Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 40-43



Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 40-43
Ayat ke-40:
یبنی اسرائیل اذکروا نعمتی التی انعمت علیکم و اوفوا بعهدی اوف بعهدکم و ایای فارهبون
Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janji kalian kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku -lah kamu harus takut (tunduk).



Setelah bercerita tentang Khilafah Adam A.S di bumi, dan keluarnya beliau dari surga akibat lalai akan peraturan Ilahi, maka di dalam ayat ini Allah swt mengisahkan cerita sekelompok manusia keturunan Adam, yaitu Bani Israil, yang juga terjerumus ke dalam kesesatan sebagaimana Adam, tentu saja jauh lebih parah daripada nasib Adam as, meskipun keduanya memiliki inti yang sama, yaitu penyimpangan dari ketentuan Ilahi.
"Israil" adalah nama lain Nabi Ya'qub as. dan yang dimaksud dengan Bani Israil ialah anak-anak keturunan beliau ini. Suatu kaum yang memiliki sejarah yang penuh dengan pasang naik dan pasang surut. Dan di dalam al-Quran kisah tentang mereka ini sungguh sangat banyak. Di dalam ayat ini, disebutkan tiga perintah yang merupakan dasar seluruh program-program Ilahi.
Pertama, mengingat nikmat-nikmat ilahi, yang akan menghidupkan rasa syukur terus menerus di dalam diri manusia, juga membangkitkan rasa cinta kepada Allah dan taat kepada-Nya.
Kedua, perhatian kepada poin berikut, yaitu bahwa nikmat-nikmat ini, bukan tanpa syarat apa pun. Di samping nikmat-nikmat tersebut, Allah swt membuat suatu perjanjian dan meletakkan manusia sebagai pihak yang harus bertanggungjawab di hadapan perjanjian tersebut. Pemanfaatan nikmat-nikmat dan karunia Ilahi, mesti diikuti dengan pengambilan langkah di atas jalan Allah.
Perintah ketiga yang terdapat di dalam ayat ini bahwa di jalan pengalaman taklif-taklif ilahi, kalian tidak boleh merasa takut kepada kekuatan apa pun. Propaganda dan ancaman-ancaman musuh tidak boleh mempengaruhi kalian.
Ayat ke-41:
و آمنوا بما انزلت مصدقا لما معکم و لا تکونوا اول کافر به و لا تشتروا بآیتی ثمنا قلیلا و ایای فاتقون
Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.
Ayat ini berbicara kepada para cerdik pandai Yahudi, dan mengatakan: "Kalian yang berdasarkan berita-berita gembira di dalam Taurat, tengah menunggu kedatangan seorang Nabi Islam, maka sekarang berimanlah kalian kepada al-Quran yang dibawa oleh Nabi tersebut, yang memiliki isi sesuai dan sejalan dengan Taurat kalian. Dan janganlah kalian menyembunyikan ayat-ayat yang terdapat di dalam Kitab Suci kalian, yaitu Taurat, yang berhubungan dengan berita tentang kemunculan Nabi Islam, hanya karena kalian ingin mempertahankan kedudukan kalian. Atau minimal janganlah kalian mencoba menentangnya jika kalian tidak mau menerima ajarannya, lalu kalian menghalangi warga Yahudi untuk mengikuti ajarannya.
Seorang muslim mengimani semua kitab samawi dan Nabi-Nabi terdahulu. Akan tetapi oleh karena agama Islam datang terakhir dan setelah agama-agama lain, sedangkan kitab-kitab suci sebelum Al-Quran sudah mengalami perubahan dan penyimpangan, maka saat ini hanya Nabi Muhammad sajalah yang seharusnya menjadi panutan seluruh umat manusia.
Oleh sebab itu, al-Quran menyeru para pengikut agama-agama terdahulu agar beriman kepada al-Quran, yang memiliki kandungan tidak bertentangan dengan kitab-kitab mereka, dan al-Quran adalah kitab suci yang terjaga dan terhindar dari penyimpangan dan tahrif. Untuk itu hendaklah mereka hanya memandang Allah sebagai Zat yang mereka takuti, bukan hal-hal lain selain Allah swt.
Ayat ke-42:
و لا تلبسوا الحق بالباطل و لا تکتموا الحق و انتم تعلمون
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
Di antara bahaya yang mengancam para pemikir dan ulama setiap kaum dan setiap ajaran ialah sikap suka menyembunyikan kebenaran dan tidak menjelaskannya kepada khalayak ramai. Atau, dengan sekehendak hati, mereka mencampur adukkan antara kebenaran dan kebatilan. Akibatnya, rakyat mengalami kebodohan dan kelalaian, atau keraguan dan kebimbangan. Yang demikian adalah kezaliman terbesar yang mungkin saja dilakukan oleh pembesar-pembesar suatu kaum.
Amirul Mukminin Ali as. Di dalam ucapan beliau yang terdapat di dalam kitab Nahjul Balaghah nomor 49, mengenai hal ini berkata demikian: "Jika sesuatu yang batil ditampilkan sebagai kebatilan seratus persen, maka tak ada sesuatu yang perlu dicemaskan karena orang akan mengetahuinya sebagai kebatilan dan menjauhkan diri darinya. Dan jika kebenaran ditampilkan sebagai suatu kebenaran seratus persen, maka para penentang tidak akan mampu berbicara apa-apa. Orang-orang pun akan menyambut kebenaran tersebut dengan segala senang hati. Jadi bahaya itu terletak di dalam ketidakjelasan antara yang hak dan yang batil, karena telah tercampur aduk; dimana hal itu merupakan kesempatan bagi kekuasaan setan untuk menyusup.
Ayat ke-43:
و اقیموا الصلاة و آتوا الزکاة و ارکعوا مع الراکعین
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku.
Hanya mengenal kebenaran dan memahaminya, belumlah cukup. Seorang mukmin haruslah menjadi seorang pengamal kebenaran yang ia ketahui itu. Dan sebaik-baik amalan ialah beribadah kepada Allah dan berkhidmat kepada masyarakat. Di dalam sebagian besar ayat-ayat al-Quran, salat dan zakat di sampaikan secara bergandengan agar orang memahami bahwa salat dan ibadah jangan sampai melalaikan orang dari tugas-tugas sosial dan membantu orang-orang lemah di tengah masyarakat. Bahkan dalam hal pelaksanaan salat pun faktor sosial dan kemasyarakatan juga menjadi perhatian. Karena Islam mengajarkan kepada umatnya agar melakukan salat berjamaah dan hendaklah mereka melakukan ruku' dan sujud di hadapan Allah secara kompak dan bersama-sama.
Dari tiga ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:‎ ‎ ‎
1. Hendaklah kita selalu mengingat nikmat-nikmat Allah yang telah Dia curahkan kepada kita dan masyarakat kita, dan hendaklah kita menjadi hamba-hambanya yang pandai mensyukuri nikmat.
2. Hendaklah kita menjaga komitmen kita terhadap perjanjian-perjanjian Allah untuk melaksanakan segala kewajiban, baik perjanjian yang Allah letakkan di dalam diri kita yang kita kenal dengan istilahh fitrah, maupun yang Allah turunkan berupa syariat. Dan hendaklah kita ketahui bahwa pemanfaatan nikmat-nikmat ilahi yang khusus disyaratkan dengan adanya langkah-langkah di atas jalan pengalaman taklif-taklif-Nya.
3. Dalam melaksanakan taklif ilahi ini, hendaklah kita jangan takut terhadap kekuatan dari mana pun.
4. Salah satu dosa-dosa besar ialah menyembunyikan kebenaran. Kadang kala seseorang merasa harus menyembunyikan kebenaran hanya untuk melindungi kepentingan-kepentingan materinya. Dan itu adalah sesuatu yang sangat berbahaya bagi dirinya.
5. Iman dan amal adalah dua hal yang tak terpisahkan. Dan salat adalah hal pertama yang diperintahkan oleh Allah di dalam setiap agama yang Ia turunkan.
6. Di dalam Islam sangat ditekankan salat berjamaah. Sedangkan kehadiran di dalam lingkungan jamaah muslimin adalah sebuah tugas agama yang amat penting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar