Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 51-54



Ayat ke-51:
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.
Setelah Bani Israel selamat dari cengkeraman Firaun, Musa menerima perintah meninggalkan kaumnya selama 40 hari untuk mendapatkan tulisan-tulisan Taurat dan pergi menuju gunung Tuur. Namun dalam waktu singkat ini ujian besar menimpa Bani Israel. Seorang lelaki licik bernama Samiri membuat sebuah patung anak sapi dari emas dan permata yang terdengar suara sapi darinya sehingga membuat takjub dan perhatian orang.


Samiri mengajak orang-orang menyembah patung yang terbuat dari emas dan menakjubkan ini, dan kebanyakan orang mengikutinya. Dengan perbuatan ini, mereka telah menzalimi diri mereka sendiri yang menyembah anak sapi sebagai ganti menyembah Allah dan juga menzalimi Musa a.s., pemimpin dan Nabi mereka, yang menanggung sejumlah besar musibah untuk menyelamatkan mereka dariorang-orang Fir'aun. Alhasil, sekembali Musa dari gunung Tuur, orang-orang menyadari kehinaan perbuatan mereka, yang dengan rahmat Allah , syirik yang merupakan dosa besar mereka itu, diampuni.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang kita petik, antara lain:
1. Menyendiri untuk sementara waktu bagi para pemimpin ilahi merupakan perbuatan yang baik dengan tujuan beribadah kepada Allah.
2. Angka 40 punya pengaruh dalam menerima ilham atau wahyu ilahi.
Ayat ke-52:
Artinya:
Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.
Salah satu rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-hambanya ialah tidak menghukum mereka lantaran semata-mata melakukan perbuatan dosa, namun memberi mereka kesempatan, hingga mungkin mereka menyesali perbuatan mereka dan bertaubat. Pada kejadian ini Allah juga mengampuni dosa syirik bani Israel dan menyediakan kesempatan agar mereka bersyukur atas nikmat kepemimpinan Musa as.
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain:
1. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mengingat hari Kiamat dan jangan menjerumuskan diri dalam dosa lantaran teman atau demi memperoleh harta dan kedudukan, sebab pada hari itu tidak seorang pun bermanfaat dan tidak satu pun pesan atau wasiat akan diterima, serta kekayaan dan kekuasaan duniawi tidak dapat mencegah siksa Hari Kiamat.
2. Para pemuda adalah sasaran pertama para tirani Firaunisme. Di dunia hari ini pun kekuatan-kekuatan arogan menarik jiwa-raga para pemuda menuju kematian dengan menyebarkan kerusakan dan kecanduan, serta menjadikan para wanita dan anak perempuan sebagai tawanan syahwat dengan berbagai propaganda mereka yang meluas di bidang mode pakaian, tas, sepatu dan aneka ragam perlengkapan kecantikan.
3. Kebebasan dari dominasi orang-orang zalim termasuk nikmat-nikmat Allah yang besar, dan orang-orang mukmin dalam jalan mencapai kebebasan ini harus berusaha. Dalam hal ini bantuan-bantuan gaib Ilahi akan segera turun.
4. Para pemimpin Ilahi memiliki peran penting dalam memberi petunjuk dan kebahagiaan kepada masyarakat. Jika 40 hari ketiadaan Nabi Musa a.s. menyiapkan kesempatan bagi para penyeleweng untuk menarik orang-orang awam menyembah anak sapi, maka apa jadinya, jika sepanjang sejarah Allah tidak mengutus seorang Nabi pun.
Ayat ke-53:
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.
Kalimat "furqan" berarti pemisahan kebenaran dari kesalahan. Dan oleh karena kita-kitab langit dan mukjizat yang dilakukan oleh para Nabi adalah sumber penjelas kebenaran dan kebatilan, maka semua itu disebut "furqan". Untuk memberi petunjuk kepada umat manusia, Allah mengirim kitab-kitab langit dan para nabi pembimbing, serta mukjizat-mukjizat yang dengan semua itu umat manusia dapat membedakan antara ajaran yang benar dan ajaran yang sesat. Dengan demikian Allah swt telah menyempurnakan hujahnya atas manusia.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang kita petik, antara lain:
1. Kitab-kitab langit penjelas kebenaran dan tolok ukur yang memisahkan kebenaran dari kebatilan.
2. Hujjah dari Allah sudah lengkap, tapi masyarakat terkadang tidak menerima kebenaran akibat mengikuti hawa nafsu.
3. Tujuan dari diturunkannya kitab-kitab langit adalah memberi petunjuk manusia.
Ayat ke-54:
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Ketika Nabi Musa as. kembali dari gunung Thur setelah 40 hari, beliau melihat kaumnya menyembah anak sapi, beliau mengingatkan dua hal kepada mereka. Pertama ialah, beliau berkata kepada mereka: "Kalian telah menganiaya diri sendiri dengan perbuatan ini, kalian telah mengganti Allah dengan anak sapi dengan demikian maka kalian telah menginjak-injak kehormatan serta kemuliaan manusia."
Kedua, beliau berkata: "Dan kalian lebih besar dari pada dosa orang-orang kafir, karena kalian mengetahui kebenaran dan telah beriman kepadanya. Tetapi kalian melepaskannya dan kalian telah menjadi kafir. Jadi kalian telah murtad sedangkan hukuman bagi orang yang murtad ialah dibunuh. Walaupun Allah adalah manifestasi rahmat dan cinta, tetapi sebagai mana seorang pendidik yang baik dan bermaksud mulia, sekali-sekali Ia memberikan peringatan dan hukuman keras, sehingga yang lain dapat mengambil pelajaran dan tidak mempermainkan agama, juga membersihkan pengaruh-pengaruh kotor dan buruk dari masyarakat.
Masalah berpaling kepada penyembahan berhala dan penyembahan anak sapi, bukanlah masalah remeh, yang dapat diampuni atau dilupakan dengan sekali taubat. Apa lagi yang demikian itu dilakukan oleh orang-orang yang sudah melihat mukjizat dan nikmat yang besar dan telah beriman dengan itu semua.
Dari ayat tadi terdapat lima pelajaran yang kita petik, antara lain:
1. Seorang muballig harus berusaha mempersiapkan masyarakat menerima hukum-hukum ilahi dengan cinta.
2. Perbuatan syirik pada dasarkan menzalimi diri sendiri.
3. Bila argumentasi dan dalil yang dibawakan semakin banyak, kewajiban menjadi lebih berat dan melanggarnya akan mendapat ganjaran yang berbahaya.
4. Hukum orang murtad adalah mati.
5. Kematian dalam rahmat ilahi lebih baik ketimbang hidup dalam laknat ilahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar