Setelah kita membahas tentang “Keutamaan” atau afdhaliyyahdan “Kesucian atau Keterjagaan dari dosa (kema’shuman)” atauishmah, sekarang kita akan membahas tentang masalah yang juga sama pentingnya yaitu “Penunjukkan” oleh Allah.
Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah telah menyatakan secara tegas dan gamblang bahwa Ali bin Abi Thalib adalah orang yang kelak akan menggantikan posisinya untuk memimpin umat ini menuju kesempurnaan akhlak. Ali akan menjadi penerusnya, ahli warisnya dan khalifahnya.
Perlu disimak bahwa penunjukkan atau deklarasi pengangkatan pertama terjadi pada masa-masa awal Muhammad bin Abdullah menjadi Nabi akhir zaman. Pernyataan bahwa Ali akan menggantikan kedudukannya dilakukan pada acara jamuan makan malam di rumah Rasulullah.
Ketika ayat berikut ini diturunkan:
وأنذر عشيرتك الأقربين
Rasulullah menyuruh Ali untuk mempersiapkan makanan dan kemudian mengundang karib kerabat dari Abdul Mutthalib supaya Rasulullah bisa menyampaikan perkataan dari Allah. Setelah acara jamuan makan malam selesai, maka Rasulullah berkehendak untuk berbicara kepada mereka tentang masalah ini akan tetapi Abu Lahab memotong pembicaraan dengan berkata: “Sesungguhnya, ia ingin mempengaruhi kita semua dengan perkataannya.” Demi mendengar itu maka mereka semua serempak pergi meninggalkan rumah Rasulullah.
Di hari yang lain, Rasulullah mengundang kembali mereka untuk perjamuan makan yang sama. Setelah mereka selesai makan Rasulullah segera berkata di hadapan mereka:
“Wahai anak-anak keturunan Abdul Muthalib. Aku telah membawakan kebaikan kepada kalian dan segera menyusul kebaikan yang lain. Aku telah ditunjuk oleh Allah untuk menyeru kalian kepadaNya. Oleh karena itu, aku bertanya kepada kalian: ‘Siapakah diantara kalian yang bersedia mengurus urusan ini semua bersamaku dan menjadi saudaraku, serta menjadi penerus dan khalifahku setelahku?’”
Tidak ada satupun orang yang menjawab pertanyaan Rasulullah itu kecuali Ali yang masih kecil dan termasuk orang termuda yang hadir pada acara perjamuan itu. Rasulullah kemudian menepuk-nepuk leher Ali dan kemudian berkata:
“Wahai umatku! Ini Ali saudaraku, penerusku, dan khalifah setelahku untuk kalian. Dengarkanlah dia dan patuhilah dia”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Lihat:
- Ibnu ‘l-Athir; al-Kamil; volume 5, halaman 62—63
- al-Baghawi; at-Tafsir, volume 4, halaman 127
- al-Bayhaqi; Dala’ilu ‘n-nubuwwah; volume 1, halaman 428—430
- as-Suyuthi; ad-Durru ‘l-mantsur; volume 5, halaman 97
- al-Muttaqi’ al-Hindi; Kanzul Ummal; volume 15; halaman 100, 113, 115—157)
- Abu ‘l-Fida; al-Mukhtasar; volume 1; halaman 116—117
- at-Tabari; at-Tarikh; volume 1; halaman 171—173
- Carlyle, T; On Heroes, Hero Worship and the Heroic in History; halaman 54
- Gibbon, E; The Decline and Fall of the Roman Empire; volume 3; halaman 94
- Davenport, J; An Apology for Muhammad and the Koran; halaman 21
- Irving, W; Mahommet and His Successors; halaman 45
- Untuk lebih jelas dan rinci lagi bisa dirujuk dalam (Amini; al-Ghadir; volume 2; halaman 278—289)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sangat menarik untuk disimak di sini ialah dalam tarikh at-Tabari (Edisi Leiden; tahun 1879 Masehi atau tahun 1173 Hijriyyah) ada kalimat dari Rasulullah yang berbunyi: WASIYYI WA KHALIFATI atau berarti “PENERUSKU DAN KHALIFAHKU”; akan tetapi dalam edisi CAIRO yang ditulis tahun 1963 (yang konon katanya telah dicek ulang dengan menggunakan edisi Leiden yang sudah disebutkan sebelumnya) kata-kata yang sangat bersejarah ini dihilangkan dengan kata-kata yang sama sekali tidak memiliki arti yaitu KHADZA WA KHADZA” (atau berarti BEGINI DAN BEGITU)!
Sangat menyedihkan dan memprihatinkan sekali melihat dunia akademisi keIslaman mengorbankan kejujurannya dan integritasnya hanya untuk sesuatu tujuan politis dan ekonomis! Betapa dunia ilmiah dalam dunia Islam telah mereka korbankan gara-gara fanatisme yang sempit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar