain ia mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang ia katakana sebelumnya dalam masalah tafdhîl Abu Bakar dan Umar atas Imam Ali as.!! Berdasar hadis-hadis sahih dalam keyakinannya, Ibnu Taymiah mengatakan bahwa Ahlulbait Nabi saw. lebih utama dan lebih ungul darti seluruh kaum Muslimin dan yang paling utamanya mereka setelah Nabi saw. adalah Ali as.!!
Demikian Ibnu Taymiah menyimpulkan dair hadis-hadis sahih, tentunya ketika duduk merenung di keheningan suasana nun jauh dari pertikaian mazhabiah seperti ketika ia menulis buku Minhaj as Sunnah-nya. Dalam suasana jauh dari memperdebatkan masalah-masalah memazhaban, Ibnu Taymiah dengan lancar tanpa terseot-seot oleh fanatisme mazhabiah ia menegaskan keunggulan bani Hasyim atas suku-suku laion dari bangsa Quraisy, apalagi dari selainnya!Ibnu Taymiah berkata, “Sesungguhnya bani Hasyim adalah paling unggulnya suku Quraisy, dan suku Quraisy adalah paling unggulnya bangsa Arab, dan bangsa Arab adalah paling unggulnya anak keturunan Adam, sebagaimana telah sahih dari Nabi saw. sabda dalam hads sahih, “Sesunggunhya Allah memilih keturunan Ismail, dan memilih Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, memilih bani Hasyim dari suku Quraisy.”
Dalam Shahih Muslim dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda di Ghadir Khum, “Aku peringatkan kalian akan Ahlulbaitku! Aku peringatkan kalian akan Ahlulbaitku! Aku peringatkan kalian akan Ahlulbaitku!.”
Dalam kitab-kitab Sunan disebeutkan bahwa Abbas mengeluhkan kepada beliau saw. bahwa sebagian orang Quraisy menghinakan mereka (bani Hasyim), maka beliau saw. bersabda, “Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tiada akan masuk surga sehingga mereka mencintai kalian karena Allah dank arena kecintaan kekerabatnku.”…
Dan apabila mereka itu paling afdhalnya makhluk maka tidak diragukan lagi bahwa amal-amal mereka adalah paling afdhalnya amal perbuatan!
Maka paling afdhalnya mereka adalah Rasulullah saw. yang tiada tandingan dari kalangan manusia.Maka orang mulia dari kalangan mereka tentu lebih utama dari orang mulia dari suku-suku Quraisy dan bangsa Arab lainnya bahkan dari bani Israil dan selainnya.Kemudian Ali, Hamzah, Ja’far, Ubaidullah ibn Harits adalah orang-orang pertama yang memeluk Islam dari kalangan Muhajirin, jadi mereka lebih afdhal dari sahabat peringkat thabaqah kedua dari suku-suku lain. Oleh sebab itu ketika hari perang Badar, Nabi saw. memerintah mereka untuk tampil berdual menghadapi kafir Quraisy![10]
Demikianlah apa yang dikatakan Ibnu Taymiah dalam kitabnya Ra’sul Husain, adakah kesamaran pada kata-katanya? Bukankah ia sebagai sebuah pengakuan tegas bahwa Ahlulbait lebih utama dan lebih unggul?! Perhatikan kata-kata Ibnu Taymiah ini: Maka orang mulia fadhil dari kalangan mereka tentu lebih utama dari orang mulia dari suku=suku Quraisy dan bangsa Arab lainnya bahkan dari bani Israil dan selainnya. Dan dan apabila mereka itu paling afdhalnya makhluk maka tidak diragukan lagi bahwa amal-amal mereka adalah paling afdhalnya amal perbuatan!
Dengan demikian ia semestinya menyahakan sesiapa yang menyalahi pendapat ini dalam maalahtafdhîl! Sebab pengutamaan Ahlulbait dan bani Hasyim bersifat rabbani, dari Allah SWT. Dan Allah-lah yang berkehendak menetapkan keunggulan mereka atas semua manusia!Sementara pengunggulan selain Ali atas Ali as. adalah omongan orang! Tetapi mengapa justru Ibnu Taymiah berpendapat sebaliknya, ia menyerang dan menghujat sesiapa yang mengutamakan Ali atas para sahabat, termasuk Abu Bakar dan Umar, dan dianggapnya pendapat itu mencemooah para sahabat yang –katanya- telah mengutmakan Utsman atas Ali! Lalu apalagi mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar!
Apakah Ibnu Taymiah lupa bahwa dengan sikapnya itu ia bertentangan dengan sabda Nabi suci dalam hadis isthifâ’ yang ia sahihkan sendiri?!
Apakah pendapat segentir sahabat lebih diutamakan dari firman Alah dan sabda nabi-Nya?! Lalu apabila terjadi kontradiksi antara keduanya, manakah yang harus kita ambil, pendapat sahabat atau firman Allah dan sabda Nabi-Nya?!
Apakah firman Allah dan sabda Nabi-Nya akan kita campakkan hanya kerena omongan segentir sdahabat?!
Atau bahkan karena adanya ijmâ’ fikitif ala Ibnu Taymiah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar