Kita memasuki hari-hari di bulan yang penuh duka dan tragedi menyayat kalbu setiap insan. Umat Manusia tak akan melupakan tragedi yang terpahit dalam sejarah. Dengan tibanya bulan Muharram, para pecinta keluarga Rasulullah Saw dirudung duka yang mendalam. Mereka berduka karena di bulan ini, cucu kesayangan Rasulullah Saw yang bernama al-Husein as putra dari pasangan Imam Ali as dan Sayidah Fatimah az-Zahra as, dibantai secara keji di tanah Karbala oleh penguasa durjana pada masa itu.
Assalamu Alaika Ya Aba Abdillah Al-Husein as... Wa Ala Arwahil Lati bi Finaik... Alaikum Minni Jamian Salamullah Abadan Ma Baqitu wa Baqial Lailu wa Nahar... Wahai Husein, cucu Rasulullah Saww, salam tercurahkan padamu... Salam kepada jiwa-jiwa suci yang gugur membelamu... Salam sejahtera bagimu selama aku masih ada, serta selama siang dan malam silih berganti... Dengan mengawali ucapan salam kepada kekasih Allah dan Rasul-Nya, kami berharap selalu mendapat taufik dan peluang dari Allah Swt untuk mengenal perjalanan para penegak kebenaran dan keadilan, serta menempuh di jalan yang benar dan lurus. Ya Allah, kenalkanlah kami pada revolusi historis Imam Husein as. Misi besar para nabi dan wali Allah Swt adalah melawan kezaliman dan kefasadan, merealisasikan harapan bersama dan agama ilahi, serta mewujudkan kebebasan dan kebahagiaan manusia. Tak diragukan lagi, segala langkah yang mempersembahkan gerakan sakral dan abadi, harus dilandasi motivasi sakral dan ilahi. Gerakan Imam Husein as bertujuan menghidupkan ajaran ilahi yang saat itu mulai pudar. Untuk itu, gerakan mulia dan ilahi tak akan dilupakan sejarah, meski sudah terjadi lebih dari 13 abad yang lalu. Gerakan Imam Husein as merupakan fenomena yang mendalam dan mempunyai multi-substansi yang bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut para analis, gerakan Imam Husein as dilatarbelakangi dengan berbagai faktor. Bila dipandang dari sudut pandang universal, dapat disimpulkan bahwa semua faktor yang ada dalam gerakan Imam Husein as mempunyai motivasi untuk menghidupkan kembali agama ilahi. Bertahannya ajaran luar biasa Islam hingga kini merupakan hasil jerih payah dan perjuangan Rasulullah Saww dan Ahlul Baitnya. Islam tak akan bertahan tanpa gerakan-gerakan pencerahan yang selalu menjauhkan segala penyimpangan agama. Setelah wafatnya Rasulullah Saw, keluarga suci Rasulullah Saw yang dikenal dengan istilah Ahlul Bait as, menjadi pengemban risalah ilahi. Dengan demikian, Ahlul Bait tidak hanya mempertahankan ajaran-ajaran Rasulullah Saw, tapi juga melawan segala penyimpangan agama. Ahlul Bait as yang mendapat amanat langsung dari Allah dan Rasul-Nya, berupaya menjalankan tanggung jawab dan tugas mereka sesuai dengan kondisi saat itu. Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa setelah wafatnya Rasulullah Saw, kezaliman secara perlahan-lahan kembali mengemuka di tengah ummat Rasulullah Saw dan kelengahan masyarakat saat itu menyebabkan meluasnya penyimpangan agama Islam. Pada akhirnya, hukum dan interpretasi ajaran-ajaran agama pun disimpangkan untuk kepentingan para penguasa saat itu. Kondisi ini memuncak pada masa kekuasaan lalim Bani Umayah. Bersamaan dengan kondisi ini, Ahlul Bait as yang merupakan pengemban hidayah dan risalah ilahi pasca wafatnya Rasulullah Saw, disingkirkan. Dengan pengucilan dan penyingkiran terhadap keluarga Rasulullah Saw, agama Islam kian kehilangan substansinya di tengah masyarakat. Segala hal yang bukan ajaran agama, perlahan-lahan dimasukkan ke dalam doktrinasi agama. Bidaah atau memasukkan ajaran diluar Islam ke dalam agama ini yang diciptakan para penguasa saat itu, kian berkembang luas, dan ajaran Rasulullah yang sebenarnya pun tersingkir jauh dari benak ummat Islam. Yang lebih menyedihkan lagi, masyarakat saat itu tidak mereaksi penyimpangan ajaran ilahi. Di tengah kondisi seperti ini, Ahlul Bait as bangkit menyadarkan masyarakat dari kelengahan dan menghidupkan kembali ajaran Islam. Untuk merealisasikan misi besar itu, para pembela agama ilahi terkadang dituntut untuk mengorbankan diri demi pencerahan umat dan perlawanan terhadap kezaliman. Inilah yang disebut pengorbanan sejati. Di masa kekuasaan Yazid, penyimpangan agama mencapai puncaknya, bahkan dikhawatirkan hakekat Islam akan musnah. Nilai-nilai agama telah pudar dan kezaliman pun merata di tengah masyarakat. Rasialisme, penumpukan harta, penyimpangan pemikiran dan ajaran agama, kezaliman dan kefasadan para pejabat pemerintah merupakan sumber malapetaka di masa itu. Problema-problema tersebut sangat membebani nasib ummat Islam saat itu. Kondisi inilah yang mendorong Imam Husein as memulai gerakannya guna melakukan pembenahan sosial dan penegakkan agama murni Rasulullah Saw. Saat itu, Imam Husein as sangat mengkhawatirkan nasib Islam yang disimpangkan dari garis yang sebenarnya. Imam Husein as kepada masyarakat saat itu berkata, "Tidakkah kalian melihat bahwa kebenaran diabaikan dan kebatilan tidak dicegah?! Dalam kondisi seperti ini, ummat Islam harus memilih mati dari pada hidup." Dalam kondisi sensitif saat itu, Imam Husein as menulis surat kepada para pembesar Basrah yang isinya meminta mereka supaya memikirkan kitab ilahi dan sunnah Rasulullah Saw. Dalam isi surat itu, mereka juga diharapkan tidak lengah akan fakta yang terjadi di tengah masyarakat. Pada masa itu, tradisi mulia Rasulullah Saw telah pudar dan kehidupan jahiliah kembali mengemuka di tengah masyarakat. Dalam kesempatan ini, kami akan membacakan bagian dari surat Imam Husein as kepada para pemimpin Basrah. Imam Husein as dalam surat itu menulis, "Saya mengajak kalian untuk mengikuti kitab ilahi dan sunnah Rasulullah Saw. Sebab, bidah dan penyimpangan agama kembali hidup. Jika kalian mendengar pesan ini dan menerimanya, saya akan bimbing kalian ke jalan kebahagiaan." Tujuan utama gerakan Imam Husein as adalah merekonstruksi kembali ajaran Islam yang disimpangkan dan mengembalikan kemuliaan ilahi. Dalam gerakannya, Imam Husein as selalu menekankan penyadaran dan pencerahan kepada sekelompok masyarakat. Ini adalah salah satu tugas pemimpin umat yang selalu berupaya memberikan penyadaran dan pencerahan kepada umatnya dan mengharuskan mereka supaya selalu waspada. Dalam perjalanan menuju kota Kufah dari kota Makkah, Imam Husein as bertemu dengan penyair terkenal bernama Farazdaq. Imam Husein kepada Farazdaq menggambarkan kondisi yang ada, dan berkata, "Wahai Farazdaq, kelompok ini telah menyingkirkan ketaatan kepada Allah Swt dan mengikuti setan. Mereka melakukan kefasadan di bumi Allah, meninggalkan ajaran-ajaran ilahi, menenggak minuman keras, merampas hak milik kaum lemah dan miskin. Untuk itu, aku sudah sepantasnya bangkit membela agama dan kemulian, serta melakukan jihad di jalan Allah Swt." Para penegak agama dalam sepanjang sejarah, merasakan kesenjangan antara nilai-nilai Islam dan fenomena di tengah masyarakat. Kesenjangan saat itu bisa disaksikan pada pandangan keliru masyarakat terhadap agama dan politik. Di saat masyarakat mengalami kesenjangan dari agama, logika para penguasa saat itu mendominasi dan mengendalikan kondisi, baik di ranah teoritis maupun praktis. Dalam gerakan Imam Husein as, kita bisa menyaksikan bahwa langkah pertama yang dilakukan oleh Imam Husein as adalah memberikan pencerahan dan meluruskan masyarakat ke arah kebenaran dari kebatilan. Dengan cara itu, Imam Husein as berupaya meluruskan pemikiran keliru yang berkembang di tengah masyarakat. Namun saat upaya itu tidak efektif, Imam Husein as pun mengambil langkah lain dan terpaksa melawan kezaliman di front, bahkan mengorbankan dirinya demi kesadaran umat. Imam Husein as menyadari harus melakukan gerakan dalam skala luas untuk menghadapi kezaliman saat itu yang benar-benar menjalar di tengah umat kakeknya, Rasulullah Saw. Imam Husein memposisikan dirinya sebagai reformis agung yang menyerukan kebangkitan melawan kezaliman nyata Bani Umayah. Dalam berbagai perkataan Imam Husein menjelang syahid di Karbala seringkali ditekankan kemuliaan dan harga diri. Bahkan Imam Husein as dalam setiap langkahnya selalu mengingatkan misi gerakannya. Imam Husein as telah menggambarkan hakekat dengan indah. Hakekat yang digambarkan Imam Husein as adalah melawan kezaliman dan menyuarakan keadilan meski nyawa harus dipertaruhkan. Itu dibuktikan Imam Husein as bersama keluarganya di padang Karbala dalam melawan kezaliman. Karbala merupakan perlawanan puncak Ahlul Bait Rasulullah Saw terhadap kezaliman. (IRIB) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar