Sebagaimana telah diketahui, keberlangsungan sebuah keluarga sangat bergantung pada beberapa faktor dan sebab. Untuk mewujudkan keluarga yang langgeng, kriteria apa saja yang diperlukan dalam memilih pasangan hidup? Keluarga sakinah ibarat sebuah taman yang penuh bunga, dan dengan memilih pasangan yang tepat kunci taman impian ada di tangan Anda. Akan tetapi, taman impian ini memerlukan perhatian dan perawatan ekstra agar ia selalu nampak cerah dan segar.
Sejauh ini, pernahkan Anda bertanya pada diri sendiri mengapa sebagian pasangan hidup mesra dan sehati? Atau kenapa sebagian pasangan setelah berumah tangga harus mengakhirinya dengan perceraian?
Sebelum kita mengkaji kriteria-kriteria dalam sebuah perkawinan, ada baiknya kita mengulas seputar cinta dan kasih sayang yang merupakan syarat utama bagi hidup berumahtangga.
Sepasang pengantin baru yang mengawali kehidupan bersama dengan penuh cinta dan kasih sayang, mungkin setelah melangsungkan pernikahan sama sekali tidak berpikir akan ada masalah dan kesulitan di antara mereka. Mereka berpikir karena saling mencinta, selamanya mereka akan hidup damai dan rukun. Akan tetapi realita berkata sebaliknya. Setelah pernikahan berjalan beberapa waktu, mereka baru sadar ada jurang pemisah di antara keduanya. Akibatnya, perselisihan dan adu mulut merebak di tengah mereka. Akhirnya rasa saling cinta mulai terkikis. Mereka mulai sadar bahwa selama ini mereka belum memiliki pemahaman yang benar tentang kehidupan, dan membangun rumah tangga atas dasar gambaran yang keliru. Sang isteri mungkin merasa bahwa selama ini sang suami telah menipunya sedang tampil berbeda dengan kepribadiannya yang sesungguhnya.
Kebanyakan orang, khususnya anak muda beranggapan bahwa saat cinta datang menyapa, berarti pintu untuk berumah tangga telah terbuka. Padahal, para pakar ilmu pendidikan keluarga, psikolog, dan antropolog berkeyakinan bahwa cinta semata tidak cukup menjadi jaminan untuk membentuk keluarga yang bahagia. Cinta adalah rasa indah dan menyenangkan yang ada pada manusia. Perasaan adalah warna kehidupan manusia, dan rasa senang akan menghiasi kehidupan dan membuatnya indah. Cinta adalah kecenderungan dan rasa memiliki seseorang kepada orang lain dirasakan dalam dirinya. Akan tetapi, rasa cinta ini perlu dilengkapi dengan kriteria-kriteri khusus. Adanya kriteria tersebut, akan mengurangi masalah dan kemelut dalam kehidupan bersama.
Dr. Kahari seorang psikolog Iran mengulas kriteria-kriteria cinta sejati dalam kehidupan bersama, ia berpendapat; "Salah satu bagian penting dari cinta adalah memahami kebutuhan, kecenderungan, dan perasaan pasangan. Pasangan suami-isteri harus mengetahui kecenderungan dan perasaan masing-masing, dan harus saling membantu untuk mencapai keinginan-keinginan yang wajar, bukan malah menjadi penghalang bagi pasangannya. Hal lain yang tak kalah penting adalah rasa saling hormat. Saat sepasang suami-isteri sudah saling cinta, mereka akan saling menghormati dan menghargai. Tentu saja pengkhianatan, amarah, tuduhan, dan cacian adalah tanda-tanda cinta semu di antara suami-isteri".
Dr. Kahari juga berkeyakinan bahwa rasa tanggungjawab dan saling perhatian adalah kriteria lain dari cinta sejati. Ia mengatakan; "Rasa tanggung jawab dalam kehidupan, masa depan dan kesehatan jasmani dan rohani pasangan adalah ciri-ciri cinta sejati. Jika yang terjadi sebaliknya, maka hubungan suami-isteri mengalami masalah. Sangat disayangkan dalam banyak kesempatan bahwa apa yang dinamakan cinta tidak lebih dari ketergantungan mental dan kecenderungan kepada penghibur. Oleh karena itu, dalam menjalin hubungan asmara dengan calon pasangan hidup kriteria dan ciri-ciri tertentu perlu diperhatikan."
Perkawinan adalah sebuah keputusan penting dalam kehidupan, sementara keputusan dilandasi oleh akal dan rasio. Sepanjang waktu, perasaan mengalami pasang surut dan cinta lahiriyah juga berubah seiring dengan perjalanan waktu. Oleh karena itu, keputusan penting semisal perkawinan harus disikapi dengan akal sehat dan pemikiran yang matang, jangan sampai perasaan dan rasa kagum menguasai seseorang hingga mengalahkan akal sehatnya.
Coba Anda bayangkan Anda mendatangi sebuah toko untuk membeli pakaian. Apakah Anda akan memilih pakaian dengan corak dan harga asal jadi? Bagaimana jika Anda harus membeli buku atau bepergian? Apakah Anda akan memilih karena rasa suka atau tidak suka semata? Tentu saja tidak demikian.
Jika Anda teliti melihat, Anda akan mengerti bahwa dalam banyak kesempatan bahkan dalam hal kecil sekalipun, Anda memutuskan karena pertimbangan akal sehat. Walaupun sekilas terlihat karena rasa suka akan sebuah pakaian, tapi ada hal-hal lain yang menjadi perhatian Anda seperti ukuran, kecocokan, harga, corak dan lainnya. Keharusan dalam perkawinan adalah seseorang dengan sadar memilih orang lain yang memiliki banyak keselarasan dengannya untuk hidup bersama. Akan tetapi, tidak seorang pun menyandang semua kriteria yang diinginkan pasangannya. Meski demikian, ada beberapa kriteria utama yang perlu diperhatikan.
Poin lain yang perlu diperhatikan adalah mengambil keputusan rasional dalam perkawinan bukan berarti mengesampingkan perasaan dan cinta. Tentu saja jika cinta dan kasih sayang hadir dalam kehidupan bersama, hubungan suami-isteri akan lebih indah dan hangat. Alangkah baiknya jika rasa dan cinta dibangun atas pondasi yang kokoh.
Rasulullah Saw bersabda, "Setelah nikmat Islam, kenikmatan terbesar dalam kehidupan adalah memiliki isteri yang salehah".
Tentu saja untuk sampai pada anugerah Allah ini perlu memperhatikan kritera yang benar dan tepat. Para psikolog berkata: "Dalam ranah perkawinan, terkadang orang mengalami goncangan hebat dalam menentukan kriteria pasangan hidupnya. Hasrat dan keinginan seksual, kecantikan, status sosial dan keyakinan, dan juga pendapat orang sekitar adalah sekelumit masalah yang membebani psikis seseorang".
Psikilog Iran bernama dr. Navabi Nejad mengatakan, "Jika seorang pria dan wanita dari sisi psikologis dan kultur memiliki kedekatan satu sama lain, maka kehidupan rumah tangga mereka akan lebih langgeng. Kriteria-kriteria ini dalam Islam dikenal dengan sebutan "Prinsip Kesetaraan" yang dapat diterapkan dalam berbagai dimensi seperti; usia, kejiwaan, kultur, keyakinan, status sosial, dan ekonomi".
Masalah pertama yang menjadi perhatian dalam perkawinan adalah kesehatan rohani dan jasmani. Demikian juga dengan keterpautan usia antara pria dan wanita. Jelas bahwa kecocokan usia antara pria dan wanita sangat berperan dalam menyelaraskan kebutuhan, kecenderungan, dan keinginan kedua pihak. Insya Allah pada kesempatan berikutnya, kita akan mengkaji lebih dalam kriteria-kriteria ini. (IRIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar