Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 87-90



Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 87-90
Ayat ke-87:

Artinya:
 
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan Rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?

Ayat ini menyinggung tentang rahmat Allah yang berterusan untuk membimbing umat manusia dan menyebutkan bahwa setelah Musa, Allah mengutus nabi-nabi lain untuk Bani Israil yang di antara mereka adalah Nabi Isa as. Namun kecintaan kepada dunia dan ketaatan kepada hawa nafsu telah menguasai mereka sehingga mereka enggan mengikuti dan mempercayai nabi-nabi tersebut, bahkan sebagian dari nabi-nabi itu ada yang mereka bunuh, dikarenakan para nabi itu tidak bersedia menuruti selera mereka yang melanggar syariat.
Ayat ke-88:

Artinya:
 
Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.


Orang-orang yang berjiwa batu dan keras kepala memberikan jawaban demikian dengan tujuan mengejek dan mempermainkan, yaitu bahwa kami tidak memahami perkataan-perkataan nabi dan kami tidak dapat menerima sesuatu yang tidak kami pahami. Al-Quran menjawab omongan mereka ini bahwa perkataan para nabi adalah mudah dipahami oleh masyarakat, akan tetapi dalam kasus Bani Israil, jiwa degil dan suka menutupi kebenaran, menyebabkan mereka tidak mampu memahami kebenaran dan sedikit diantara mereka yang beriman. Intinya, ketaatan kepada hawa nafsu telah menyebabkan pikiran dan hati manusia tertutup oleh tirai-tirai tebal egoisme, dan kelompok semacam ini hanya dapat melihat hakekat dan suatu perkara dari kaca mata materi yang tampak dan kasat mata. Akibatnya, mereka mengingkari ma'rifah-ma'rifah samawi.
Dari dua ayat di atas terdapat lima pelajaran yang bisa kita petik, antara lain:
1. Di hadapan semua perintah Allah Swt, kita harus tunduk dan pasrah, bukannya kita terima jika sesuai dengan selera dan kecenderungan kita, dan kita tidak boleh meninggalkan apa saja yang kita tidak ingini, jika demikian, maka berarti kita mentaati hawa nafsu, bukannya perintah ilahi.
2. Marilah kita sebisa mungkin menyakini bahwa Allah senantiasa melihat atau menyaksikan apa yang kita lakukan dan kita ketahui, jika kita melupakannya, maka Dia tidak melupakan kita dan mengetahui apa saja yang kita perbuat.
3. Semua manusia di sisi perintah dan hukum Allah adalah sama, adapun sebagian orang berpikiran bahwa mereka memiliki etnis yang lebih unggul dan lebih dicintai oleh Allah semuanya adalah khayalan yang batil dan salah, dan bayangan yang salah ini tidak meringankan siksa orang-orang yang berbuat dosa.
4. Allah Swt untuk membimbing manusia, telah mengutus banyak sekali nabi, namun sayangnya manusia yang sepatutnya mensyukuri nikmat tersebut, malah berupaya membantah dan membunuh para nabi.
5. Kebahagian dan kebinasaan manusia berada ditangannya. Jika ada sekelompok manusia yang mendapat murka dan laknat Tuhan, itu semua dikarenakan kekafiran dan kekerasan kepalanya. Karena Allah telah memberikan peluang kepada semua manusia untuk memperoleh hidayah dan petunjuk melalui para nabi yang diutusnya.
Ayat ke-89

Artinya:
 
Dan setelah datang kepada mereka Al Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk medapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.
Pada ayat sebelumnya, telah dijelaskan mengenai contoh-contoh kekafiran dan sifat keras kepala Bani Israel terhadap Nabi Musa as dan perintah-perintah Taurat. Sedangkan ayat ini berbicara tentang orang-orang Yahudi yang hidup pada permulaan Islam, yang berdasarkan petunjuk-petunjuk yang tertulis di Taurat mengenai Nabi Islam, mereka menunggunya dengan berhijrah dari kota dan rumah mereka ke Hijaz. Orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah dan sekitarnya, kepada orang-orang musyrikin Madinah berkata bahwa secepatnya seorang Rasul yang bernama Muhammad akan diutus dan kami akan beriman kepadanya; dan ia akan mengalahkan semua musuh-musuhnya.

Tetapi ketika Nabi hijrah ke Madinah, musyrikin Madinah beriman kepadanya, sedangkan orang-orang Yahudi, akibat fanatik dan cinta dunia, mengingkarinya dan mendustakan apa-apa yang ada di dalam Taurat. Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu dan pengetahuan saja tidaklah cukup. Diperlukan semangat menerima kebenaran dan penyerahan diri. Walaupun orang-orang Yahudi khususnya para cendikiawan mereka, telah mengetahui kebenaran Nabi Islam, tetapi mereka tidak siap menerima kebenaran dan tunduk di hadapannya.
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang bisa kita petik, antara lain:
1. Semua agama ilahi saling membenarkan dan bukan saling berhadap-hadapan.
2. Jangan bersandar pada sambutan pihak lain. Orang Yahudi selama ini menanti pengutusan Nabi Muhammad saw, tapi setelah beliau diutus, mereka justru mengingkarinya.
3. Mengenal kebenaran saja tidak cukup. Betapa banyak orang yang memahami kebenaran, tapi menjadi kafir akibat sikap keras kepala.
Ayat ke-90:

Artinya:
 
Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.
Orang Yahudi mengharapkan bahwa Nabi besar Islam juga dari etnis Bani Israel, sehingga mereka akan beriman kepadanya, tetapi karena mereka tidak melihat hal tersebut, maka karena fanatisme etnis dan kedengkian, mereka tidak bersedia memeluk Islam, bahkan mereka memprotes kebijaksanaan Allah ini. Ya! orang Yahudi dengan hal ini telah melakukan jual beli yang membawa kerugian. Karena untuk beriman kepada Nabi yang dijanjikan, mereka telah menempuh perjalanan yang sulit dan tinggal di Madinah.
Mereka sendiri sesungguhnya adalah penyeru kepada ajaran Islam. Hanya karena kedengkian dan sikap keras kepala, mereka mengingkarinya, dan menjual harga diri mereka dengan kedengkian, tanpa mencapai tujuan mereka.
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang bisa kita petik, antara lain:
1. Tolok ukur agama masyarakat adalah motifasi mereka.
2. Hasud menjadi sumber kekafiran. Orang Yahudi berhasrat Nabi Muhammad saw berasal dari etnis mereka, tapi setelah terbukti tidak demikian, mereka lalu menjadi kafir.
3. Kenabian adalah keutamaan ilahi.
4. Ketidakpuasan manusia tidak berdampak pada kebijakan Allah Swt.
5. Interaksi paling buruk dari manusia adalah membeli siksa Allah dengan badannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar