Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 246-250



Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 246-250
Ayat ke 246-247:
Artinya:
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang". Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?". Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim.


Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Paska Nabi Musa as, Bani Israel kembali berada di bawah dominasi tiran atau thagut dikarenakan jiwa hedonisme mereka. Akhirnya mereka kehilangan tanah airnya sampai pada masa di mana sebagian dari mereka memutuskan untuk menentang tiran guna menyelamatkan diri dari keterlunta-luntaan yang mereka alami. Maka dari itu, mereka meminta kepada Nabi zaman itu supaya memilih seorang raja atau panglima yang memimpin perang melawan tiran. Meskipun Nabi melihat latar belakang Bani Israel, beliau tahu bahwa mereka tidak serius untuk berperang.
Namun supaya tidak ada lagi alasan buat mereka, maka Nabi tadi melantik Thalut seorang pemuda miskin dan penggembala binatang ternak sebagai panglima. Bani Israel manakala melihat yang dilantik jadi panglima bukan dari salah seorang pembesar kaum melainkan seorang pemuda miskin, maka mereka menolak kepemimpinan Thalut dan bahkan mereka mengaku lebih layak dari pada Thalut, padahal perang memerlukan lengan yang kuat dan strategi dan rencana yang baik, dimana hal itu lebih banyak terdapat pada diri Thalut dibanding lainnya dan karena alasan inilah Allah Swt melantik Thalut sebagai Panglima.
Dari ayat ini kita dapat memetik beberapa pelajaran:
1. Jihad untuk membela diri dan keluarga atau tanah air merupakan salah satu jenis dari jihad di jalan Allah.
2. Politik tidak terpisahkan dari agama. Disepanjang sejarah, para Nabi telah banyak berupaya untuk menyelamatkan ummat dari cengkeraman para penguasa dzalim dan mendirikan pemerintahan yang adil.
3. Kriteria benar untuk menerima tanggung jawab adalah kemampuan jasmani, keluasan pengetahuan untuk menunaikan tugas tadi, bukannya jumlah harta atau popularitas dan kedudukan.
Ayat ke-248:
Artinya:
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.
Manakala kaum Bani Israel yang bersifat keras kepala dan tidak bersedia menerima kepemimpinan Thalut, untuk merayu mereka supaya tunduk kepada perintah Allah, Nabi mereka mengatakan: "Wahai Bani Israel, ketahuilah bahwa Allah Swt akan mengembalikan kotak suci Bani Israel kepada kalian melalui Thalut. Kotak tersebut adalah kotak yang pernah digunakan oleh ibu Nabi Musa sebagi tempat bayinya (Nabi Musa) dan atas perintah Allah, ia melepaskannya di Sungai Nil.
Dengan cara inilah Allah Swt menyelamatkan Musa dari tentara Fir'aun, namun karena bayi itu sampai ke istana Fir'aun, maka lahirlah perasaan cinta di dalam jiwa Fir'aun dan isterinya kepada bayi tadi (Nabi Musa). Peti atau kotak itu disimpan di istana Fir'aun dan tatkala Musa dilantik sebagai utusan Allah (Nabi), Musa meletakkan kitab Taurat di dalamnya dan ketika hendak meninggal dunia, Musa menyimpan baju besi dan beberapa barang miliknya di kotak itu, dan mengamanatkannya kepada kaumnya.
Kotak ini disisi Bani Israel memiliki nilai sakral tersendiri dan dikultuskan. Mereka membawanya ke medan pertempuran untuk menjadi benda penenang dan penguatan spirit para tentara. Namun kotak itu jatuh ke tangan musuh dan hal ini membuat sedih Bani Israel. Sampai pada masa Thalut, dengan bantuan Tuhan, peti itu kembali ke pangkuan Bani Israel dan menjadi kebanggaan mereka.
Ayat ke-249:
Artinya:
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku". Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar".
Dalam ayat sebelum ini, telah dibicarakan bahwa ketika Allah Swt memilih Thalut sebagai komandan kaum Bani Israel, para pemuka atau tokoh masyarakat tidak bersedia menerimanya dan membuat alasan-alasan untuk lari dari perang. Dalam tahap berikutnya, kelompok yang menerima kepemimpinan Thalut bersama-sama Thalut keluar dari kota, namun guna menguji kadar kesetiaan dan ketaatan mereka, Thalut menjadikan sungai sebagai alat untuk menguji mereka dan berkata: "Para sahabat sejatiku adalah orang-orang yang bisa bertahan untuk tidak minum kendati mengalami kehausan melainkan hanya boleh mengambil air dengan telapak tangan terbuka dan membasahi mulutnya.
Ayat ini menyatakan bahwa banyak sekali orang yang tidak berhasil dalam ujian ini dan ketika mereka melihat air, serta-merta mereka tidak dapat bersabar untuk tidak meminumnya. Dalam tahapan ketiga, ketika berada berhadap-hadapan dengan musuh, mereka menyatakan takut dan merasakan tak berdaya menghadapi tentara Jalut dan hanya orang-orang Mukmin hakiki yang jiwa mereka sudah terpatri dengan keimanan kepada Allah saja yang istiqamah dan tetap tegah serta tidak takut menghadapi lautan tentara musuh.
Dari ayat ini, kita dapat memperoleh beberapa pelajaran:
1. Makanan dan minuman merupakan salah satu dari barang ujian Allah Swt, bukan hanya menjauhi yang haram saja, melainkan adakalanya harus menjauhi yang halal supaya para pengikut sejati dapat diketahui dari pengikut-pengikut palsu.
2. Keimanan pada hari akhir dan janji-janji Ilahi meningkatkan kemampuan manusia dalam menghadapi kesulitan.
3. Dalam perjuangan, poin yang penting adalah berlanjutnya perlawanan dan ketabahan. Dalam perlawanan Thalut dan Jalut, banyak sekali orang yang berslogan besar untuk berjuang melawan thagut (tiran), namun sedikit saja dari mereka yang bersedia berhadapan dengan musuh.
Ayat ke-250:
Artinya:
Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir".
Sebagaimana yang telah kami sebutkan bahwa Bani Israel manakala menyaksikan Jalut dan tentaranya, mereka jadi takut dan hanya para pengikutnya yang beriman secara seutuhnya bersedia berperang. Namun mereka juga tahu bahwa tanpa bantuan-bantuan ilahi, maka kemenangan ke atas tentara kuat Jalut merupakan hal yang mustahil. Maka dengan itu, mereka meminta pertolongan dari Allah dan memohon dariNya agar memberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Dari ayat ini kita dapat memetik beberapa pelajaran:
1. Doa akan berfungsi bila diiringi dengan upaya atau usaha. Bukannya doa menggantikan tempat upaya. Para sahabat sejati Thalut bergerak menujuk ke medan laga, dan selanjutnya mengangkat tangan berdoa untuk meraih kemenangan.
2. Tujuan orang-orang yang beriman adalah kemenangan kebanaran terhadap kebatilan, bukannya untuk mendapat keunggulan kaum atau etnis atas kaum lainnya. Oleh karenanya para sahabat Thalut meminta dari Allah agar memberikan kemenangan terhadap orang-orang Kafir. (IRIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar