Laman

Selasa, 11 Oktober 2011

Kebohongan Wahabi/Salafy


Tersingkaplah kebohongan salafi/wahabi… kalian tidak akan mungkin membodohi umat dgn memakai Jubah dan Sorban.. Dakwa kalian di radio2 semakin kelihatan kebohongan dan pembodohan umat, namun jaman sekarang sudah banyak referensi yg bisa didapatkan dimana saja, baik itu dari buku ataupun internet… Umat / masyarakat indonesia semakin hari semakin maju dgn ilmunya… 



Tersingkaplah kebohongan salafi/wahabi… kalian tidak akan mungkin membodohi umat dgn memakai Jubah dan Sorban.. Dakwa kalian di radio2 semakin kelihatan kebohongan dan pembodohan umat, namun jaman sekarang sudah banyak referensi yg bisa didapatkan dimana saja, baik itu dari buku ataupun internet… Umat / masyarakat indonesia semakin hari semakin maju dgn ilmunya…
Sebaiknya anda meninggalkan sesuatu yg akan membawa anda kedalam kesulitan yg abadi, krn harus mempertanggung jawabkan akal anda dihadapan Allah…
Kalau anda meyakini kebenaran ajaran Salafi / wahabi, tolong jawab pertanyaan teman2 di group ini dgn argumentasi yg masuk diakan dan berdasarkan dalil2 yg kuat… Jangan hanya berdasarkan Ibn Taimiyah saja..
Anda sebaiknya mempelajari sejarah kehidupan Ibn Taimiyah, siapa dia? dan apa yg diinginkannya dalam hidup ini??? Sebelum anda mengikuti ajarannya… Anda harus mempelajari bagaimana Aqidah Islam menurut Ibnu Taimiyah khusunya tentang Allah swt?
Sejarah ringkas Ibn Taimiyah dan Ajarannya:
Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim yang dikenal sebagai Ibnu Taimiyah, adalah seorang ulama mazhab Hanbali yang wafat pada tahun 728 H. Dia mengungkapkan pendapat dan keyakinannya yang berlawanan dengan pendapat yang diakui oleh semua mazhab dalam agama Islam, dan terus menerus mendapat tantangan dari para ulama yang lain. Para peneliti memandang bahwa keyakinan Ibnu Taimiyah nantinya membentuk prinsip-prinsip dasar keimanan para kaum Wahabi. Tatkala Ibn Taimiyyah menyampaikan pandangannya di depan umum dan menulis buku-buku tentang keyakinannya, para ulama Islam yang diketuai oleh para ulama Islam Suni melakukan dua hal untuk mencegah korupsi agama ini agar tidak dianggap sebagai hal yang umum serta lazim oleh umat Islam:
A) Mereka mengkritik pendapat dan keyakinannya. Dalam soal ini kita akan merujuk kepada sebagian buku-buku yang telah ditulis sebagai suatu bentuk kritikan terhadap keyakinannya:
1) Syifa’ as- Saqam fiZiyarat al-Qabr Khayr al-Anam ditulis oleh Taqiyuddin Subki.
2) Ad-Durrat al-Mudhiyat fi ar-Rad ‘ala Ibn Taimiyyah ditulis oleh penulis yang sama.
3) Al-Maqalat al-Mardhiyyah, disusun oleh hakim tertinggi mazhab Maliki dengan nama Taqiyyuddin Abi Abdullah Akhna’i.
4) Najm al-Muhtadi wa Rajm al-Muqtadi ditulis oleh Fakhr bin Muhammad Qurasyi.
5) Dafa’ asy-Syubhah ditulis oleh Taqiyuddin Hasni.
6) At-Tuhfat al-Mukhtarah fi ar-Rad ‘ala Munkar al-Ziyarah ditulis oleh Tajuddin.
Ini adalah serangkaian penyangkalan terhadap tulisan-tulisan Ibnu Taimiyah. Dalam cara ini pandangan-pandangannya yang tidak memiliki dasar tampak jelas.
B) Fatwa para fakih dan ulama Suni pada masa itu telah menuduh Ibnu Taimiyah tidak bermoral, dan bahkan pada masa itu juga telah mengucilkan serta menyingkapkan praktik bid’ahnya.
Ketika pendapat Ibnu Taimiyah mengenai pergi berziarah ke kubur-an suci Rasulullah saw dipaparkan dalam bentuk tulisan yang ditujukan kepada kadi tertinggi Mesir, Badr bin Jamaah, ia menulis kata-kata berikut ini pada halaman bagian bawah:
Pergi berziarah ke (kuburan suci) Rasulullah saw adalah perbuatan yang baik, sunnah dan seluruh ulama sepakat dengan suara bulat menyetujuinya.
Siapapun orangnya yang berpendapat, bahwa pergi berziarah ke kuburan suci Rasulullah saw bertentangan dengan hukum agama, maka harus diberi tindakan yang keras oleh para ulama, serta harus dilarang dari membuat pernyataan-pernyataan seperti itu. Bilamana tindakan ini tidak efektif, maka pelakunya harus dipenjarakan serta diberitahu kepada khalayak luas agar umat Islam nanti tidak mengikuti ajarannya.
Tidak hanya fakih tertinggi dari Mazhab Syafi’i yang mengeluarkan pernyataan seperti itu, tetapi juga para fakih tertinggi dari Mazhab Maliki dan Hambali di Mesir juga membenarkan pernyataan ini dalam cara-caranya masing-masing. Untuk lebih detailnya, Anda dapat merujuk kepada Dafa asy-Syubhah yang ditulis oleh Taqiyuddin Hasni.
Selain daripada ini, penulis yang sezaman dengannya, Dzahabi— seorang penulis besar pada abad ke-8 Hijrah dan telah menulis karya-karya berharga tentang sejarah dan biografi—telah, dalam sepucuk surat kepada Ibnu Taimiyah, menyamakan Ibnu Taimiyah dengan Hajjaj Tsaqafi sejauh memperhatikan penyebaran penyelewengan dan penyimpangan yang dilakukannya. Surat itu telah dicatat oleh penulis dari Takmalah as-Sayf as-Sayqal pada halaman 190 dalam bukunya. Almarhum Allamah Amini juga mengaitkan teks dari surat itu pada jilid kelima dalam buku Al-Ghadir halaman 87-88. Bagi yang berminat silahkan merujuk kepada buku-buku itu.
Ketika Ibnu Taimiyah wafat pada tahun 728 H di dalam penjara Damaskus, gerakannya cenderung menurun. Lewat seorang muridnya yang terkenal Ibnu Qayyim, dia mulai terjun melakukan propaganda pandangan-pandangan gurunya, dan kemudian tidak ada jejak-jejak tentang keyakinan dan gagasan itu yang tersisa pada periode-periode berikutnya.
Akan tetapi manakala putra Abdul Wahab itu berada di bawah pengaruh keyakinan Ibnu Taimiyah dan ketika Sa’ud memberi dukungan kepadanya untuk memperkuat fondasi kekuasaan mereka sendiri atas wilayah Najd, sekali lagi praktik bid’ah dari ajaran-ajaran Ibnu Taimiyyah bertunas dalam pemikiran sejumlah orang di Najd. Dalam kelemahan purbasangka yang kaku dan sayangnya atas nama tauhid, suatu peristiwa mandi darah timbul mencuat di bawah nama jihad terhadap kaum kafir dan kaum yang syirik. Sepuluh ribu laki-laki, perempuan dan anak-anak dikorbankan untuk itu.
Sekali lagi, satu sekte baru tiba-tiba berkembang dalam komunitas Muslim. Rasa sesal muncul saat terbentuknya kekuasaan Haramain Syarifain (pelindung dua tempat suci) yang ditempatkan di bawah kepe-milikan kelompok ini, sebagai hasil dari bentuk kompromi dengan Inggris dan negara-negara adikuasa lainnya pada masa itu. Juga disebabkan oleh bubarnya Khilafah Utsmani, serta pembagian negara-negara Arab di antara kalangan negara adikuasa, kaum Wahabi yang berasal Najd mendapatkan kontrol atas daerah Makkah dan Madinah, begitu juga dengan peninggalan Islam. Mereka mengerahkan seluruh daya usaha dalam menghancurkan makam-makam para wali Allah, dan dalam pelanggaran dengan penghinaan terhadap keturunan Nabi saw dengan meruntuhkan kuburan-kuburan mereka dan peninggalan-peninggalan historis lain yang disandarkan kepada mereka.
Pada saat itu, para ulama Syi’ah bersama-sama para ulama Suni, sebagai-mana telah kami sebutkan di muka, berusaha sangat keras mengkritik pandangan-pandangan Abdul Wahab. Kedua kelompok memulai jihad ilmu dan logika dalam sikap yang sebaik mungkin.
Penyangkalan pertama yang ditulis para ulama Suni atas pandangan-pandangan Muhammad Abdul Wahab adalah buku yang berjudul Ash-Shawaiq al-Ilahiyyah fi Radd ‘ala al-Wahabiyyah oleh Sulaiman bin Abdul Wahab, saudara Muhammad bin Abdul Wahab.
Buku pertama yang ditulis para ulama Syi’ah untuk menyangkal pandangan Muhammad bin Abdul Wahab adalah Manhaj ar-Rasyad ditulis oleh almarhum yang sangat dihormati Syekh Ja’far Kasyif al-Ghitha yang wafat pada tahun 1228 H. Dia menulis buku ini sebagai jawaban kepada risalah yang berasal dari salah seorang amir di antara Dinasti Saud yang bernama Abdul Aziz bin Saud yang dikirim kepadanya. Dalam risalah itu, Abdul Aziz bin Saud telah telah mengumpulkan semua pandangan Muhammad bin Abdul Wahab dan mencoba membuktikan semua pandangan tersebut dari al-Quran dan Sunnah. Buku ini diterbitkan pada 1343 H di Najaf. Setelah terbitnya karya yang terkemuka ini, banyak kritik keilmuan ditulis mengenai kesesuaian gerakan-gerakan Wahabi di daerah itu. Sebagian besar buku-buku ini telah diterbitkan.
Tetapi sekarang, gerakan-gerakan Wahabi semakin berkembang sebagai hasil dari kemakmuran yang berlimpah ruah yang dihimpun dinasti kerajaan Saud dengan cara menjual minyak. Setiap hari bekas-bekas peninggalan sejarah Islam dihancurkan. Sesuatu yang memberi dorongan kepada gerakan mereka adalah kode-kode rahasia dan restu yang diberikan oleh majikan-majikan Barat mereka, yang sangat dicemaskan oleh persatuan umat Islam.
 Rasa takut mereka kepada persatuan Islam ini lebih dari ketakutan mereka terhadap komunis internasional. Karena tidak ada pilihan lain terkecuali menuntas habis penciptaan agama-agama dan keimanan, sehingga mereka menghambur-hamburkan uang, yang mereka bayarkan kepada pemerintahan Wahabi demi minyak, dan, pada akhirnya, menghalang-halangi persatuan umat Islam dan menggiring mereka untuk saling menuding sebagai tidak bermoral, serta saling mengucil-kan diri mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar