Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

SERI KEBOHONGAN IBN TAIMIYAH 3


SERI  KEBOHONGAN  IBN  TAIMIYAH 3

Ibnu Taymiah: Hadis “Ali Bersama Kebenaran dan Kebenaran bersama Ali.” Kepalsuan Nyata!
Persembahan Untuk Blog -haulasyiah- dan Wahabiyyun Salafiyyun
“Tulisan dibawah ini kami lengkapi dengan bukti scan dari kitab “Minhajussunnah” karya Ibnu Taymiah, terbitan Saudi Arabia yang di Tahqiq oleh Dr. Muhammad Rasyad Salim”
Tidak sedikit hadis-hadis shahih yang dengan tanpa dasar diingkari dan divonis kepalsuannya oleh Ibnu Taymiah. Dalam artikel-artikel sebelumnya, kami telah sajikan untuk Anda data-data pengingkaran Ibnu Taymiah tersebut. Dan kini kami mengajak pengunjung untuk meneliti contoh-contoh kesesatan pikiran dan penyimpangan sikap Ibnu Taymiah terhadap Ahlulbait secara umum dan Imam Ali as. secara khusus.



Para ulama telah meriwayatkan dari berbagai jalur dari beberapa sahabat Nabi saw. bahwa beliau bersabda:
عليٌّ مع الحقِّ و الحقُّ مع عليٍّ حيثُ ولَنْ يَفتَرِقا حتى يرِدا علَيَّ الحوض يوم القيامةِ.
“Ali selalu bersama al haq (kebenaran) dan al haq selalu bersama Ali,… dan keduanya tidak akan berpisah sehingga menjumpaiku di Haudh.”
Karena hadis ini dijadikan dalil imamah oleh kaum Syi’ah maka Ibnu Taymiah kebingungan menentukan sikap obyektif untuk membantahnya, maka cara cepat siap saji yang selalu diandalkan Ibnu Taymiah adalah mengkufuri kebanaran sabda Nabi saw. tersebut.
Perhatikan Ibnu Taymiah berkata:
minhaj.4_rszMinhajussunnah Jilid 4
Minhajussunnah Jilid,4, hal. 238
Minhaj_4_238_1_a
Minhaj_4_239_2


01. Minhaj_4_238_crop_1
02. Minhaj_4_239_crop_a
Sesungguhnya hadis ini tidak diriwayatkan oleh seorang pun dari Nabi saw., tidak dengan sanad shahih tidak juga dengan sanad dha’if/lemah. Lalu bagaimana dikatakan bahwa seluruh para ulama meriwayatkannya?
Tidakkah ada yang lebih berbohong dari orang yang meriwayatkan dari para sahabat dan ulama bahwa mereka semua meriwayatkan, sementara hadis itu tidak dikenal dari seorang pun dari mereka sama sekali? Hadis ini adalah kebohongan yang paling nyata. Andai dikatakan hadis itu diriwayatkan sebagian dari mereka, dan ia termasuk yang bisa saja disabdakan Nabi (tidak mustahil_pen), maka mungkin masih bisa diterima. Akan tetapi bagaimana (dapat diterima) padahal ia adalah kepalsuan secara pasti atas nama Nabi saw.?
(Minhajussunnah, Karya Ibnu Taymiah, Jilid 4, hal. 238-239) [1] -lihat scan diatas-
*** *** ***
Dalam keterangan di atas, Anda saksikan bagaimana Ibnu Taymiah menegaskan berulang kali dan dengan penekanan bahwa hadis itu adalah palsu atas nama Nabi saw…. Nabi saw. tidak pernah menyabdakannya sama sekali dan tidak mungkin menyabdakannya omongan konyol seperti itu!! Para sahabat tidak pernah menukilnya… para ulama juga tidak pernah meriwayatkan dengan sanad yang dha’if sekalipun apalagi dengan sanad shahih!
Apa yang ia katakan adalah vonis tegas bahwa hadis itu palsu!
Semua itu ia lakukan karena kekecewaan berat akibat kegagalannya dalam membantah kesimpulan yang disajikan seorang tokoh Syi’ah di zamanya bernamaAlllamah Al Hilli dalam kitabnya Minhâj al Karamah. Andai Ibnu Taymiah berpeluang mena’wilkan dan mempelesetkan kandungan hadis Nabi saw. di atas, pastilah ia tidak akan mengambil jalan nekad mengkufuri hadis shahih sabda Nabi saw.
Akan tetapi jalan pintas yang ditempuh Ibnu Taymiah sungguh beresiko tinggi, sebab itu artinya:
A) Sebagain Ulama, khsususnya Ibnu Taymiah telah memberanikan diri menolak hadis shahih demi membela mazhab dan mematahkan argumentasi lawan.
B) Jika ternyata hadis itu shahih disabdakan Nabi saw. untuk Imam Ali –Karramallahu Wajhahu- berarti kesimpulan ulama Syi’ah adalah benar bahwa Nabi saw. menjadikan Imam Ali –Karramallahu Wajhahu- sebagai pemimpin sepeninggal beliau saw.
Dan semua itu berbahaya!
Saya tidak mengreti apa sebenarnya yang sedang merasuki jiwa dan pikiran Ibnu Taymiah sehingga ia dengan begitu gegabah dan tanpa rasa taqwa mengatakan bahwa hadis itu tidak mungkin disabdakan oleh Nabi mulia saw.!!
Apa yang ganjil dari sabda di atas? Sehingga ia mengatakan tidak mungkin Nabi menyabdakannya? Apakah ia mengandung pemberitaan yang dipastikan kemustahilannya oleh akal sehat kaum berakal seperti bergandengannya dua hal yang saling kontradiksi?
Atau sang Imam kaum Muttaqîn; Ali ibn Abi Thalib as. tidak layak menyandang kehormatan sabda Nabi saw. tersebut?
Atau ia mustahil karena Nabi saw. mengalamatkan sabda sucinya tersebut kepada Ali ibn Abi Thalib?? Maka karenanya ia harus dikatakan tidak mungkin Nabi saw. menyabdakannya!! Andai Nabi saw. mengalamatkannya untuk Mu’awiyah anak si penguyah jantung Sayyidina Hamzah ra. –paman Nabi saw.-… Andai untuk Yazid ibn Mu’awiyah… atau untuk Amr ibn al ‘Âsh  atau musuh-musuh Nabi saw. dan keluarga beliau as. pastilah ia adalah wahyu suci yang wajib setiap mukmin mengimaninya! Dan sesiapa yang berani meragukannya pastilah moncong meriam pengafiran sudah siap memuntahkan fatwa kafir atasnya!!
Para Sahabat dan Para Muhadditsin Yang Meriwayatkan Hadis Tersebut!
Dalam kesempatan kali ini, saya tidak bermaksud berpanjang-panjang dalam memaparkan jalur-jalur periwayatan hadis di atas oleh para ulama dan muhaddis terkemuka kita, akan tetapi sekedar membuktikan betapa parah penyimpangan Ibnu Taymiah dan tidak adanya rasa malu ketika ia mengklaim bahwa hadis itu adalah palsu, dan tidak diriwayatkan para ulama baik dengan sanad dha’f apalagi shahih. Karenanya saya hanya akan menyebutkan beberapa nama sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut dan para ulama ahli hadis yang mengeluarkan riwayat mereka.
  1. 1. Imam Ali (Karramallahu Wajhuhu)
Hadis Imam ali as. telah diriwayatkan oleh;
1)      At Turmudzi dalam Sunan-nya, pada Bab Manâqib Ali ibn Abi Thalib ra., hadis no.3798 (Tuhfah al Ahwzdi,10/217)
2)      Al Hakim dalam al Mustadrak-nya,3/124 Bab Manâqib Ali as. dan ia berkata, ‘Hadis ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim, akan tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.
3)      Ibnu ‘Asâkir dalam Târîkh Damasqus, pada data sejarah tentang Imam Ali as. dengan hadis nomer.1169-1170.
  1. 2. Ummu Salamah ra. (istri Nabi saw.)
Dari riwayat beliau telah diriwayatkan oleh:
  1. Ath Thabarani dalam al Mu’jam ash Shaghîr, seperti dikutip al Haitsami dalam Majma’ az Zawâid,9/134, dan ia berkata, “Pada sanadnya terdapat Shaleh ibn Abi al Aswad, ia dha’îf.
  2. Ath Thabarani dalam al Mu’jam al Kabîr, seperti dikutip al Haitsami dalam Majma’ az Zawâid,9/1345 dan ia berkata, “Pada sanadnya terdapat Salamah ibn Kuhail, aku tidak mengenalnya, adapun parawi lainnya dalam dua sanad di attas adalah tsiqât (jujur terpercaya).
  3. Abu Bisyr ad Dûlâbi dalam al Kunâ wa al Asmâ’,2/89.
  4. Al Khathîb al Baghdâdi dalam Târîkh-nya,14/321, ketika menyebut sejarah hidup Yusuf ibn Muhammad al Muaddib dengan nomer.7643 dengan redaksi sebagai berikut:
عليٌّ مع الحقِّ و الحقُّ مع عليٍّ حيثُ ولَنْ يَفتَرِقا حتى يرِدا علَيَّ الحوض يوم القيامةِ.
“Ali selalu bersama al haq (kebenaran) dan al haq selalu bersama Ali, dan keduanya tidak akan berpisah sehingga menjumpaiku di Haudh.”
  1. Ibnu ‘Asâkir dalam  Târîkh Damasqus, hadis nomer.1172, dengan redaksi:
Dari Abu Tsâbit; maulâ (mantan budak) Abu Dzarr, ia berkata, “Aku masuk menemui Ummu Salamah, maka aku menyaksikannya menangis seraya menyebut-nyebut Ali, dan ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah saw. bersabada:
عليٌّ مع الحقِّ و الحقُّ مع عليٍّ حيثُ ولَنْ يَفتَرِقا حتى يرِدا علَيَّ الحوض يوم القيامةِ.
“Ali selalu bersama al haq (kebenaran) dan al haq selalu bersama Ali, dan keduanya tidak akan berpisah sehingga menjumpaiku di Haudh.”
  1. 3. Sa’ad ibn Abi Waqqâsh.
Hadis riwayat darinya telah dikeluarkan oleh al bazzâr, seperti dikutip al Hiatsami dalam Majma’ az Zawâid,7/235, dengan sanad dari Muhammad ibn Ibrahim at Taimi bahwa ada seorang[2] yang mengunjungi kota Madinah sepulang dari ibadah haji, maka manusia berbondong-bondong mendatanginya dan mengucapkan salam atasnya, lalu Sa’ad masuk dan mengucapkan salam atasnya, kemudian orang itu berkata berkata, “Orang ini (Sa’ad makasunya) tidak membela kami hak kami.” Sa’ad diam tidak menjawabnya. Maka ia berkata, “Mengapakah engkau tidak berbicara?” Sa’ad berkata, “Fitnah dan kegelapan berkecamuk, lalu aku berkata kepada ontaku, ‘Ikh ikh!/ berhenti-berhenti!’, aku berhenti sehingga fitnah itu berakhir.’ Maka orang tersebut berkata, “Aku telah membaca Al Qur’an dari awal hingga akhir, aku tidak menemukan kata ikh ikh! Lalu Sa’ad berkata, ‘Jika demikian maka sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
عليٌّ مع الحقِّ و الحقُّ مع عليٍّ حيثُ كانَ.
“Ali bersama al haq dan al haq bersama Ali dimanapun ia berada.”
Orang itu berkata, “Siapa yang mendengar sabda itu selain kamu?”
Sa’ad menjawab, ‘Nabi saw. menyabdakannya di rumah Ummu Salamah.’
Maka orang itu mengutus ke rumah Ummu Salamah untuk menanyakannya, Ummu Salamah berkata, “Benar. Rasulullah saw. menyabdakannya di rumahku. Maka orang itu berkata, kepada Sa’ad, “Aku tidak memandangmu sebiadab sekarang ini! Andai aku mendengar sabda itu dari Nabi saw. pastilah aku akan menjadi pembantu Ali hingga kematian menjemputku.”
Hadis ini diriwayatkan oleh al Bazzâr. Dan pada sanadnya terdapat Sa’ad ibn Syu’aib, aku tidak mengenalnya, dan parawi lainnya adalah parawi hadis shahih.”
Catatan Penting!
A)    Coba Anda perhatikan, dalam riwayat di atas terdapat kesaksian dua orang sahabat besar Nabi saw.; Ummu Salamah istri setia Rasulullah –Radhiyallah ‘Anha/semoga Allah meridhainya- dan Sa’ad ibn Abi Waqqâsh.
B)     Hadis ini telah diriwayatkan oleh al Bazzâr yang ketokohannya dalam dunia hadis tidak perlu dipertanyakan. Beliau adalah penulis kitab al Musnad yang terkenal. Darinya al Haitsami meriwayatkan, dan ia juga seorang pakar terkemuka, dan ia menegaskan ketsiqahan para perawinya, hanya saja terkait dengan Sa’ad ibn Syu’aib ia berkata, ‘Aku tidak mengenalnya.’ Dan itu bukan pencacatan, sebab berapa banyak orang yang sangat terkenal dan tidak diragukan kejujurannya, kendati demikian ia mengatakan bahwa dia tidak mengelanya, seperti ketika menyebut sebuah riwayat yang pada sanadnya terdapat nama Fatimah bint Ali ibn Abi Thalib, ia berkata, “Fatimah bint Ali ibn Abi Thalib aku tidak mengenalnya.” Padahal ia termasuk parawi yang dipakai Imam an Nasa’i, Ibnu Mâjah dalam tafsir dan ditsiqahkan oleh Ibnu Hajar al Asqallâni dalam Taqrîb at Tahdzrîb, 2/609.
  1. 4. Abu sa’id al Khudri.
Sahabat lain yang juga mengabadikan sabda Nabi saw. di atas adaalah Abu Sa’id al Khudri. Hadis riwayat darinya telah dikeluarkan oleh Abu Ya’lâ. Al Haitsami berkata, “Dan dari Abu Sa’id (al Khudri), ‘Kami duduk bersama sekelompok kaum Muhajirn dan Anshar di sisi Nabi saw., maka beliau bersabda, ‘maukah kalian kuberi tahu tentang orang terbaik di antara kalian? Kami menjawab, “Yam au. Maka beliau bersabda, “Yaitu orang yang setia jajni dan baik; sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bersih dan bertaqwa… lalu Ali melewati kami dan beliau bersabda:
الحقُّ مع ذا. الحقُّ مع ذا.
“Kebenaran bersama orang itu. Kebenaran bersama orang itu.”
Al Haitsami berkata, “Hadis ini diriwayatkan Abu Ya’lâ dan seluruh [perawinyatsiqah/jujur terpercaya.”
  1. 5. Ka’ab ibn ‘Ujrah.
Hadis darinya telah diriwayatkan ole hath Thabarani dalam al Mu’jam al Kabîr. Al Muttaqi al Hindi menukil riwayat Ka’ab, ia berkata, “Akan terjadi perpacahan dan perselisihan, maka orang ini (Ali maksudnya) bersama pengikutnya berada di atas al haq.”[3]
***   ****   ****
Dan selain mereka yang saya sebutkan di atas, masih banyak riwayat dari para sahabat lain seperti Ummul Mukminin Aisyah ra., Abu Dzarr ra. dan Ibnu Abbas ra. dan lainnya, sengaja tidak saya sebutkan, mengingat apa yang saya sebutkan sudah cukup membuktikan kepalsuan omongan Ibnu Taymiah yang tidak bertanggung jawab di atas.
Dan setelahnya, apa nilai ocehan Ibnu Taymiah yang mengkufuri sabda Nabi saw. di atas dengan mengatakan bahwa ia adalah hadis palsu dan tidak diriwayatkan walaupun dengan sanad dha’if sekalipun oleh para ulama?!
Bukankah nama-nama yang kami sebut (bukan dengan maksud membatasi hanya mereka) bukan ulama Ahli Hadis menurut Ibnu Taymiah?
Bukankah nama-nama harum para sahabat mulia ra. tersebut di atas tidak digolongkan sebagai sabahat Nabi saw. oleh Ibnu Taymiah?
Dari sini, kami menegaskan: Masihkan ada yang menuduh kami yang membongkar kejahatan intelektual Syaikhul Islam-nya kaum Nawâshib sebagai melecehkan ulama pawaris para nabi?!
Pantaskan kita mendiamkan kebohongan dan pesesatan yang dilakukan Ibnu Taymiah?!
Umat Islam perlu mengerti kejahatan yang dilakoni Ibnu Taymiah agar mereka dapat mengenali dengan baik kebenaran agama ini yang tegak dan berjaya berkat jasa-jasa tak terhingga Ali ibn Abi Thalib –semoga salam Allah atasnya dan semoga Allah memuliakan wajahnya - !!


[1] Minhâj as Sunnah,4/238-239.

[2] Orang yang dimaksud dalam hadis ini yang mana si perawi tidak berani menyebutkan nama terangnya adalah Mu’awiyah ibn Abi Sufyân, dan Sa’ad yang dimaksud adalah Sa’ad ibn Abi Waqqâsh.
[3] Kanz al Ummâl,11/62 hadis no.23016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar