Laman

Selasa, 25 Oktober 2011

Imam Ali AS, Keutamaan dan Keagungannya


Imam Ali AS, Keutamaan dan Keagungannya


1- Kepahlawanan dan Pengorbanan


Ali bin Abi Thalib adalah sosok manusia yang sempurna dari semua sisi. Kebesarannya diakui oleh kawan maupun lawan. Tidak ada seorangpun yang dapat melukiskan keagungan dan keutamaannya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW bersabda kepada Ali, "Wahai Ali tidak ada yang mengenal Allah dengan sebenarnya kecuali aku dan engkau. Tidak ada yang mengenalku dengan sebenarnya kecuali Allah dan engkau, dan tidak ada yang mengenalmu dengan sebenarnya kecuali Allah dan aku."


Untuk itu, apa yang coba kami angkat dalam kesempatan ini, tak lain adalah upaya untuk mengenalkan sosok agung yang pernah ada di tengah umat Islam ini, sekaligus menghiasi pertemuan kita ini dengan nama Ali bin Abi Thalib. Sebab Rasulullah SAW pernah bersabda, "Menyebut Ali termasuk amal ibadah."

Keutamaan pertama Imam Ali bin Abi Thalib adalah keberanian, kepahlawanan dan pengorbanannya dalam membela Rasulullah dan ajaran yang beliau bawa. Sejarah menyebutkan bahwa ketika berada di Mekah dan diboikot oleh Quresy, Rasulullah SAW bersama pamannya Abu Thalib dan keluarga besar Bani Hasyim tinggal di lembah atau Syiib Abu Thalib. Masa yang sulit itu berlangsung selama tiga tahun. Setiap malam, karena khawatir akan keselamatan Rasulullah SAW, Abu Thalib memerintahkan beberapa orang termasuk Ali untuk tidur di pembaringan Rasul, secara bergilir.

Malam ketika Nabi Muhammad SAW hendak pergi meninggalkan rumah menuju Madinah, beliau memerintahkan Ali untuk berbaring di tempat tidur Nabi dan mengenakan selimut beliau, padahal puluhan pemuda Arab sedang menunggu di luar dengan pedang terhunus untuk secara serentak menyerang rumah Nabi dan membunuh beliau. Pengorbanan Ali di malam itu disanjung oleh Allah dan diabadikan di dalam Al-Qur'an.

Ketika pasukan muslim yang berjumlah sedikit untuk pertama kalinya bertemu dengan pasukan kafir Quresy yang jumlahnya tiga kali lebih besar di Badr, Ali dengan keberanian dan kepahlawanan yang tertandingi berhasil menyungkurkan jawara-jawara kafir Quresy semisal Walid, Syaibah, Ash, Handhalah dan Naufal. Sejarah bahkan mencatat bahwa setengah dari 70 korban tewas di kubu pasukan Quresy, tersungkur setelah terkena sabetan pedang Ali.

Di Uhud, ketika pasukan kafir Quresy berhasil membuat barisan muslimin kocar-kacir, bahkan banyak yang melarikan diri, Ali tetap menyertai Nabi dan berperang dengan gigih di sisi orang yang ia cintai itu. Di tangan Ali-lah pasukan Quresy yang mengepung dan berusaha membunuh Nabi, berhasil dipukul mundur. Di medan yang penuh hiruk pikuk itu, luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya, tidak membuat kendur semangat Ali untuk berkorban dan membela Rasulullah SAW. Di Uhud inilah terdengar suara Jibril yang memuji Ali dengan mengatakan, "Tidak ada pahlawan seperti Ali dan tidak ada pedang seperti Dzul Fiqar."

Tahun kelima Hijriyah, di saat kaum kafir dengan pasukannya yang berjumlah besar mengepung Madinah dan tertahan karena benteng parit yang dibuat kaum muslimin, Ali menunjukkan kepahlawanan dengan melawan Amr bin Abdi Wadd, jawara Arab yang sangat ditakuti. Ketika kuda tunggangannya, berhasil melompati parit, dengan congkak, Amr menantang siapa saja yang berani bertarung dengannya. Tantangan itu ia ulangi tiga kali berturut-turut, dan tiga kali pula Ali menyatakan kesiapannya untuk menjawab tantangan itu. Rasul mengizinkan dan Ali berhasil memenggal kepala Amr setelah melalui pertarungan yang sengit.

Kisah kepahlawanan Ali terulang di Khaibar ketika beliau berhasil menundukkan benteng Khaibar yang paling kuat, padahal pasukan muslim telah dua kali gagal mendudukinya. Dalam perang itu, Marhab bin Abi Marhab, jawara Yahudi Khaibar tersungkur setelah pedang Ali memilah tubuhnya menjadi dua bagian. Padahal saat bertarung dengan Ali Marhab mengenakan pakian besi yang menutupi seluruh tubuhnya.

Di Hunain, ketiika pasukan muslimin yang berjumlah sepuluh ribu orang diserang secara mendadak oleh suku Hawazin dan sebagian besar dari mereka lari tunggang-langgang meninggalkan Nabi, Ali bersama segelintir orang tetap berada di sisi Rasulullah SAW. Tebasan pedang Ali yang menjungkalkan Abu Jarwal, pahlawan kaum kafir di Hunain, berhasil menyiutkan nyali musuh-musuh Rasulullah dan mengundang pasukan muslim yang lari untuk kembali menyusun barisan.


Apa yang disebutkan tadi hanyalah sedikit contoh dari kepahlawanan dan pengorbanan besar Ali bin Abi Thalib untuk agama Allah dan ajaran Rasulullah SAW. Tidak sedikit pujian yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur'an dan hadis mengenai pengorbanan Ali di jalan Allah ini.


2- Keluasan dan kedalaman Ilmu

Keutamaan Imam Ali as berikutnya adalah keluasan ilmu beliau. Sejak masa kanak-kanak, Ali selalu menyertai Rasulullah SAW ke manapun beliau pergi bahkan dalam sebuah ungkapannya, Imam Ali menyatakan bahwa beliau sering diajak Nabi SAW berkhalwat dan beribadah di gua Hira yang berada di luar kota Mekah. Imam bahkan menuturkan bahwa beliau merasakan kehadiran malaikat Jibril yang membawa wahyu untuk Nabi SAW di gua itu. Dengan menyertai Nabi, Ali menimba ilmu-ilmu ilahiyah dari manusia paling agung di dunia itu. Ali pernah mengatakan bahwa Nabi mengajarinya seribu macam ilmu yang masing-masing memiliki cabang seribu.

Di hadapan sahabat-sahabatnya, Nabi SAW berulang kali bersabda bahwa beliau adalah kota ilmu yang pintunya adalah Ali bin Abi Thalib as. Sabda Nabi ini dibenarkan oleh para sahabat yang menyaksikan sendiri betapa Ali adalah satu-satunya orang sepenninggal Nabi yang menjadi rujukan dalam berbagai hal. Bahkan para khalifah, khususnya khalifah Umar bin Khattab sering meminta pendapat Ali dalam memghambil keputusan. Lebih jauh Umar mengatakan, "Jika tidak ada Ali maka celakalah Umar."

Pernyataan Ali yang meminta umat untuk bertanya kepadanya sebelum mereka kehilangan dirinya, adalah ungkapan yang diabadikan oleh para sejarawan dan ahli hadis. Ali dikenal sebagai bapak dari berbagai cabang ilmu. Abdullah bin Abbas yang dikenal sebagai guru besar tafsir Al-Qur'an sepanjang sejarah, adalah orang yang berguru kepada Ali. Abul Aswad Al-Duali, sasterawan besar Arab dan penyusun ilmu Nahwu adalah murid Imam Ali as. Bahkan, beliaulah yang memerintahkan dan menuntun Abul Aswad untuk menyusun ilmu Nahwu.

Kepada sahabat dekatnya yang bernama Kumail bin Ziyad, Imam Ali as pernah menjelaskan kemuliaan ilmu dibanding harta. Kemudian beliau menunjuk dadanya secara mengatakan, "Di sini terpendam ilmu yang sangat luas. Andai saja aku menemukan orang yang bisa menerimanya."


3- Kedermawanan

Imam Ali bin Abi Thalib as dikenal sebagai orang yang sangat dermawan bahkan di saat beliau sedang bergelut dengan kesulitan hidup sekalipun. Sering beliau memberikan makanannya kepada orang lain dan tidur dalam keadaan lapar. Perilaku Rasul yang sering mengganjalkan batu di perut beliau untuk menahan lapar karena lebih mementingkan orang lain, menjadi teladan baginya. Banyak Ayat Al-Quran yang turun memuji kedermawanan Imam Ali. Salah satu kisah termasyhur yang diabadikan oleh Al-Qur'an dan ditulis dengan tinta emas oleh para sejarawan adalah kisah turunnya surah Al-Insan.

Diriwayatkan bahwa suatu ketika, Imam Ali as dan keluarganya bernadzar akan berpuasa tiga hari setelah Allah memberikan kesembuhan kepada dua anaknya, Hasan dan Husein yang saat itu sedang sakit. Setelah keduanya sembuh, Imam Ali melaksanakan nadzar itu. Beliau bersama istri, dua anak dan bahkan pembantunya yang bernama Fidldlah menjalankan ibadah puasa tiga hari. Saat itu di rumah beliau hanya ada persediaan makanan yang sangat terbatas.

Hari pertama, ketika hendak berbuka puasa, seseorang mengetuk pintu rumah beliau. Imam Ali membuka pintu. Setelah mengucapkan salam, orang tersebut mengatakan bahwa dia adalah orang miskin yang sedang kelaparan. Mendengar penuturannya, Ali as memerintahkan untuk memberikan makanan yang telah tersedia kepada si miskin. Malam itu keluarga beliau hanya cukup berbuka dengan air. 

Kejadian serupa terulang lagi. Pada hari kedua seorang anak yatim dan hari ketiga seorang tawanan datang meminta sekedah kepada keluarga suci ini. Imam Ali memberikan makanan itu kepada mereka. Kedermawanan Ali dan keluarganya ini di saat mereka sedang memerlukan, dipuji oleh Allah swt. Surat Al-Insan atau Ad-Dahr turun berkenaan dengan peristiwa ini.

Saat seorang pengemis meminta sekedah kepada orang-orang yang sedang berada di masjid Nabi, tidak ada seorang pun yang menaruh perhatian kepadanya. Ali yang sedang menunaikan salat sunnah di masjid, saat ruku' mengulurkan tangannya kepada si peminta sedekah. Orang tersebut lantas mengambil cincin yang ada di jari Imam dan pergi meninggalkan masjid. Kejadian itu direkam dalam Al-Qur'an Al-Karim. Allah swt berfirman, "Sesungguhnya pemimpin kalian adalah Allah, Rasul dan orang yang beriman yang menunaikan salat dan membayar zakat saat sedang ruku'."

Mengenai kedermawanan beliau, Muawiyah yang dikenal sebagai musuh Ali nomor satu, mengatakan, "Jika Ali memiliki dua buah rumah yang satu terbuat dari emas dan yang satu lagi terbuat dari kayu, dia akan bersedekah dengan rumah emas itu sampai tidak tersisa sedikit pun darinya."


4- Kezuduhan

Keutamaan lain Imam Ali as adalah kezuhudan beliau. Sering Imam Ali menyatakan bahwa dirinya tidak akan bisa digoda oleh kemewahan dunia. Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Imam Ali mengatakan, "Wahai dunia, godalah orang selain aku. Aku telah menceraimu dengan tiga kali talak. Tidak mungkin engkau akan kembali kepadaku. Umurmu terlalu singkat dan kehidupanmu hina."

Menu makanan Imam Ali setiap harinya hanya sekerat roti kering dengan garam atau cuka. Beliau tidak pernah membiarkan perutnya dipenuhi makanan atau minuman. Pakaian yang beliau kenakan terbuat dari kain kasar. Meski duduk sebagai khalifah dan memegang seluruh kekayaan negara atau baitul mal beliau tidak pernah tergoda oleh gemerlap dinar yang ada di dalamnya. Diceritakan bahwa ketika menghitung uang baitul mal untuk dibagikan kepada rakyat, beliau bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur karena tidak tergoda oleh harta yang ada di hadapannya.

Suatu kali, ketika Ali mengerahkan pasukan ke Basrah untuk memadamkan fitnah perang Jamal, sekelompok jemaah haji mendirikan kemah di dekat kemah pasukan beliau. Mereka ingin bertemu dengan khalifah. Ibnu Abbas yang meruapakan salah seorang sahabat dan murid dekat Imam Ali bergegas memberitahu beliau. Saat itu Imam sedang menjahit sepatunya. Setelah selesai, sambil menunjuk ke arah sepatu itu, beliau bertanya kepada Ibnu Abbas, berapa harga sepasang sepatu ini?

Ibnu Abbas menjawab harga sepatu yang sudah kumal seperti ini tidak lebih dari setengah Dirham. Imam Ali as mengatakan, "Demi Allah, sepatu ini jauh lebih berharga bagiku dibanding jabatan khilafah, kecuali jika dengan khilafah ini aku dapat menegakkan keadilan dan menumpas kebatilan."


5- Taqwa dan Keimanan yang Tinggi

Imam Ali bin Abi Thalib as juga dikenal sebagai orang yang banyak beribadah. Malam hari merupakan saat yang paling indah bagi beliau untuk bermunajat dan berkeluh kesah dengan Tuhannya. Ketika sedang menunaikan salat tidak ada apa pun yang dilihatnya kecuali kemuliaan dan keagungan Allah swt. Diceritakan bahwa pada suatu malam di saat perang Shiffin berkecamuk, Imam Ali as tenggelam dalam kekhusyukan ibadah. Mendadak sebuah panah menerjang dan menancap di kaki beliau. Sahabat beliau yang menyaksikan kejadian itu, menarik anak panah tersebut ketika Imam sedang dalam keadaan salat. Karena kekhusyukannya, Imam Ali tidak merasakan sakit saat anak panah itu menancap kemudian dicabut dari kakinya.

Munajat dan doa² yang diajarkan Imam Ali kepada para sahabatnya telah dibadaikan dalam buku² riwayat Islam. Doa² itu mengandung makna yang sangat dalam dan mengajarkan bagaimana tata krama dan cara seorang hamba berdoa dan bermunajat dengan sang Khaliq. Imam Ali juga mengajarkan bagaimana hendaknya seorang pecinta sejati melantunkan pujian kepada Tuhannya. Bahkan Imam Ali Zainal Abidin yang sepanjang sejarah dikenal sebagai orang yang paling banyak beribadah mengatakan, "Tidak ada seorangpun yang bisa menandingi ibadah Ali bin Abi Thalib as."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar