Laman

Kamis, 13 Oktober 2011

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 35-39



Tafsir Surat Ali Imran Ayat 35-39
Ayat ke 35-36
Artinya:
(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".


Melanjuti isyarat sebelumnya tentang keluarga Imran dalam ayat 33, ayat ini pertama menjelaskan latar belakang kelahiran Sayyidah Maryam putri Imran dan anaknya Nabi Isa. Kisah ini membuat surat ketiga dari al-Quran diberi nama Ali Imran.
Sebagaimana halnya dalam kitab sejarah dan tafsir disebutkan, Imran dan Zakariya dua orang Nabi dan tokoh terkemuka Bani Israel yang mengambil dua bersaudari sebagai isteri. Namun tak satupun yang melahirkan anak. Sampai, istri Imran bernazar, jika Tuhan memberikan anak kepada mereka, maka ia akan menjadikan sebagai abdi Baitul Maqdis dan membebaskannya di jalan Tuhan. Permintaan dan hajatnya itu dikabulkan, namun ketika putranya itu lahir dan dilihatnya perempuan, ia jatuh khawatir, karena belum ada ceritanya, seorang gadis menjadi abdi Baitul Maqdis.
Al-Quran di sini mengingatkan, Allah Swt memberikan anak berdasarkan hikmah dan maslahat dan lebih bijaksana, untuk memberikan laki-laki atau wanita. Oleh karena itu, meskipun anak perempuan, namun lebih baik dari anak lelaki yang diimpikan oleh ibunya dan memiliki kesempurnaan-kesempurnaan, di antaranya ia kelak menjadi ibu Nabi Isa.
Dari ayat ini, kita petik beberapa pelajaran:
1. Orang yang berpikiran jauh sebelum kelahiran anaknya, telah berpikir untuk membimbing anaknya itu ke jalan kehidupan yang benar dan mewakafkannya dalam pengabdian agama dan masyarakat.
2. Pengabdian kepada masjid begitu bernilai sehingga manusia-manusia suci dalam sejarah menazarkan anak mereka untuk mengabdikan dirinya pada cita-cita suci.
3. Pilihlah nama-nama yang baik untuk anak-anak kalian. Istri Imran menamakan anaknya dengan Maryam yang berarti manusia ahli ibadah dan pengabdi.
4. Untuk pendidikan anak, janganlah kita bersandar hanya kepada usaha kita sendiri, melainkan harus disertai dengan doa agar supaya Tuhan menjaganya dari gangguan dan perangkap Setan.

Ayat ke 37
Artinya:
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
Sebagaimana dalam ayat sebelum ini, telah kami sebutkan bahwa ibu Sayyidah Maryam bernazar, bahwa anaknya itu akan diabdikan kepada Baitul Maqdis. Oleh karenanya, ia berharap anaknya itu lelaki, supaya nazarnya dapat diwujudkan. Namun Allah Swt mengilhamkan kepadanya bahwa anaknya perempuannya itu dapat diterima sebagai pengabdi Baitul Maqdis.
Ayah Maryam, sebelum kelahirannya, telah meninggal dan ibunya membawanya ke Baitul Maqdis. Kepada orang orang Yahudi ia berkata, "Anak ini adalah hadiah dari Baitul Maqdis. Maka pengasuhannya harus dipikul oleh salah seorang dari kalian." Zakariya akhirnya menerima pengasuhan anak itu.
Maryam dibesarkan di bawah asuhan Zakariya. Namun ketekunan Ibadah Zakariya membuatnya terlupa untuk menyediakan makanan. Oleh karenanya, Tuhan mengirimkan makanan dari surga untuk Sayyidah Maryam dan setiap kali Zakariya datang ke tempat ibadah Maryam, ia menyaksikan makanan-makanan khusus terhidang di kamarnya.
Dari ayat ini, kita ambil beberapa pelajaran.
1. Pekerjaan jika untuk Allah, maka Allah Swt hari demi hari akan memperluas dan mengembangkannya.
2. Wanita,dapat maju mencapai kesempurnaan spiritual sehingga Nabi Tuhan tertegun menyaksikannya.
3. Kalau kita menunaikan tugas dalam penyembahan Allah dengan baik, maka Tuhan akan melaksnakan tugas-Nya dalam menyampaikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya dengan baik.
Ayat ke 38 dan 39
Artinya:
Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh".
Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan Sayyidah Maryam sebagai konsekuensi atas nazar ibunya di Baitul Maqdis, ia menjadi abdi Baitul Maqdis. Ia melewati waktu-waktunya untuk beribadah dan sedemikian tenggelam dalam munajat, sehingga ia lupa makan. Namun setiap kali Zakariya, pengasuhnya, masuk ke tempat peribadatannya, maka di sisi Maryam, terdapat makanan-makanan langit.
Pada suatu kesempatan, ketika Zakariya melihatnya, ia begitu keheranan dan meminta kepada Allah agar menganugerahkan kepada isterinya seorang anak yang beriman dan suci seperti halnya ibu Maryam yang telah diberikan seorang anak suci, padahal ibu Maryam adalah mandul.
Permohonan Zakariya ini dikabulkan dan tat kala ia sibuk beribadah, malaikat turun kepadanya dan memberikan berita gembira kepadanya bahwa tak lama lagi, ia akan diberi seorang anak bernama Yahya. Seorang anak lelaki yang punya berbagai kelebihan.
Pertama, Yahya akan mengimani Nabi Zamannya, padahal ia sendiri lebih tua dari Isa dan di kalangan masyarakat lebih dikenal dari Isa dengan kezuhudan dan kesucian, dan perbuatannya ini mendorong masyarakat untuk meyakini Nabi Isa as.
Kedua dari sisi akhlak dan prilaku baik, ia dipandang oleh masyarakat sebagai sesepuh dan kyainya.
Ketiga, ia jauh dari hawa nafsu dan kecenderungan duniawi dan sama sekali tidak pernah terlumuri dengan dunia dan lebih penting dari itu dikarenakan memiliki keistimewaan ini, ia dipilih oleh Allah sebagai nabi dan dalam golongan orang-orang saleh dan pembaharu.
Dari ayat ini, kita dapatkan beberapa pelajaran bahwa:
1. Nilai seorang anak adalah pada kesalehan dan kesuciannya, bukan kelaminnya, laki-laki atau perempuan.
2. Tuhan semesta alam dalam kaitan ini memberikan Imran anak perempuan dan kepada Zakariya anak laki laki, namun keduanya adalah orang orang suci dalam lembaran sejarah. (IRIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar