Laman

Kamis, 02 Februari 2012

Tinjauan Tafsir At Taubah Ayat 100 : Sahabat Nabi Yang Berhijrah Bukan Karena Allah



injauan Tafsir At Taubah ayat 100 : Sahabat Nabi Yang Berhijrah Bukan Karena Allah
Ada salah satu ayat Al Qur’an yang sering dicatut kaum nashibi untuk memuliakan para sahabat yaitu At Taubah ayat 100. Ayat tersebut memang membicarakan keutamaan sahabat muhajirin dan anshar serta yang mengikuti mereka dengan baik. Tulisan ini hanya ingin menunjukkan kekeliruan sebagian nashibi yang mengira ayat ini tertuju untuk semua muhajirin dan anshar.

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ



Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha pada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya itulah kemenangan yang besar [QS At Taubah : 100]
Muhajirin dalam ayat ini adalah mereka yang berhijrah dengan mengharap ridha Allah dan bukan karena hal lain. Anshar dalam ayat ini adalah mereka dari kalangan kaum Anshar yang dengan ridha menyambut Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bukan sebagian kaum Anshar yang munafik. Sering kaum awam nashibi mengartikan bahwa muhajirin dan anshar dalam ayat ini adalah mutlak untuk semua mereka. Hal ini jelas tidak bisa diterima, para sahabat sendiri mengakui ada orang munafik diantara kaum Anshar maka apakah mereka juga termasuk dalam ayat ini. Sudah jelas tidak.

حدثنا عبد الله قال حدثني أبي قثنا اسود بن عامر قثنا إسرائيل عن الأعمش عن أبي صالح عن أبي سعيد الخدري قال إنما كنا نعرف منافقي الأنصار ببغضهم عليا

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Aswad bin Amir yang berkata telah menceritakan kepada kami Israil dari Al A’masy dari Abi Shalih dari Abu Sa’id Al Khudri yang berkata “Sesungguhnya kami mengenal orang-orang munafik dari kalangan Anshar melalui kebencian mereka terhadap Ali” [Fadhail Shahabah no 979 dengan sanad shahih]
Begitu juga ternyata ada diantara kaum Muhajirin yang berhijrah bukan karena Allah SWT dan Rasul-Nya melainkan demi kepentingan dunia.

حدثنا محمد بن علي الصائغ ثنا سعيد بن منصور ثنا أبو معاوية عن الأعمش عن شقيق قال قال عبد الله من هاجر يبتغي شيئا فهو له قال : هاجر رجل ليتزوج امرأة يقال لها أم قيس وكان يسمى مهاجر أم قيس

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Aliy As Shaigh yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Manshur yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Syaqiq yang berkata ‘Abdullah berkata“siapa yang berhijrah demi mendapatkan sesuatu maka itulah yang ada untuknya. Ia berkata “seorang laki-laki hijrah demi menikahi seorang wanita yaitu Ummu Qais maka kami menamakannya Muhajir Ummu Qais” [Mu’jam Al Kabir Ath Thabraniy 9/103 no 8540]
Riwayat Thabrani sanadnya shahih diriwayatkan oleh para perawi tsiqat. Syaikh Thabrani Muhammad bin ‘Ali Ash Shaaigh adalah seorang imam yang tsiqat
  • Muhammad bin Ali Ash Shaaigh adalah muhaddis imam yang tsiqat sebagaimana disebutkan Adz Dzahabi [As Siyar 13/428 no 212]
  • Sa’id bin Manshur adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad berkata “termasuk orang yang memiliki keutamaan dan shaduq”. Ibnu Khirasy dan Ibnu Numair menyatakan tsiqat. Abu Hatim menyatakan tsiqat dan termasuk orang yang mutqin dan tsabit. Ibnu Hibban memasukkan dalam Ats Tsiqat. Ibnu Qani’ berkata “tsiqat tsabit”. Al Khalili berkata “tsiqat muttafaq ‘alaih” [At Tahdzib juz 4 no 148]
  • Abu Muawiyah Ad Dharir yaitu Muhammad bin Khazim At Tamimi seorang perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat [At Taqrib 2/70].
  • Sulaiman bin Mihran Al A’masy perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Al Ijli dan Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 386]. Ibnu Hajar menyebutkannya sebagai mudallis martabat kedua yang ‘an anahnya dijadikan hujjah dalam kitab shahih [Thabaqat Al Mudallisin no 55]. Riwayat ‘an anahnya dari para syaikh-nya seperti Ibrahim, Abu Wail dan Abu Shalih dianggap muttashil [bersambung] seperti yang dikatakan Adz Dzahabi [Mizan Al Itidal 2/224 no 3517].
  • Syaqiq bin Salamah Abu Wa’il Al Kufiy adalah Mukhadhramun yang tsiqat perawi kutubus sittah. Ibnu Ma’in, Waki’, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 619]. Ibnu Hajar menyatakan “tsiqat” [At Taqrib 1/421]
Ummu Qais termasuk dalam golongan muhajirin awal maka laki-laki yang menyusulnya hijrah dengan berniat menikahi Ummu Qais juga termasuk dalam muhajirin awal.

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ أُمَّ قَيْسٍ بِنْتَ مِحْصَنٍ الْأَسَدِيَّةَ أَسَدَ خُزَيْمَةَ وَكَانَتْ مِنْ الْمُهَاجِرَاتِ الْأُوَلِ اللَّاتِي بَايَعْنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman yang berkata telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri yang berkata telah mengabarkan kepadaku Ubaidillah bin ‘Abdullah bahwa Ummu Qais binti Mihshan Al Asadiyyah singa khuzaimah ia termasuk muhajirin awal dan berbaiat kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] [Shahih Bukhari 7/127 no 5715]
Setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya, jika niatnya karena Allah SWT dan Rasul-Nya maka ia akan mendapatkan keutamaan tetapi jika niatnya demi menikahi wanita atau dunia maka baginya adalah apa yang ia niatkan sebagaimana sabda Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ سَمِعْتُ يَحْيَى بْنَ سَعِيدٍ يَقُولُ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Wahab yang berkata aku mendengar Yahya bin Sa’id yang mengatakan telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Ibrahim bahwa ia mendengar ‘Alqamah bin Waqqaash Al Laitsiy yang mengatakan aku mendengar Umar bin Khaththab radiallahu ‘anhu berkata aku mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “Sesungguhnya semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya barang siapa hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau wanita yang ingin dinikahi maka hijrahnya sekedar mendapatkan apa yang ia niatkan atasnya [Shahih Bukhari 8/140 no 6689]
Riwayat-riwayat shahih di atas menunjukkan betapa lemahnya akal nashibi dalam berhujjah. Mereka sering melakukan bias dalam berhujjah. Terkait tafsir Al Qur’an At Taubah ayat 100 di atas biasnya adalah generalisasi dengan hanya memandang title“muhajirin” dan title “anshar” padahal hakikatnya ayat tersebut tidak untuk semua orang yang bertitel Muhajirin dan Anshar melainkan untuk Muhajirin dan Anshar yang dengan sungguh-sungguh membela Allah SWT dan Rasul-Nya. Salam Damai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar