Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 204-209



Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 204-209
Ayat ke-204:
Artinya:
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan persaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras.
Ayat ini menyinggung nifak sekelompok Munafikin dan menjelaskan bahwa sebagian masyarakat menyatakan keimanan dengan ucapan dan mereka berbicara tentang kehidupan dunia sedemikian rupa, sehingga orang-orang Mukmin terkesan dan hormat dengan ucapan-ucapan mereka. Al-Quran mengingatkan soal bahayanya orang-orang Munafik tadi dan menganjurkan Muslimin agar waspada dan tidak mempercayai mereka itu. Mereka tidak memiliki iman di dalam hati, melainkan mereka bermusuhan terhadap Muslimin, namun mereka menyembunyikan permusuhan tersebut.


Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa jangan kita termakan tipuan ucapan-ucapan indah dan propaganda-propaganda menarik. Kita harus lihat apakah mendasari motif pembicara tadi dan apa tujuannya, adakah pembicaraannya tersebut memperkuat sifat materialisme di dalam diri kita, atau sebaliknya mengingatkan kita kepada Allah Swt.
Ayat ke-205:
Artinya:
Dan apabila ia berpaling dari kamu, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.


Orang-orang yang berbicara dengan ucapan-ucapan yang indah dan berjanji, jika mereka sampai pada kursi kekuasaan, maka akan meluaskan kesejahteraan dan keamanan di dalam masyarakat, ketika mereka benar-benar berhasil menduduki kursi kekuasaan, guna memiliki harta yang banyak, mereka mengelabukan dan membuat rakyat menderita.
Selain ekonomi masyarakat yang mereka hancurkan, dan juga generasi muda tersesatkan karena ulah mereka.
Al-Quran di dalam ayat-ayat lain menyatakan, setiap kali orang-orang shalih mendapat kekuasaan, mereka berpikir untuk memperbaiki agama dan dunia rakyatnya, selain memperkokohkan shalat yang merupakan refleksi terbaik hubungan makhluk dengan Allah, juga menguatkan masyarakat dengan mengeluarkan zakat, yaitu hubungan dengan rakyat dan orang-orang tertindas.
Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa dalam menghadapi orang lain, jangan memperhatikan ucapan mereka saja, melainkan kita harus melihat, bagaimana tindak-tanduk mereka. Adakah mereka bekerja untuk kebaikan masyarakat ataupun menyebabkan luasnya kefasadan di tengah rakyat.
Ayat ke-206-207:
Artinya:
Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa, maka cukuplah balasannya neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha penyantun kepada hamba-hambaNya.
Melanjuti ayat-ayat sebelumnya berkaitan dengan kezaliman dan kefasadan Munafikin yang ahli dalam menipu. Ayat 206 menyingung tentang kesombongan mereka dan menyatakan bahwa sekiranya ada orang yang menasehati dan mencegah orang Munafik tadi agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Di sini, bukan saja ia tidak mau mendengar nasehat, malah semakin jadi melakukan perbuatan-perbutan fasad dan tak segan-segan melakukan segala tindakan. Namun, di balik manusia-manusia sombong dan mabuk dunia ini, ada orang-orang yang berjiwa suci dan pasrah serta taat kepada perintah Allah dan bersedia berkorban jiwa di jalan keridhaan Allah.
Di dalam kitab tafsir, disebutkan bahwa orang-orang Musyrik memutuskan untuk melakukan serangan terhadap rumah Rasul pada malam hari dengan tujuan membunuh beliau. Rasul mengetahui niat keji itu melalui wahyu dan berniat untuk segera keluar dari Mekkah. Namun agar para musuh tidak mencium kepergian beliau, Ali bin Abi Talib tidur di pembaringan Rasul dan berkorban jiwa untuk utusan Allah. Maka turunlah ayat 207 dan malam bersejarah itu dinamakan "Laylatul-Mabit"
Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Salah satu dari penyebab terulangnya dosa adalah kesombongan dan fanatisme serta keangkuhan terhadap kebenaran yang sepatutnya bertaubat dan menyesali, malah menambah tumpukan dosa.
2. Orang Mukmin adalah ahli berbuat. Ia melakukan transaksi dengan Allah dengan mencari keridhaan Allah, akan tetapi orang munafik bertransaksi dengan uang dan harta dunia, dan motifasinya adalah memperoleh keridhaan makhluk.
Ayat ke-208-209:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu menyimpang dari jalan Allah, sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.

Ayat ini menyeru orang-orang Mukmin kepada perdamaian dan ketenangan supaya masyarakat Islam menjadi seubah masyarakat yang akrab dan kompak serta membuang jauh-jauh perselisihan yang merupakan pedang setan guna menciptakan kebencian dan perpecahan. Pada umumnya, hal-hal seperti keturunan, bahasa dan kekayaan serta perbedaan-perbedaan lahiriyah dan materi menjadi sebab dan rangsangan bagi menuntut superioritas dan keunggulan dan hanya keimanan kepada Allah jualah yang dapat melahirkan kesatuan jiwa dan menjamin perdamaian yang sejati.
Dengan alasan itulah, dengan bersandar kepada argumentasi-argumentasi yang jelas dari sumber akal dan wahyu mengenai pentingnya menjauhi langkah-langkah syaitan, maka setiap perbuatan yang menghancurkan keharmonisan, kedamaian dan ketenangan sosial Islam, merupakan penyelewengan dari iman dan orang semacam ini harus tahu bahwa di hadapannya ada Allah yang Maha kuasa dan bijaksana.
Dari ayat ini kita dapat memetik beberapa pelajaran:
1. Kedamaian dan ketenangan hanya mungkin diwujudkan di bawah naungan keimanan yang sejati, dan tanpa iman serta bergantung kepada peraturan-peraturan buatan manusia, maka perang dan ketidak amanan tidak akan dapat disirnakan di muka bumi.
2. Setan adalah musuh persatuan dan setiap seruan yang bersifat memecah belah, adalah keluar dari tenggorokan syaitan.(IRIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar