Laman

Jumat, 18 November 2011

Kecenderungan Baru Kepada Busana Muslimah


Berdasarkan laporan-laporan yang diperoleh, kaum perempuan muslimah di negara-negara Eropa, dimana sebagian besar mereka merupakan lapisan muda dalam masyarakat, mampu memperkenalkan identitas Islam seorang perempuan, melalui pemilihan celana, pakaian-pakaian panjang dan kerudung berwarna-warni. Kaum perempuan ini telah berhasil mengangkat pakaian lengkap mereka sebagai mode yang disukai. Dalam beberapa laporan yang kami terima, dikatakan bahwa di tengah masyarakat Eropa, pakaian Islam yang dikenakan di lingkungan kerja dan acara-acara pertemuan, menarik perhatian sejumlah besar wanita dengan model pakaian moderen.

Dalam laporannya berkenaan dengan alasan utama kecenderungan wanita Eropa kepada pakaian-pakaian perempuan muslimah, Reuters mengatakan bahwa selain indah dan mengaundung kewibawaan, busana muslimah juga memancarkan kesederhanaan, dan menampilkan wajah perempuan muslimah yang terhormat, bersih dan terjaga. Dalam berita lain kita mendengar bahwa para produsen pakaian di Turki, juga menaruh perhatian besar untuk memproduksi pakaian-kaian Islami sebagai pakaian yang disukai dan diminati kalangan luas. Model pakaian dan busana muslimah yang menutup seluruh tubuh, telah menyedot sambtan luas kalangan wanita Turki.

Tidak heran pula jika kita dengar dalam laporan ini bahwa sejumlah pejabat Eropa menyatakan kecemasan mereka meyaksikan semakin meluasnya model pakaian seperti ini di negara-negara Eropa. Pada saat yang sama, diterimanya model pakaian muslimah ini di Barat, mengindikasikan adanya hubungan dekat antara hijab dan fitrah manusia, terutama kaum perempuan. Kecenderungan kepada mengenakan pakaian, merupakan bagian dari fitrah manusia, yang sekaligus merupakan pendorong yang sangat tepat bagi kemuliaan manusia itu sendiri.

Pada dasarnya hijab dan kebersihan diri, adalah dua nilai yang sangat diperhatikan dalam masyarakat manusia, terutama masyarakat Islam. Kedua hal tersebut juga selalu berada berdampingan. Hijab adalah pakaian yang menutupi tubuh jasmani manusia. Bentuk dan batas-batas pakaian ini bergantung kepada keyakinan agama seseorang dan adat-istiadat masyarakatnya. Pakaian wanita yang melindungi tubuh mereka dari pandangan-pandangan jahat para lelaki, disebut hijab. Sedangkan kebersihan diri, dalam bahasa Arab disebut "afaf" atau "iffah" adalah kondisi kejiwaan, dan seseorang yang menghiasi diri dengan perhiasan "iffah" ini akan dengan mudah mampu menguasai keinginan-keinginan hawa nafsunya.

Di dalam Al-Quranul Karim, iffah diartikan sebagai penjagaan dan kebersihan diri, yang kadang juga diibaratkan sebagai hijab yang melindungi bagian dalam manusia dari dosa dan kotoran-kotoran maknawi. Dengan kata lain, hijab dan pakaian yang menutup badan jasmani, tak lain merupakan hasil dan buah dari hijab ruhani. Dengan demikian, jika hijab dan iffah berjalan seiring dan seirama maka ia akan memebrikan makna yang sempurna, dan menghasilkan nilai-nilai postif yang diinginkan. Makna dan hasil yang seperti ini ditunjukkan oleh Marry, seorang gadis Kanada yang baru saja memeluk Islam sebagai agamanya, dan mengubah namanya menjadi Fatimah. Ia menerima dan mengenakan hijab karena busana muslimah ini mendatangkan keamanan jiwa baginya. Menurutnya, dimensi-dimensi hijab yang luas, membangkitkan identitas kemanusiaan pada seorang perempuan, dan oleh karena mengenakan busana muslimah ini mengandung tujuan-tujuan yang tinggi, maka ia pun memberikan makna dan tujuan yang mulia bagi kehidupannya.

Ibu Dr Firdausi Pur, seorang psikolog, mengatakan, "Diantara perilaku sosial, terutama perilaku-perilaku tradisional, terkadang muncul perilaku-perilaku tendensius, yang membuat para pemikir tertarik untuk mengetahui logika apa yang tersembunyi di balik perilaku-perilaku tersebut. Karena perilaku-perilaku ini memiliki logika-logika tersembunyi yang sangat penting jika dilihat dari sudut pandang pemikiran sosial. Hijab tersusun dari keyakinan-keyakinan, hak-hak dan emosi, yang berjalin erat satu dengan yang lain, dan memiliki syarat-syarat sebuah perilaku yang efektif dan mengandung makna yang mulia. Dewasa ini, perilaku kebudayaan ini, secara umum, sudah semakin kuat dan kokoh, dan tampil sebagai tolok ukur penilaian seorang perempuan muslimah yang teguh dalam melaksanakan ajaran agamanya. Hijab menghantarkan pesan akhlak dan moral serta nilai-nilai maknawi kepada masyarakat luas."

Dari sudut pandang Islam, hijab adalah sebuah fenomena luas yang mencakup bidang-bidang politik, kebudayaan dan sosial. Hijab, memperkuat kesehatan moral dan kemandirian pribadi seorang perempuan, dan mencegah tersia-sianya energi dan usia mudanya, dikarenakan sikap pamer berlebihan dan tak pada tempatnya. Dalam hal ini, Islam memandang perampuan sebagai guru dasar-dasar akhlak dan sosial, dan meminta kepada mereka agar menjaga serta menunjukkan perilaku yang mulia.

Dalam al-Quran, Allah Swt memberikan batasan-batasan hijab. Berkenaan dengan hijab dan penjagaan aurat wanita ini, Islam meminta kepada lelaki dan perempuan sekaligus dengan permintaan yang berbeda-beda. Jika dua permintaan ini terpenuhi, maka sempurnalah penjagaan aurat perempuan. Dari kaum lelaki, Islam meminta agar menjaga pandangan matanya dari hal-hal yang mendatangkan dosa. Sedangkan dari kaum perempuan Islam meminta agar menutup seluruh auratnya dari pandangan lelaki. Meskipun Islam memberikan batasan-batasan pakaian, baik bagi lelaki maupun bagi perempuan, tapi setiap masyarakat dapat memenuhi batasan-batasan tersebut seraya tetap memperhatikan adat-istiadat dan kebudayaan berpakaiannya.

Sesungguhnya, hijab Islam merupakan sauatu mekanisme untuk menciptakan keteraturan dan hubungan-hubungan yang sehat dntara lelaki dan perempuan. Pakaian yang sesuai akan menciptakan iklim dan suasana yang aman bagi perempuan pada khususnya, karena mereka akan terhindar dari ancaman yang datang dari lawan jenisnya. Tak bisa dimungkiri bahwa seorang lelaki akan terdorong nafsu syahwatnya, ketika memandang keindahan tubuh lawan jenisnya. Dan jika nafsu syahwat sudah terbangkitkan, maka ia akan mencari jalan pelampiasan. Hubungan lelaki dan perempuan, jika didorong oleh pencarian jalan pelampiasan seperti ini, jelas akan merupakan hubungan yang tidak sehat, tidak normal, dan tidak memberikan keamanan hidup bagi kaum perempuan.

Dua ajaran Islam dalam masalah ini, yaitu menahan pandangan mata (ghadldlul bashor) oleh kaum lelaki, dan penutup aurat oleh kaum perempuan, adalah dua resep yang harus berjalan berbareng dan seiring, untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang aman tetnteram, dan jalinan hubungan yang sehat dan wajar antara lelaki dan perempuan. Sebetulnya, jika tidak karena adanya pihak-pihak penguasa tertentu di negara Barat yang memiliki sikap anti terhadap Islam dan segala sesuatu yang melambangkan keislaman, maka hijab dan busana muslimah adalah sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat Barat.

Belum la aberlalu, koran Washington Post, menukil pendapat Madeline Zilvi, seorang dosen universitas Maryland, menulis, "Hijab adalah sebuah kata yang mengandung makna mendalam. Baik di dalam maupun di luar negara-negara Islam, hijab selalu memancarkan makna-makna yang luas, diantaranya ialah sikap tegas menentang dekadensi moral dan sebuah perilaku beragama yang sangat kokoh dan kuat. Hijab bersumber dari akar Islam, al-Quran, Kitab Suci muslimin, memandang hijab sebagai suatu keharusan untuk menutup tubuh perempuan. Saat ini, proses cepat kecenderungan wanita Barat kepada hijab, membuat saya penasaran. Saya berkali-kali menyaksikan masalah ini di fakultas tempat saya mengajar, dimana Islam telah memberikan identitas yang sangat agung kepada kaum perempuan." (IRIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar