Laman

Kamis, 13 Oktober 2011

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 143-148



Tafsir Surat Ali Imran Ayat 143-148
Ayat 143:
Artinya:
Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya.
Sewaktu muslimin menang dalam perang Badr, beberapa orang mati syahid, sebagian muslimin mengatakan, "Seandainya kita syahid dalam perang Badr." Tapi ternyata orang-orang tersebut dalam perang Uhud lari setelah menyaksikan tanda-tanda kekalahan dan membiarkan Rasul. Ayat ini mencela orang-orang ini dan berkata, "Mengapa dalam praktik, ketika jiwa kalian terancam, kalian hanya menjadi penonton dan tidak membela agama Tuhan dan Rasulnya?"


Dari ayat ini kita peroleh beberapa pelajaran:
1. Janganlah kalian tertipu oleh harapan karena tidaklah jalan, dalam praktek, bagaimana kita bisa lulus dari ujian-ujian Tuhan?
2. Banyak orang yang mendakwa beriman namun sedikit sekali yang bersedia berkorban jiwa dan istiqamah.
Ayat ke 144
Artinya:
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
Dari peristiwa yang terjadi dalam perang Uhud, adalah isu tentang syahadah Rasul Saw. Darah yang mengalir dari luka kering dan wajah Rasul Saw sedemikian rupa sehingga salah seorang dari anggota musuh berteriak, "Muhammad telah terbunuh!" isu ini telah menyebabkan keceriaan dan menguatnya jiwa orang-orang kafir dan dari sisi lain telah menyebabkan larinya sejumlah muslimin. Akan tetapi ditengah-tengah mereka, terdapat orang yang berteriak, "Jika Muhammad tidak ada sekalipun tapi jalan Muhammad dan Tuhan Muhammad masih hidup. Mengapa kalian lari?
Ayat ini ditujukan kepada muslimin bahwa sebelum Nabi kalian banyak sekali nabi yang datang. Apakah dengan kematian para Nabi tersebut, lalu para pengikut mereka menjadi murtad, sehingga kalian setelah ditinggal oleh Rasul (Muhammad) sedemikian cepat berubah dan goyah dan berfikir untuk lari? Padahal Nabi masih hidup dan ini tidaklah lebih dari isu yang disebarluaskan oleh musuh, adakah syukur terhadap keberadaan Rasul adalah dengan begitu mudah kalian meninggalkan agamanya?
Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Para Nabi seperti manusia-manusia lainnya mengikuti undang-undang alam dalam soal mati dan hidup. Janganlah kita mengharapkan mereka hidup abadi.
2. Usia Nabi adalah terbatas, bukan jalannya. Kita adalah penyembah Tuhan, bukan penyembah individu, yang melepaskan Islam karena kewafatan dan kesyahidan Rasul Saw?
3. Kemurtadan manusia tidaklah merugikan agama dan tuhannya, karena Tuhan tidak memerlukan ibadah manusia, apalagi ibadah dan amal perbuatan tak berarti dari mereka.
4. Marilah kita mantapkan keimanan kita sehingga wafatnya Rasul tidak akan menggoyahkannya.
Ayat ke 145
Artinya:
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur
.
Salah satu dari alasan terpenting lain dari perang adalah memelihara jiwa dari bahaya mati dan alangkah banyak lelaki tua yang pergi berperang dan kembali dalam keadaan selamat dan betapa banyak pemuda yang lain dari perang, namun di belakang front, mereka mengalami kecelakaan dan mati.
Lalu al-Quran menyentuh motivasi para peserta dalam perang dan berkata, "Ada sekelompok yang dengan motivasi mengumpulkan harta benda dan mendapatkan bagian baitulmal mereka pergi ke medan tempur, untuk meraih maksudnya itu. Sementara ada juga yang melakukannya untuk Allah dan motivasi untuk memperoleh pahala akhirat atau syahadah, dimana mereka ini akan sampai kepada apa yang dikehendakinya.
Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Dengan lari dari perang, tidak dapat lari dari kematian, bukannya setiap orang yang pergi ke medan tempur, dia terbunuh dan setiap yang berada dirumah hidup.
2. Kematian bukannya ada ditangan kita, namun motivasi perbuatan adalah di tangan kita. Daripada menjadikan dunia fana ini sebagai tujuan kita, maka kita jadikan alam akhirat sebagai tujuan, karena kematian merupakan permulaan kehidupan akhirat bukannya akhir.
Ayat ke 146
Artinya:
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Sejarah para nabi senantiasa diisi dengan perjuangan.
2. Ketika kita merasa lemah, maka hendaknya kita belajar dari tokoh-tokoh pejuang.
3. Perang dan jihad adalah hak bila dilakukan di bawah pengawasan para pemimpin ilahi.
4. Betapa banyak para pejuang yang alim dan arif.
5. Iman kepada Allah adalah sumber perjuangan.
Ayat ke 147-148
Artinya:
Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Tidak ada doa mereka selain ucapan, "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan."
Menyusuli ayat sebelumnya yang mengkritik ketidaktaatan dan larinya muslimin dalam perang Uhud, ayat ini menyentuh soal sejarah para Nabi dan berkata, "Sebelum kalian ada banyak sekali Nabi, yang berperang di jalan Allah dan memiliki sahabat mukmin dan mukhlis yang sama sekali tidak dapat dipatahkan keimanannya oleh kesulitan-kesulitan luka dan sama sekali tidak menunjukkan kelemahan. Mengapa kalian tidak mengikuti mereka dan mengapa kalian meninggalkan Rasul Saw sendirian dan melepasknya di tengah-tengah kerumunan musuh?"
Tatkala itu al-Quran mengemukakan keistimewaan pejuang-pejuang mukhlis dengan menyatakan mereka dengan semua upaya dan jihad yang mereka lakukan, namun sama sekali tidak melupakan doa dan munajat dan meminta kemenangan kebenaran dan kemusnahan kufur dari Tuhan.
Allah Swt mengabulkan doa mereka dan dengan memenangkan mereka keatas orang-orang kafir mereka mendapatkan rampasan-rampasan perang dan kemewhan materi layak mendapatkan pahala akhirat yang baik.
Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Marilah kita ambil pelajaran dan hikmah dari tokoh-tokoh sejarah dan ketabahan mereka di jalan kebenaran, dan kita jauhi kemalasan dan kelemahan.
2. Keimanan kepada Allah adalah sumber ketabahan dan istiqamah dalam medan perang.
3. Sejarah para Nabi adalah disertai dengan jihad, bukannya kehidupan dalam kesejahteraan dan kemudahan.
4. Pelaksanaan tugas dan ketabahan dalam menunaikan tugas adalah penting, baik menang maupun kalah.
5-Di antara faktor kekalahan dan kegagalan dalam perang adalah dosa dan berhambur-hamburan atau istilah qurannya Israf. (IRIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar