Laman

Kamis, 17 November 2011

Teladan Kehidupan Imam Husein as (Bagian ketiga)

Banyak tokoh pejuang dan revolusioner dalam sejarah yang bangkit dalam melakukan gerakan-gerakan yang berpengaruh luas di tengah masyarakat. Akan tetapi mengapa kaum Syiah hanya membesar-membesarkan peringatan syahdah Imam Husein dan perjuangan beliau di Padang karbala? Pertanyaan seperti ini sering dimunculkan oleh sebagian orang awam atau kalangan terpelajar yang entah karena sebab apa, berniat mempertanyakan upacara peringatan hari syahadah Imam Husein as yang dia anggap terlalu dibesar-besarkan, padahal tidak sedikit para pejuang yang juga bangkit, dan sebagian mereka gugur di jalan perjuangannya itu.



Memang benar bahwa banyak tokoh dan pejuang yang pandangan-pandangannya berpengaruh pada masyarakat. Akan tetapi tujuan dan motifasi mereka itu terbatas, dan seringkali hanya berputar di tengah masyarakat atau negaranya sendiri. Sebagian dari mereka memperjuangkan hal-hal yang bersifat duniawi semata, dan tidak jarang mereka itu menggunakan metode penghalalan segala cara untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Keagungan perjuangan Imam Husein as terletak dalam tujuannya, yaitu menentang kezaliman dan membebaskan manusia dari penjajahan manusia lain. Sejarah membuktikan bahwa kebangkitan Imam Husein as bukan untuk memperoleh harta kekayaan dan atau pangkat kedudukan. Karena jika beliau mencari yang demikian itu, maka seharusnya beliau bergabung dengan penguasa yang ada saat itu; bukan menentangnya. Apa lagi beliau sejak awal telah menyadari bahwa perjuangan ini akan berakhir dengan kematian beliau.
 
Jika kita pelajari peristiwa Karbala dengan seksama, maka kita semua akan sepakat, bahwa di sepanjang sejarah tidak ada pengorbanan yang sedemikian besar sebagaimana yang telah dilakukan Imam Husein as. Beliau telah menanggung berbagai kesengsaraan di atas jalan perjuangan menegakkan kemuliaan manusia. Perjuangan Imam Husein adalah dalam rangka membela hak kehidupan yang terhormat, kemuliaan manusia dan kebebasan yang bertanggung jawab, untuk semua manusia. Dalam kebangkitan beliau yang penuh teladan ini, Imam Husein as tidak pernah memaksa siapa pun untuk bergabung ke dalam rombongannya. Bahkan dalam beberapa kesempatan beliau menegaskan kepada para pengikut beliau, bahwa mereka bebas untuk meninggalkan beliau, dan bahwa musuh hanya menginginkan beliau, untuk itu beliau meminta agar mereka pergi untuk menyelamatkan diri. Sesungguhnyalah, Imam Husein as adalah seorang manusia langka yang wujudnya dipenuhi oleh perikemanusiaan.
 
Imam Husein as dan kisah kehidupan beliau mengingatkan keagungan dan kemuliaan Nabi Besar Muhammad Saw. Imam Husein as adalah pewaris keadilan dan rendah hati ayah beliau, Imam Ali as. Perilaku dan perangai Imam Husein, selalu dihiasi dengan akhlak yang tinggi. Beliau meyakini bahwa kemuliaan dan keagungan hanyalah milik Allah semata. Sedangkan kemuliaan manusia berada di dalam penghambaan diri kepada Zat yang Maha Mulia, tanpa disertai dengan kesombongan sedikit pun. Sebagaimana ditegaskan dalam sabda kakek beliau, Rasul Allah Saw, yang mengatakan, "Tak seorang pun yang merendahkan diri dalam sikap tawadlu', kecuali Allah pasti akan memberinya kedudukan yang mulia."
 
Di suatu siang hari musim panas, Imam Husein as tengah lewat di samping sekelompok kaum miskin yang sedang menyantap hidangan makanan mereka yang sangat sederhana. Mereka ini adalah para pemuda miskin, tapi bersemangat dan saling mengobrol diantara mereka di tengah menyantap hidang itu. Seolah mereka tengah menikmati makanan yang berwarna-warni nan lezat mengundang selera. Padahal hidangan mereka itu tak lebih dari sekedar roti kering dan air putih. Ketika mereka melihat Imam Husein as, mereka berdiri dan dengan penuh hormat mengajak beliau untuk ikut duduk menyantap hidangan mereka. Setelah mereka saling mengucapkan dan menjawab salam, Imam Husein as memenuhi undangan mereka dan ikut makan bersama mereka.
 
Setelah selesai makan dan sedikit berbincang-bincang dengan mereka, Imam Husein as berkata, "Kalian telah mengundangku kepada jamuan makan kalian, dan aku telah memenuhi undangan kalian. Apakah kalian juga akan memenuhi undanganku? Mereka semua menjawab, "Tentu saja, wahai putra Rasul." Maka di waktu yang telah disepakati bersama, mereka pergi ke rumah Imam Husein as. Imam as menyambut kedatangan mereka dan berkata kepada istri beliau agar menghidangkan makanan untuk para tamu mulia ini. Singkatnya, di hari itu, para pemuda miskin tersebut mendapatkan kehormatan yang luar biasa dari Imam Husein as dan memperoleh hadiah-hadiah dari cucu Rasul Allah Saw.
 
Imam Ali Zainal Abidin as, berkenaan dengan ayah beliau, Imam Husein as, berkata, "Setiap malam ayahku keluar memanggul karung yang penuh dengan bahan makanan dan membagi-baginya kepada kaum miskin dan anak-anak yatim." Sifat-sifat mulia seperti ini, yang dimiliki oleh manusia-manusia suci dan mulia seperti para Imam Ahlul Bait alaihimussalam, membuat mereka ini berbeda dari manusia lain. Untuk itulah mereka selalu menjadi teladan, pembimbing dan obor penerang jalan kehidupan seluruh umat manusia. (IRIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar