Ayat ke 163-164: Artinya:
Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak asda Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam pencitptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yagn berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (keringnya) dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan.
Bukti terbaik akan keesaan Allah Swt, adalah homogenitas antara unsur-unsur alam dari angin, hujan dan tanah yang menyediakan lahan bagi terwujudnya kehidupan dan tumbuhnya berbagai eksistensi.' Tatanan yang selaras ini dari satu sisi menunjukkan keesaan Allah Swt, dan dari sisi lain menunjukkan ilmu dan kekuasaan mutlak-Nya, dan dapat dikatakan, dunia bagaikan syair panjang indah yang memiliki bait yang banyak. Namun memiliki satu wazan dan kafiyah dan pada keseluruhannya menunjukkan bahwa seorang penyair tangguh yang menciptakannya. Ayat ini dengan menekankan keesaan Allah, menyentuh enam keagungan Allah dalam penciptaan, yang akan kami jelaskan secara ringkas. Pertama, inti penciptaan langit dan bumi. Bumi yang mana kita hidup di permukaannya dengan segenap kebesarannya merupakan salah sebuah planet dari tata surya, dimana tata surya salah satu dari ribuan galaksi. Kedua, perputaran bumi mengelilingi matahari yang menyebabkan adanya malam dan siang dan empat musim dalam setahun. Ketiga, kapal-kapal yang melayani manusia dengna membawa barang-barang dan penumpang dan meskipun sangat besar dan berat, tetapi tidak tengelam dalam air bahkan dengan tiupan angin, menempuh perjalanan panjang. Keempat, hujan yang Allah turunkan dari langit dan menyebabkan kehidupan kembali bumi dan diternukannya berbagai jenis fauna dan flora. Air bersih yang telah disterilisasi menyebabkan kesegaran udara dan lingkungan. Kelima, tiupan angin yang tidak menyebabkan bergeraknya kapal, melainkan menyebabkan penerbukan tetumbuhan, bergeraknya awan, perpindahan udara panas dan dingan dan bergantinya udara yang terpolusi kota dengan udara yang sehat. Keenam, mendung-mendung yang menanggung beban berat air, namun bertentangan dengan daya tarik bumi, bergelantung di antaa bumi dan langit dan memindahkan air dari satu tempat ke tempat yang lain. Jelas sekali, orang-orang yang sampai pada kesadaran akan keagungan dan keesaan Allah Swt, adalah orang-orang yang mau berpikir dan merenungkan tanda-tanda tadi, dan melewati tanda-tanda dengan kepedulian. Ayat ke-165: Artinya:
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah, dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah, amat berat siksaannya niscaya mereka menyesal. Meskipun semua pertanda wujud, di langit, bumi dan laut dari binatang dan tumbuh-tumbuhan memberikan kesaksian kepada keesaan Allah, namun bagi orang-orang yang tidak berpikir dalam tanda-tanda tadi, mereka hanya akan melihat sebab-sebab lahiriah, dan menyembah selain Allah. Adakalanya mereka menyembah berhala atau batu ciptaan tangannya sendiri dan tunduk di hadapannya dan mempersembahkan cinta kepadanya. Adakalanya beberapa manusia, meyakini peran seperti Allah dalam penciptaan dan perputaran alam yang mana siap berkorban untuknya. Semua kecintaan tadi sebagai ganti dari kecintaan kepada Allah, menempati jiwa dan akan menyebabkan ketundukan di hadapan sesembahan palsu tadi. Padahal, kelaziman iman kepada Allah adalah semua kecintaan manusia adalah untuk Allah dan di jalan Allah, dimana kecintaan ini akan dihasilkan berlandaskan makrifah dan pengetahuan, bukannya seperti kecintaan musyrikin terhadap sesembahan yang berdasarkan kepada kebodohan, khurafat, dan taqlid. Kendati, mereka yang pergi kepada selain Allah, jika mereka menyaksikan Kiamat, mereka akan memahami bahwa semua kekuatan adalah di tangan Allah dan mereka telah salah jalan berlindung kepada selain Allah untuk memperoleh kemuliaan dan kekuatan. Ayat ke-166: Artinya:
Yaitu orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari tangan orang-orang yang mengikutinya dan mereka melihat siksa, dan ketika segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Ayat ini merupakan peringatan, supaya manusia berwaspada dan lihatlah siapakah pemimpinmu? Siapakah yang engkau ikuti dan kepada siapakan engkau mempersembahkan cinta? Kita harus teliti dalam memilih pemimpin, karena masa depan kita hingga hari kiamat adalah bersangkutan dengannya dan pada hari itu, setiap orang akan dibangkitkan dengan sesiapa yang dicintainya. Kini marilah kita lihat pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari ayat-ayat di atas:
1. Mengenali alam, merupakan salah satu jalan pengenalan Allah Swt, karena alam merupakan tempat tajalli (penjelmaan) ilmu, kekuatan, dan kebijaksanaan Allah Swt.
2. Barang siapa dan apa saja yang menggantikan tempat kecintaan Allah merupakan petanda syirik dan jauh dari Allah.
3. Pada hari Kiamat, kecintaan-kecintaan palsu yang dibangun berdasarkan fantasi, akan berubah menjadi kebencian dan dengki.
4. Petanda iman dan kecintaan mendalam kepada Allah akan tampak dengan mengamalkan perintah-perintah-Nya. Para pemimpin tiran pada hari Kiamat bukan saja tidak memiliki kekuatan, bahkan begitu tidak setia, sehingga mereka berlepas tangan dari para pengikutnya.(IRIB) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar