Laman

Kamis, 13 Oktober 2011

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 73-76



Tafsir Surat Ali Imran Ayat 73-76
Ayat ke 73-74
Artinya:
Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui";


Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Dalam mengkaji ayat sebelum ini, kita dapati bahwa para pemuka Yahudi telah merancang taktik untuk melemahkan iman Muslimin; awalnya mereka beriman kepada Rasul dan kemudian menjadi kufur. Ayat ini menjelaskan kelanjutan konspirasi mereka. Mereka saling mengingatkan bahwa taktik ini bersifat rahasia dan tidak boleh dipercayakan kecuali terhdap orang-orang yang seagama, sekalipun terhadap Musyrikin agar rahasia ini tidak terbongkar.
Namun Allah Swt dalam ayat ini menyingkap niat buruk mereka dan memerintahkan Rasul-Nya berkata kepada mereka bahwa hidayah adalah dari Tuhan dan bukan untuk sesuatu etnik dan kaum tertentu. Di samping itu, konspirasi ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap orang-orang yang telah mendapat petunjuk ilahi, maka janganlah kalian berusaha keras dengan sia-sia.
Kelanjutan ayat menukil ucapan para pemuka Yahudi yang mengatakan, "Janganlah kalian pikir bahwa ada orang yang dapat memperoleh kebanggaan-kebanggaan dan kitab Samawi yang anda telah dapatkan ataupun pada hari Kiamat nanti di sisi Tuhan mereka dapat berdebat dengan kalian dan menang atas kalian. Kalian adalah kaum yang terbaik di dunia dan Nubuwwah (kenabian) serta akal yang lebih unggul hanyalah milik kalian."
Allah Swt berfirman, "Semua anugerah dan nikmat, baik itu kedudukan Nubuwwah, maupun argumentasi, semuanya dari Allah, dan Dia memberikan kepada siapa yang layak. Pemberian-Nya begitu luas, karena Dia mengetahui siapa yang berhak dan layak. Sesungguhnya kalian menunjukkan fanatisme tanpa dasar dan janganlah kalian anggap tuhan itu hanya milik kalian."
Dari ayat ini kita peroleh beberapa pelajaran:
1. Kemurahan Tuhan tidak terbatas pada golongan tertentu. Siapa saja yang menginginkannya dan layak, ia akan memperolehnya.
2. Para pembesar (tokoh) Ahlul Kitab cemas atas kecenderungan para pengikutnya kepada Islam. Oleh karenanya mereka senantiasa menyusun program untuk membendungnya.
Ayat ke 75-76
Artinya:
Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.
Sebagai lanjutan ayat-ayat sebelumnya, ayat ini mengajar Muslimin bagaimana bersikap obyektif dalam menyikapi para penentang dan mengatakan bahwa di tengah-tengah Ahlul Kitab juga dapat ditemukan orang-orang yang bersih dan jujur. Mereka akan mengembalikan apa saja yang diamanahkan (dititipkan) kepada mereka, namun pandangan rasialisme dan fanatisme telah menyebabkan sebagian mengira bahwa harta-harta milik selain Yahudi tidak perlu dihormati dan orang-orang Yahudi berhak mengambil amanat orang lain.
Herannya, pandangan menyeleweng ini diwarnai masalah keagamaan oleh mereka. Mereka berkata bahwa Tuhan telah mengizinkan mereka untuk merampas harta-harta selain milik orang Yahudi.
Dengan ini orang-orang Yahudi rasialis yang telah menduduki bumi Palestina dan mendirikan negara Israel, sama sekali tidak memelihara dasar-dasar kemanusiaan dan ketetapan internasional. Setiap hari mereka berupaya menguasai wilayah baru di negara-negara Islam. Maka Muslimin haruslah bangkit mengambil dan merampas haknya sendiri dan menempati kedudukan yang selayaknya.
Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Muslimin hendaknya bersikap obyektif biarpun terhadap musuh dan jangan menganggap semuanya pengkhianat.
2. Menjaga amanah adalah tindakan terpuji biar siapapun yang melakukannya, dan khianat adalah buruk sekalipun terhadap musuh.
3. Menjustifikasi dosa lebih buruk dari melakukan dosa. Orang-orang Yahudi telah merampas harta orang lain dengan cara yang tidak benar dan menjustifikasi perbuatan buruknya dengan menisbatkannya kepada Tuhan.
4. Menjaga amanah dan menghormati perjanjian secara individu dan masyarakat menunjukkan takwa yang menyebabkan manusia dicintai oleh Allah Swt. (IRIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar