Tafsir Al-Baqarah ayat 31-33 Ayat ke-31:و علم آدم الاسماء کلها ثم عرضهم علی الملئکة فقال انبئونی بأسماء هؤلاء ان کنتم صدقین Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepda para Malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-beda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.
Untuk membuktikan kelayakan manusia kepada para malaikat, Allah swt menguji kedua pihak. Mula-mula Allah mengajarkan kepada mereka ilmu-ilmu pengetahuan, lalu Allah mengajukan pertanyaan kepada mereka. Al-Quranul Karim sama sekali tidak menjelaskan ilmu pengetahuan apa yang diajarkan kepada mereka itu. Namun mayoritas mufassirin meyakini bahwa Allah mengenalkan kepada manusia alam yang ada pada awal penciptaan dan mengajarkan nama-nama semua itu. Itulah potensi-potensi dan kemampuan berpikir untuk mengenali segala sesuatu yang Allah ciptakan di dalam diri kita umat manusia. Oleh karena para malaikat mengira bahwa berkat ibadah yang mereka lakukan dan itu artinya mereka lebih unggul dari pada manusia, maka mula-mula Allah menguji mereka, dan berkata, "Jika dugaan kalian itu benar, maka sebutkanlah nama hakikat-hakikat itu, yang telah Aku ajarkan kepada kalian". Akan tetapi para malaikat menyadari kekeliruan mereka, dan mereka baru mengetahui bahwa ibadah dan tasbih saja, bukan ukuran pilihan Allah, dan khalifah ilahi harus memiliki posisi dan kedudukan ilmu pengetahuan yang tinggi. Dalam menjawab pertanyaan Allah, para Malaikat berkata, "Ya Allah, Engkau Maha Suci dari segala perbuatan yang tanpa alasan dan tanpa kebijaksanaan. Kami yakin bahwa dalam penciptaan dan khilafah keturunan manusia di bumi, terkandung hikmah dan maslahat yang amat besar yang lebih tinggi dari pada kejahatan yang ada pada sebagian manusia. Dan berdasarkan maslahat itulah maka Engkau menciptakan Adam. Ya Allah, selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, maka kami tidak mengetahui apa-apa; dan pertanyaan kami timbul dari ketidaktahuan kami akan persoalan ini, yaitu bahwa ternyata manusia memiliki kelebihan dan memiliki potensi serta kekuatan sedemikian besar. Ya Allah Engkaulah yang mengetahui segala sesuatu dan selalu berbuat sesuatu berdasarkan hikmah kebijaksanaan. Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Guru pertama yang mengajar manusia ialah Allah yang memberi kekuatan berpikir dan memahami hakikat-hakikat kepada manusia. Kekuatan yang semua pengetahuan manusia berkat potensi ilahi tersebut.
2. Manusia memiliki potensi dan kelayakan untuk menerima seluruh ilmu pengetahuan dan membuka hakikat-hakikat alam kehidupan, meskipun kini manusia masih berada di awal perjalanan sementara hal-hal yang tidak diketahui masih banyak.
3. Kelebihan manusia di atas segala makhluk, termasuk malaikat terletak di dalam ilmu pengetahuan dan kemampuannya berpikir, yang hal itu sendiri merupakan ibadah terbesar.
4. Khalifah ilahi dan pemimpin Islam, lebih dari ibadat dan tasbih, memerlukan ilmu dan pengetahuan. Oleh sebab itu, untuk membuktikan kelebihtinggian manusia, Allah mengajukan ilmu pengetahuan manusia.
5. Pengajar sesungguhnya ialah Allah swt. Sedangkan guru dan kitab adalah alat belajar mengajar. Ayat ke-32-33: قالوا سبحنک لا علم لنا الا ما علمتنا انک انت العلیم الحکیم. قال یا آدم انبئهم بأسمائهم فلما انبئهم بآسمائهم قال الم اقل لکم انی اعلم غیب السموت والارض و اعلم ما تبدون و ما کنتم تکتمون. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkankepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: Hai Adam. Beritahukanlah kepada mereka dengan nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yagn kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan? Di dalam ujian tersebut Adam as mencapai keberhasilan, dan berdasarkan ajaran ilahi, nama-nama dan rahasia-rahasia kehidupan ia terangkan kepada para malaikat. Hal itu membuat mereka menyadari hakikat bahwa Allah swt telah memberi potensi dan kemampuan belajar kepada manusia, dimana hal itulah yang tidak mereka miliki. Setelah ujian ini, Allah berbicara kepada para malaikat dan mengatakan: "Kalian mengira bahwa kalian lebih pantas dari siapa pun untuk memangku jabatan sebagai khalifatullah. Akan tetapi kalian menyembunyikan hal tersebut dan tidak menjelaskannya dengan tegas. Akan tetapi ketahuilah bahwa sebagaimana Allah mengetahui hal-hal yang kalian lahirkan, Dia juga mengetahui hal-hal yang kalian sembunyikan di dalam hati kalian. Demikian pula Allah mengetahui batin dan rahasia seluruh alam, dan tak ada suatu apa pun yang terlepas dari pengetahuan-Nya. Penekanan ayat ini akan pengetahuan Allah berkenaan dengan lahir dan batin manusia juga segala sesuatu, adalah karena sesungguhnya ayat ini ingin mengatakan bahwa kalian, para malaikat (dan siapa saja selain Allah) yang tidak mengetahui rahasia-rahasia alam, dan hanya melihat lahir segala sesuatu, jangan sekali-kali mencampuri perbuatan Allah yang mengetahui segala sesuatu dan menciptakan semua ini berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan. Jika di dalam ciptaan Allah ini kalian melihat seakan terdapat kekurangan dan ketimpangan, maka hal itu tak lain adalah karena ketidaktahuan kalian. Bukannya terdapat kekurangan di dalam perbuatan Allah. Dari dua ayat tadi terdapat tujuh poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Permintaan maaf yang dilakukan dengan segera, karena mengatakan sesuatu tidak pada tempatnya, merupakan sopan santun malakuti. Para malaikat, begitu menyadari bahwa mereka telah mengatakan sesuatu yang keliru, meminta maaf kepada Allah dengan mengucapkan: Subhaanak: Maha Suci Engkau ya Allah".
2. Janganlah kita merasa malu mengatakan tidak tahu, kalau memang kita tidak tahu. Para malaikat Ilahi dengan tegas mengakui ketidaktahuan mereka dan mengatakan: Laa ilma lanaa.
3. Permintaan maaf dan taubat, sumber keselamatan. Para malaikat yang mengira bahwa ibadah dan tasbih yang ia lakukan terus menerus itu, sebagai alasan kelebihan mereka terhadap manusia, ketika kenyataan sebenarnya sudah jelas bagi mereka, mereka langsung meminta maaf, yang diterima oleh Allah. Akan tetapi, setan yang diciptakan dari api, dan menganggap hal itu sebagai kelebihannya terhadap manusia yang diciptakan dari tanah, lalu ia bersikeras dengan anggapan kelirunya itu, maka Allah mengusirnya dari surga dan menjauhkannya dari rahmat-Nya yang Maha Luas.
4. Dari segi ilmu pengetahuan dan potensi mengembangkan pengetahuan, manusia memiliki keunggulan di atas malaikat. Oleh karena itu hal-hal yang tidak diketahui oleh para malaikat, Adam as mengetahuinya.
5. Untuk membuktikan kelayakan dan kelebihan, perlu diadakan tes dan ujian. Meskipun Allah mengetahui kelebihan Adam terhadap para malaikat, namun untuk membuktikan kepada selain-Nya, Allah mengadakan tes dan ujian.
6. Para malaikat tidak memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang gaib dari dirinya sendiri. Akan tetapi mereka mengetahui hal-hal yang gaib sekedar yang diizinkan dan diberitahukan oleh Allah swt. Di dalam beberapa ayat sebelumnya Allah swt berfirman, "Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui. Dan ayat ini mengatakan, "Aku mengetahui kegaiban di langit dan di bumi."
7. Kesempatan-kesempatan harus disediakan bagi perkembangan dan pengaktifan potensi-potensi. Dengan mengadakan sebuah ujian, Allah swt telah memunculkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Adam, sehingga manusia menyadari akan kelayakan dirinya, demikian pula selain manusia agar mengetahui adanya kelebihan tersebut. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar