Laman

Kamis, 17 November 2011

Sejarah Rasulullah Saw, Perang Tabuk (Bagian kedua)


Perang Tabuk (2)

Perang Tabuk juga menyimpan kisah-kisah menarik tentang kemunafikan sejumlah orang yang mengaku sebagai sahabat Nabi, akan tetapi mereka sebenarnya adalah orang-orang munafik. Peristiwa perang ini berlangsung di saat Jazirah Arab sedang dipanggang musim panas yang sangat terik. Hari-hari sangat panjang dan lautan pasir menjadi sangat garang. Kebiasaan orang-orang saat itudi musim panas adalah banyak beritirahat di siang hari.

Rasulullah menyeru kepada semua kabilah bersiap-siap dengan pasukan yang sebesar mungkin. Orang-orang kaya dari kalangan Muslimin juga dimintanya supaya ikut serta dalam menyiapkan pasukan itu dengan harta yang ada pada mereka serta mengerahkan orang supaya sama-sama menggabungkan diri ke dalam pasukan itu. Seruan Rasulullah ini berarti ajakan untuk meninggalkan isteri, anak, dan harta-bendadi panas musim yang begitu dahsyat. Mereka harus mengarungi lautan tandus padang sahara, yang kering, tanpa air, kemudian harus pula menghadapi musuh kuat yang sudah mampu mengalahkan Kerajaan Persia.

Hati sebagian orang kaya itu sangat berat langkah dalam memenuhi panggilan Rasulullah. Mereka mulai mereka itu mencari-cari alasan, sambil berbisik-bisik
sesama mereka . Lebih jauh lagi, mereka mulai mencemooh ajakan Rasul yang mulia itu. Mereka akhirnya berdiam diri di rumah-rumah mereka secara sengaja. Ketika sekelompok orang-orang munafik mulai memprovokasi satu sama lain dengan mengatakan "Jangan kalian berangkat perang dalam udara panas seperti ini". Turunlah firman Allah berikut ini,

Farihal mukhallafuna bi....

"Orang-orang tertinggal di belakang dan tidak ikut berperang itu merasa gembira dengan ketertinggalan mereka di belakang Rasulullah. Mereka tidak suka berjihad dengan dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Merek berkata, "Jangan kalian berangkat perang dalam udara panas begini.' Katakanlah kepada mereka itu, 'Api neraka lebih panas lagi, jika saja kalian mengerti. Biarlah nanti mereka tertawa sedikit dan menangis lebih banyak sebagai balasan atas hasil perbuatan mereka." (Qur'an, surah at taubah ayat 81-82)

Di antara mereka, ada juga yang mencoba menghindari peperangan, namun tidak dengan terang-terangan seperti kaum munafik itu. Mereka itu sebenarnya telah terjebak kepada provokasi orang-orang munafik. Mereka sempat meminta izin kepada Rasulullah agar tidak perlu pergi berperang dengan alasan agar bisa menghindari fitnah. Akan tetapi, sebagaimana yang kemudian disampaikan oleh Rasul, Allah menilai bahwa permintaan izin merteka itu justru salah satu bentuk keterjebakan ke dalam fitnah. Simaklah ayat al-Quran berikut ini.

Wa minhum man....

"Ada pula di antara mereka yang berkata: 'Ijinkanlah saya (tidak ikut serta) dan jangan kau jerumuskan saya ke dalam fitnah ini., Ketahuilah, mereka kini sudah terjatuh ke dalam ujian itu, dan bahwa neraka itu adalah tempat bagi orang-orang kafir." (Qur'an, 9:49)

Tentara Rasulullah akhirnya meneruskan perjalanan ke Tabuk. Sebenarnya berita tentang pasukan ini dan kekuatannya sudah sampai kepada pihak Rumawi. Inilah yang membuat pasukan Rumawi gentar. Oleh karena itu Setelah pihak Muslimin sampai di Tabuk dan Muhammad mengetahui pihak Rumawi menarik diri ke dalam benteng-benteng mereka, Rasul merasa tidak pada tempatnya untuk tetap mengejar mereka terus sampai ke dalam negeri mereka. Oleh karena itu, ia perinahkan kaum muslimin agar tetap tinggal di perbatasan

Ketika itulah Yohanna bin Ru'ba - seorang amir (penguasa) Aila yang tinggal di perbatasan oleh Nabi dikirimi surat supaya ia tunduk atau akan diserbu. Yohanna datang sendiri dengan memakai salib dari emas di dadanya. Ia datang dengan membawa hadiah dan menyatakan setia. Ia mengadakan perdamaian dengan Muhammad dan bersedia membayar jizya seperti yang juga dilakukan oleh pihak Jarba' dan Adhruh
dengan membayar jizyah. Permintaan damai ini diterima oleh Rasulullah.

Sebagai tanda persetujuan atas perjanjian ini Muhammad memberikan hadiah kepada Yohanna berupa mantel tenunan Yaman disertai perhatian penuh kepadanya, setelah diperoleh persetujuan bahwa Aila akan membayar jizya sebesar 3000 dinar tiap tahun. Kemudian Rasulullah pun memerintahkan pasukan muslim pulang ke Madinah. (IRIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar