Iqra' atau bacalah! Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Itu tadi adalah ayat-ayat yang dibacakan kepada Nabi Besar Muhammad Saw yang tidak dapat membaca dan menulis. Dengan suara gemetar, Rasulullah Saw berkata, "Saya membaca?! Bagaimana saya membaca? Saya tidak dapat membaca..."
Pada malam itu, cahaya telah menyinari bukit dan padang pasir di sekitar Makkah. Suasana senyap menyelimuti malam hari itu. Saat itu pula, Malaikat Jibril yang diutus Allah Swt, tengah berkomunikasi dengan Muhammad Saw. Saat itu, Muhammad Saw mendapat mandat sebagai Rasulullah Saw. Beban risalah itu telah membuat tubuhnya bergetar. Jiwa lembut Rasulullah Saw menerima beban berat yang harus dipikulnya.
Saat itu, Malaikat Jibril kembali menegaskan kepada Rasulullah Saw, "Bacalah!." Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Setelah penegasan kembali ayat-ayat tersebut, Rasulullah Saw dengan kekuatan ilahi yang terlimpahkan, memulai membaca.
Setelah membaca ayat-ayat itu, suara dari langit kembali terdengar. Suara itu berbunyi, "Kamu adalah Rasulullah Saw, sedangkan aku adalah Malaikat Jibrail." Perasaan aneh meliputi wujud Rasulullah Saw. Saat itu pula, Muhammad Saw yang selama ini dikenal Al-Amin atau orang yang terpercaya, diutus menjadi Rasulullah Saw.
Setelah peristiwa itu, Rasulullah Saw keluar dari Gua Hira, tempat menerima wahyu pertama dan komunikasi dengan Malaikat Jibrail. Ketika keluar, alam sekitar dan bintang-bintang di malam hari seakan mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw. Salam kepadamu, Wahai Rasulullah Saw!
Rasulullah Saw terus melangkah dengan pelan, sambil merenung. Akhirnya, Rasulullah tiba di rumah. Istri beliau, Sayidah Khadijah as, membuka pintu rumah dan melihat wajah Rasulullah yang penuh dengan aura. Dari wajah Rasulullah Saw dapat diketahui bahwa telah terjadi peristiwa besar pada malam itu.
Sebelum beristirahat, Rasulullah Saw menceritakan peristiwa yang terjadi malam itu kepada Sayidah Khadijah as. Perasaan aneh pun menyelimuti Sayidah Khadijah. Setelah mendengar cerita tersebut, Sayidah Khadijah bergegas keluar rumah menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, dan menceritakan apa yang terjadi. Waraqah bin Naufal setelah mendengar cerita tersebut, mengatakan, "Jika apa yang kamu ceritakan itu benar-benar terjadi, maka ketahuilah bahwa Muhammad adalah Rasulullah Saw. Katakanlah kepadanya, tetaplah melangkah dengan kokoh."
Setelah mendengar penjelasan pamannya, Sayidah Khadijah kembali ke rumah dengan perasaan suka cita. Sayidah Khadijah merasa mempunyai tanggung jawab bersama untuk menyukseskan misi suaminya yang ditunjuk sebagai Rasulullah Saw. Setiba di rumah, Sayidah Khadijah kepada Rasulullah Saw berkata, "Salam kepadamu, wahai Rasulullah Saw. Saya bersumpah dengan jiwaku, semua ini adalah balasan dari seluruh kesulitan dan ketakwaanmu." Dengan demikian, Sayidah Khadijah adalah orang pertama yang mengimani Rasulullah Saw.
Bi'tsah atau pengangkatan Rasulullah Muhammad Saw sebagai utusan Allah adalah peristiwa terpenting dalam sejarah Islam. Dengan Bi'tsah inilah Nabi Saw diberi amanat dan tugas dari Allah untuk membimbing umat manusia kepada kebenaran dan penyembahan Allah Swt. Bi'tsah merupakan fajar sejarah cemerlang manusia. Karena, Bi'tsah merupakan titik awal bagi ummat manusia. Bi'tsah telah menggariskan jalan hidayah dan kebahagiaan abadi bagi manusia.
Hari ini merupakan Ied Mab'ast atau hari pengangkatan Nabi Muhammad sebagai Rasulullah. Di hari ini, lelaki suci dari keturunan Ibrahim sang penghancur berhala dan bapak para anbiya, muncul untuk menyelamatkan umat manusia. Manusia agung itu diangkat menjadi utusan Allah pada 27 Rajab 16 tahun sebelum hijrah. Lelaki agung pembawa bendera tauhid itu adalah Muhammad. Dialah pewaris kapak Ibrahim, tongkat Musa, dan kalbu Isa. Ia begitu teguh seperti Nuh as. Sangat tabah dan sabar layaknya Ayyub. Ketampanannya bahkan melebihi pesona wajah Yusuf.
Di masa Bi'tsah, jahiliyah dan khurafat merata. Nilai-nilai kemanusiaan diabaikan. Manusia saat itu benar-benar kehilangah hak-hak primernya. Tidak ada kehormatan bagi perempuan. Di masa jahiliyah, perempuan dianggap sebagai harta orang tua, suami atau anak laki. Perempuan itu juga adalah bagian dari warisan seperti barang. Bahkan di sejumlah kabilah, penguburan anak perempuan secara hidup-hidup adalah hal yang lumrah.
Muhammad Saw mempunyai kepekaan terhadap kondisi di sekitarnya. Beliau tersiksa menyaksikan kebodohan dan kebobrokan akhlak yang menyebar di tengah masyarakat, khususnya kota Mekah. Setiap tahun, beliau selalu menyempatkan diri untuk berkhalwat dan beribadah di luar kota Mekah, tepatnya di gua Hira. Hal itu berjalan terus sampai Allah Swt mengangkatnya menjadi nabi saat beliau berumur 40 tahun. Dengan amanat ini, beliau mengajak umat manusia kepada tauhid atau penyembahan Allah yang Esa dan mengamalkan ajaran yang diturunkan oleh Allah kepadanya.
Setelah Bi'tsah, Rasulullah bangkit melawan semua praktik keliru di masa jahiliyah. Secara umum, pengutusan Muhammad sebagai Rasulullah Saw mempunyai dua tujuan utama. Pertama, melakukan perubahan batin dan diri manusia. Lewat dakwahnya, Rasulullah mengingatkan akan tingginya derajat manusia. Risalah Rasulullah Saw juga menegaskan bahwa seluruh alam semesta ini diciptakan hanya untuk kebahagiaan manusia. Tujuan kedua pengutusan Rasululah Saw di muka bumi ini adalah mengajak manusia kepada tauhid. Rasulullah saw menyerukan manusia supaya tidak menyembah berhala.
Tak diragukan lagi, dimensi spiritual peradaban manusia banyak berhutang kepada jasa-jasa Nabi Musa as, Isa as dan Muhammad Saw. Tentu saja, kemajuan dari sisi materi hanya terwujud dengan baik melalui landasan spiritual. Karena itu, pasca Bi'tsah, ilmu pengetahuan berkembang maju pesat di ranah peradaban Islam hingga kemudian meluas dan menyebar ke seluruh dunia.
Dalam kitab suci al-Quran disebutkan bahwa salah satu tujuan pengutusan nabi adalah untuk menjadi guru dan pembimbing umat dan menyelesaikan perselisihan di antara masyarakat. Allah Swt di ayat 213 surah al-Baqarah berfirman yang artinya, "Manusia itu adalah umat yang satu, (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan."
Setelah hijrah dari Mekah ke Madinah, langkah pertama yang dilakukan oleh Nabi Saw adalah mengikat umat dalam ikatan persaudaraan. Beliau mendamaikan antara dua kabilah besar Madinah, yakni Aus dan Khazraj yang telah terlibat permusuhan dan perang berkepanjangan. Al-Quran menceritakan hal itu, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara." (Ali Imran: 103)
Tujuan lain dari Bi'tsah Nabi Saw adalah untuk membuka peluang bagi tegaknya keadilan di tengah masyarakat. Dalam surah al-Hadid Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." (al-Hadid: 25) Ayat tadi menjelaskan bahwa Nabi memanfaatkan mukijzat dan argumentasi logis untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan membimbing manusia kepada pengembangan potensi akal dan pemikiran yang ada pada manusia.
Tak syak, pengutusan Nabi adalah karunia Allah yang sangat besar untuk manusia. Allah selalu memilih hambaNya yang terbaik untuk menerima risalah kenabian. Dengan bekal akhlak mulia dan ajaran Ilahi yang suci, Rasulullah Saw mengemban tugas untuk mengajak umat manusia kepada kesucian dan keindahan. Allah Swt berfirman: "Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah." (al-Jumu'ah: 2) (IRIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar