Laman

Rabu, 02 November 2011

KRONOLOGOGIS TURUNNYA AL QUR'AN DAN PEWARISNYA


 Al Qur’an adalah kitab ajaran umat islam yang berasal dari Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui (27:6) dan Allah pulalah yang memeliharanya (15:9) agar tidak tersesatkan.Hanya Allah yang mampu menjaga Al Qur’an itu agar tetap terjaga keaslian dan kesuciannya,sehingga takkan pernah berkurang atau berlebih satu huruf bahkan satu tanda bacapun .




    Banyak kitab yang dimuliakan Allah (80:13) salah satunya Alqur’an yang lebih ditinggikan dan lebih disucikan (80:14) yang dibawa oleh juru tulis atau malaikat Allah (80:15) yang mulia juga sangat berbakti pada Allah (80:16).Malaikat itu  adalah Ar-Ruh Al-Amin Jibril.As (26:193).Jibril yang sangat terpercaya oleh Allah yang bertugas menyampaikan Alqur’an kepada Muhammad agar tetap utuh ketika sampai pada Muhammad sehinnga Al qur’an yang tersampaikan pada Muhammad sama précis seperti yang Allah maksudkan.

    Kemudian wahyu Allah itu dibacakan pada Muhammad,sesuai kehendak Allah bahwa Muhammad tidak akan lupa setelahnya wahyu disampaikan (87:6) kecuali jika Alah menghendaki (87:7).tapi takkan mungkin Muhammad lupa akan Al qur’an yang telah tersampaikan,sehingga Allah megutus malaikat-malaikat pendamping untuk menjaga muhammad(72.27)

    Banyak sahabat Muhammad yang meragukan akan mukjizat Muhammad yang berupa Al qur’an itu,sehingga Allah memberikan penjelasan yang sangat jelas bahwa Sahabatmu Muhammad itu tidaklah sesat tidak pula keliru (53:2) dan apa yang disampaikan Muhammad itu sedikitpun bukan berdasarkan kemauannya sendiri maupun keinginan hawa nafsunya (53:3).Oleh karenanya kita tidaklah boleh ragu akan apa yang disampaikan oleh Muhammad,sebab apa yang diucapkannya itu melainkan hanyalah wahyu yang di wahyukan kepadanya (53:4) yang disampaikan oleh Jibril yang sangat kuat (53:5) yang berakal cerdas dengan rupa yang sebenarnya (53:6).

    Tiadalah Allah menurunkan Al qur’an dan mengutus Muhammad melainkan sebagai Rahmat bagi Semesta Alam (21:107).Namun seperti kehendak Allah,ketika Muhammad wafat,penghuni semesta ini masih banyak yang belum meng imani Alqur’an sebagai rahmat,oleh karenanya Allah akan mewariskan Al qur’an pada hamba-hamba pilihanNya(35:32) yang akan Allah jadikan pemimpin pemimpin pemberi petunjuk(32:24).Mengenai ‘Pemberi Petunjuk’,pernah orang –orang kafir bertkata kemudian Allah Berfirman : “mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad suatu tanda kebesaran Allah,sesungguhnya Muhammad hanya pemberi Peringatan dan bagi setiap kaum Ada yang akan memberi Petunjuk (13:7),oleh karena itu pulalah Allah mengatakan bahwa Al qur’an tidak hanya terhenti pada tangan Muhammad saja,melainkan akan diwariskan kepada hamba-hamba pilihanNya (35:32) yang akan dijadikanNya sebagai pemimpin-pemimpin pemberi petunjuk sesuai dengan apa yang Allah maksudkan (32:24) di setiap kaum (13:7) agar tujuan mengutus Muhammad yang disertai Al qur’an sebagai pendampingnya yang akan menjadikan keduannya sebagai rahmatan lil’alamin tercapai pada akhirnya (21:107).

    Hamba-hamba pilihan Allah itu yaitu orang-orang yang telah disucikan dan yang telah dianugerahi Allah dengan akhlaq yang tinggi yang akan selalu sepanjang masa hingga kiamat tiba yang akan selalu mengingatkan manusia akan akherat (38:46).Dan hamba-hamba yang telah disucikan inilah yang akan memberikan petunjuk tentang Al qur’an(56:79).Dan orang-orang pilihan pilihan Allah itu bukan sembarang pilihan,melainkan orang-orang pilihan yang paling baik (38:47) yaitu orang-orang yang akan menyampaikan risalah-risalah Allah yang mana mereka tidak akan takut terhadap apapun kecuali hanya kepada Allah (33:39) dan merekalah para ulama Allah (35:28) yang iblispun tidak akan mau menyesatkan mereka (15:39-40)

    Sesungguhnya Al qur’an itu adalah bacaan yang sangat mulia(56:77) dan kitab yang terpelihara (56:78).Sakin terpeliharanya Al qur’an,tidak akan ada orang yang kan mampu memaknainya sesuai dengan maksud Allah kecuali hanya orang-orang yang telah disucikan Allah (56:79).Sesuai dengan apa yang sebelumnya Allah kehendaki bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan segala kotoran atau mensucikan dan membersihkanmu sebersih-bersihnya wahai AHLULBAIT (33:33).

Jadi kronologisnya :

-Al qur’an yang berasal dari Allah dan dipelihara oleh Allah
-Dibawa oleh Ar Ruh Al Amin Jibril As yang sangat terpercaya
-Disampaikan kepada Rasulullah Muhammad Saw sebagai pemberi peringatan
-Kemudian diwariskan pada hamba-hamba pilihan yang disucikan yang diangkat sebagai pemimpin-pemimpin pemberi petunjuk
-Dan yang disucikan itu ialah AHLULBAIT dan AHLULBAIT lah yang akan memberikan pentujuk dan yang dapat memaknai Al qur'an sebagaimana dengan apa yang Allah maksudkan.

Yang menjadi permasalahannya siapakah AHLULBAIT yang dimaksudkan,,,?”

Berdasarkan riwayat dari Aisyah, Ummu Salamah, Abu Sa’id Al-Khudri dan Anas bin Malik, ayat ini turun hanya untuk lima orang, yaitu Rasulullah SAWW, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husein as
Rasulullah SAWW bersabda seraya menunjuk kepada Ali, Fathimah, Hasan, dan Husein as:“Ya Allah, mereka ini adalah Ahlul Baytku, maka peliharalah mereka dari keraguan dan sucikan mereka sesuci-sucinya.” Banyak hadis lain yang searti dengan hadis tersebut. Silahkan rujuk:
1.Shahih Muslim, kitab Fadhā`ius Shahābah, bab Fadhā`il Ahli Baytin Nabi SAWW, juz 2, hal. 368, cetakan Isa Al-Halabi; juz 15 hal. 194, Syarah An-Nawawi, cetakan Mesir.
2.Shahih Tirmidzi, juz 5, hal. 30, hadis ke 3258; hal. 328, hadis ke 3875, cetakan Darul Fikr.
3.Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 5, hal. 25, cetakan Darul Ma’arif, Mesir.
4.Al-Mustadrak,karya Al-Hakim, juz 3, hal. 133, 146, 147, 158; juz 2, hal. 416.
5.Al-Mu’jamuz Shaghīr,karya Ath-Thabarani, juz 1, hal. 65 dan 135.
6.Syawāhidut Tanzīl,karya Al-Hakim Al-Haskani Al-Hanafi, juz 2, hal. 11-92, hadis ke 637, 638, 639, 640, 641, 644,648, 649, 650, 651, 652, 653, 656, 657, 658, 659, 660, 661, 663, 664, 665, 666, 667, 668, 671, 672, 673,675, 678, 680, 681, 686, 689, 690, 691, 694, 707, 710, 713, 714, 717, 718, 729, 740, 751, 754, 755, 756,757, 758, 759, 760, 761, 762, 764, 765, 767, 768, 769, 770, 774, cetakan pertama, Beirut.
7.Khashā`ish Amīrul Mu`minān, karya An-Nasa’i Asy-Syafi’i, hal. 4, cetakan At-Taqaddum Al-‘Ilmiyah, Mesir; hal. 8,
cetakan Beirut; hal. 49, cetakan Al-Haidariyah.
8.Tarjamatul Imam Ali bin Abi Thalibdalam Tārīkh Dimasyq, karya Ibnu ‘Asakir Asy-Sayarifi’i, juz 1, hal. 185.
9.Kifāyatut Thālib,karya Al-Ganji Asy-Syafi’i, hal. 45, 373, 374, 375.
10. Musnad Ahmad, juz 3, hal. 259 dan 285; juz 4, hal. 107; juz 6, hal. 292, 296, 298, 304, dan 306, cetakan Mesir.
11. Usdul Ghābah fī Ma’rifatis Shahābah, karya Ibnu Atsir Asy-Syafi’i, juz 2, hal. 12 dan 20; juz 3, hal. 413; juz 5, hal. 521 dan 589.
12. Dzakhā`irul ‘Uqbā,karya Ath-Thabari Asy-Syafi’i, hal. 21, 23, dan 24.
13. Asbābun Nuzūl,karya Al-Wahidi, hal. 203, cetakan Al-Halabi, Mesir.
14. Al-Manāqib, karya Al-Kharazmi Al-Hanafi, hal. 23 dan 224.
15. Tafsīr Ath-Thabari, juz 22, hal. 6, 7, dan 8, cetakan Al-Halabi, Mesir.
16. Ad-Durrul Mantsūr,karya As-Suyuthi, juz 5, hal. 198 dan 199.
17. Ahkāmul Qurān,karya Al-Jashshash, juz 5, hal. 230, cetakan Abdurrahman Muhammad; hal. 443, cetakan Kairo.
18. Manāqib Ali bin Abi Thalib,karya Ibnu Al-Maghazili Asy-Syafi’i, hal. 301, hadis ke 345, 348, 349, 350, dan 351.
19. Mashābīhus Sunnah,karya Al-Baghawi Asy-Syafi’i, juz 2, hal. 278, cetakan Muhammad Ali Shabih; juz 2, hal. 204, cetakan Al-Khasyab.
20. Misykātul Mashābīh,karya Al-‘Amri, juz 3, hal. 354.
21. Al-Khasysyāfkarya Az-Zamakhsyari, juz 1, hal 193, cetakan Mushthafa Muhammad; juz 1, hal. 369, cetakan Beirut.
22. Tadzkiratul Khawwāsh,karya As-Sibth bin Al-Jauzi Al-Hanafi, hal. 233.
23. Mathālibus Sa`ūl,karya Ibnu Thalhah Asy-Syafi’i, juz 1, hal. 19 dan 20.
24. Ahkāmul Qurān,karya Ibnu ‘Arabi, juz 2, hal. 166, cetakan Mesir.
25. Tafsir Al-Qurthubi, juz 14, hal. 182, cetakan Kairo.
26. Tafsir Ibnu Katsir juz 3 hal. 483, 494, dan 485, cetakan Mesir.
27. Al-fushūlul Muhimmah karya Ibnu Shabbagh Al-Maliki hal. 8.
28. At-Tashīl li ’Ūlūmit Tanzīl, karya Al-Kalbi, juz 3, hal. 137.
29. At-Tafsīrul Munīr li ma’ālimit Tanzīl, karya Al-Jawi, juz 2, hal. 183.
30. Al-Ishābah,karya Ibnu Hajar Asy-Syafi’i, juz 2, hal. 502; juz 4; hal. 367, cetakan Mushthafa Muhammad; juz 2, hal. 509; juz 4, hal. 378, cetakan As-Sa’adah, Mesir.
31. Al-Itqān fī ‘Ulūmil Qurān, karya As-Suyuthi, juz 4, hal. 240, cetakan Mathba’ Al-Masyhad Al-Huseini, Mesir.
32. Ash-Shawā’iqul Muhriqah,karya Ibnu Hajar, hal. 85, cetakan Al-Maimaniyah; hal. 141 dan 227, cetakan Al-Muhammadiyah.
33. Muntakhab Kanzul ‘Ummāl(catatan pinggir) Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 5, hal. 96.
34. As-Sīrah An-Nabawiyah, karya Zaini Dahlan (catatan pinggir) As-Sīrah Al-Halabiyah, juz 3, hal. 329 dan 330, cetakan Al-Mathba’ Al-Bahiyah, Mesir; juz 3, hal. 365, cetakan Muhammad Ali Shabih, Mesir.
35. Is’āfur Rāghibīn,karya Ash-Shabban (catatan pinggir) Nurul Abshār, hal. 104, 105, dan 106, cetakan As-Sa’idiyah; hal. 97 dan 98, cetakan Al-‘Utsmaniyah; hal. 105, cetakan Mushthafa Muhammad, Mesir.
36. Ihqāqul Haqq,karya At-Tustari juz 2, hal. 547-502.
37. Fadhā`ilul Khamsah, juz 1, hal. 223 dan 224.
38. Al-Istī’āb,karya Ibnu Abdul Bar (catatan pinggir) Al-Ishābah, juz 3, hal. 37, cetakan As-Sa’adah; juz 3, hal. 317, cetakan Mushthafa Muhammad.
39. Yanābī’ul Mawaddah,karya Al-Qundusi Al-Hanafi, hal. 107, 108, 228, 229, 230, 244, 260, dan 294, cetakan Istambul; hal. 124, 125, 126, 135, 196, 229, 269, 271, 272, 352, dan 353, cetakan Al-Haidariyah.

DARI HADIST-HADIST DIATAS DAPAT DIAMBIL KESIMPULAN BAHWA YANG DI MAKSUD SEBAGAI AHLULBAIT PADA QS.33:33 ADALAH AHLULBAIT DARI RASULULLAH MUHAMMAD SAW YAITU :

-RASULULLAH SAWW
-ALI BIN ABI THALIB
-FATIMAH
-HASAN
-HUSEIN

DAN MEREKALAH HAMBA-HAMBA PILIHAN YANG ALLAH MAKSUDKAN . . ! ! !

DAN HADIST-HADIST INI TERKENAL DENGAN ISTILAH HADIST KISA dan inilah kisah selengkapnya,,,

Sering kali kita mendengar Hadis Kisa (tathir) yang masyhur dikalangan para pecinta Ahlul Bait. Hadis Kisa ini adalah penegas siapakah yang dimaksud Ahlul Bait di dalam surah Al Ahzab (33) ayat 33 dan juga sebagai Asbabul Nuzul turunya ayat tersebut. Jika kita membaca dengan teliti hadis kisa tersebut maka dapat kita Ketahui bahwa yang dimaksud Ahlul Bait dalam Surah Al Ahzab 33 ; 33, yaitu :


1. Nabi Muhammad Saw
2. Imam Ali Bin Abi Thalib as
3. Sayyidah Fatimah Azzahra as
4. Imam Hasan as
5. Imam Husein as


Diriwayatkan dari Jabir Bin Abdillah Al Anshori, dari fatimah Az Zahra AS. Saya mengndengar fatimah Berkata : Pada suatau hari Ayahku Rasulullah Saw datang kepadaku dan berkata :

“Salam Sejahtera atasmu wahai Fatimah”
lalu kujawab “Salam Sejahtera atasmu jua”
beliau berkata “Sungguh Badanku terasa letih”
Aku berkata kepada beliau “aku berlindung kepada Allah untukmu dari keletihan itu wahai ayahku”
Kemudian beliau berkata “Wahai Fatimah, ambilkanlah sehelai Kain Yaman lalu selimutkan aku dengannya”

Segera aku mengambil kain Yaman kemudian menyelimutkannya ke badannya, sementara itu aku melihat Wajah Ayahku bersinar bagaikan bulan purnama di malam hari. Tak lama kemudian, Anakku Al Hasan datang dan berkata :

“ Salam sejahtera atasmu wahai ibunda”
Aku menjawab “Salam Atasmu jua wahai cahaya mataku (penghiburku),wahai buah hatiku”
Ia (Al Hasan) berkata kepadaku “wahai Ibunda, Aku mencium aroma yang menyegarkan dan harum, seperti harumnya aroma Kakekku Rasulullah saw”
“benar” Jawabku “Kakekmu dalam selimut kain Yaman”

Kemudian Al Hasan mengampirinya seraya mengatakan :

“Salam Sejahtera wahai Kakekku, wahai Rasulullah saw” ;
“bolehkah Aku masuk (untuk) bersamamu di dalam selimut itu”
Beliau (Rasulullah saw) berkata “Salam Sejahtera Atasmu Jua wahai Anakku, wahai pemilik telaga Haudhku, sungguh telah kuizinkan (Enkau) masuk”

Maka masuklah Al Hasan as kedalam Kisa (selimut) bersama Rasulullah saw. Beberapa saat kemudian Al Husain as datang, dan ia berkata :

“Salam Sejatera atasmu wahai Ibunda”
Aku menjawab “Salam Atasmu jua wahai cahaya mataku (penghiburku), wahai buah hatiku”
Ia (Al Hasan) berkata kepadaku “wahai Ibunda, Aku mencium aroma harum dan menyegarkan di sisimu, seperti harum aroma Kakekku Rasulullah saw”
“benar” Jawabku “Kakekmu bersama saudaramu (Al Hasan) dalam selimut kain Yaman itu” .

kemudian Al Husain as menghampiri selimut kemudian berkata :

“Salam Sejahtera atasmu wahai Kakekku, wahai pilihan yang dipilih Allah
Wahai kakekku, bolehkah Aku masuk (bergabung) dengan kalian berdua di dalam selimut itu”
Beliau (Rasulullah saw) berkata “Salam sejahtera Atasmu Jua wahai Anakku, wahai pemberi syafaat umatku, sungguh telah kuizinkan bagimu (untuk masuk)”

Maka masuklah Al Husain as ke dalam selimut bersama mereka. Tak lama berselang Abu Al Hasan Ali Bin Abi Thalib dating dan berkata :

“ Salam sejahtera atasmu wahai Putri Rasulullah saw”
Aku menjawab “Salam Atasmu jua wahai Abul Hasan , wahai Amirul Mukminin”
Lalu Ia (Ali Bin Abi Thalib AS) berkata kepadaku :
“wahai Fatimah, Aku mencium aroma harum dan segar di sisimu, seperti aroma Saudaraku, Anak Pamanku, Rasulullah saw”
“benar” Jawabku “Beliau bersama Kedua Anakmu di dalam selimut kain Yaman itu”

Lalu Ali as menghampirinya, kemudian berkata :

“Salam atasmu wahai Rasulullah
bolehkan Aku masuk (untuk dapat) bersama kalian di dalam selimut “
Beliau (Rasulullah saw) berkata “Salam Sejahtera Atasmu Jua wahai Sadaraku, wahai pemegang Wasiatku, Wahai Khalifahku, Wahai pemegang benderaku (panji-panji) sungguh telah kuizinkan engkau masuk)”

Maka masuklah Imam Ali as kedalam Selimut itu. Kemudian Aku (Fatimah as) menghampiri selimut itu seraya berkata :

“Salam Sejahtera bagimu wahai ayahku, wahai Rasulullah saw
bolehkah Aku masuk kedalam selimut (agar dapat) bersama dengan kalian”
Beliau (Rasulullah saw) berkata “Salam sejahtera Atasmu wahai Putriku, wahai bagian dariku, sungguh telah kuizinkan engkau masuk”

Maka Aku (Fatimah as) masuk ke dalam selimut itu. Setelah semua lengkap berkumpul di dalam selimut ayahku, Rasulullah saw mengambil ujung kisa/kain, lalu beliau mengangkat tangan kanannya ke langit seraya berkata :

“Ya Allah, sesungguhnya Mereka adalah AHLUL BAITKU,
pembawa risalahku, serta penjaganya (penjaga risalah)”
“Daging mereka adalah dagingku dan darah mereka adalah darahku”
“Yang menyakiti Mereka berarti menyakiti-ku,
dan yang menyusahkan mereka berarti menyusahkanku”
“Aku memerangi siapa saja yang memerangi Mereka
dan Aku berdamai dengan yang berdamai dengan mereka”
“Dan Aku memusuhi siapa yang memusuhi mereka
dan aku mencintai siapa saja yang mencintai mereka”
“maka sesungguhnya mereka dariku dan aku dari mereka”
“maka berikanlah kesejahteraan dan Berkah-Mu, rahmat dan ampunan-Mu, serta Kerelaan-Mu dan kepada Mereka”
“serta Bersihkan Mereka dari Kotoran (lahir dan batin) sebersih-bersihnya”

Allah SWT yang Maha Mulia dan Maha Agung berfirman :

“wahai Malaikat- Malaikat-Ku, wahai para penghuni langit-langit-Ku, Sungguh AKU tidak ciptakan langit tang terbentang dan bumi yang dihamparkan, tidak pula bulan yang bercahaya (di malam hari), matahari yang bersinar terang benderang dan bintang-bintang yang beredar pada orbitnya, lautan yang terbentang dan kapal yang berlayar (diatas lautan). KECUALI HANYA UNTUK MENCINTAI MEREKA BERLIMA YANG BERADA DI DALAM KISA/SELIMUT”

Kemudian malaikat Jibaril as yang terpercaya berkata (kepada Allah SWT) :

“Ya Rabbi, Siapakah mereka yang berada di dalam selimut itu ?”

Allah SWT yang Maha Mulia dan Maha Agung berfirman :

“Mereka adalah Keluarga Kenabian dan sumber risalah, MEREKA ADALAH FATIMAH, AYAHNYA (MUHAMMAD SAW), SUAMINYA (IMAM ALI BIN ABI THALIB AS), DAN KEDUA ANAKNYA (IMAM HASAN AS DAN IMAM HUSIN AS)

Lalu Malaikat Jibrail as berkata :

“Ya Allah, Sudihkah Engkau memberi izin Aku untuk turun ke bumi bersama merka untuk menjadi yang ke enam? “

Lalu Allah SWT Menjawab :
“ Telah Kuizinkan masuk”

Maka turunlah Malaikat Jibrail as ke Bumi, seraya mengucapkan :

“Salam Sejahtera bagimu wahai Rasulullah saw, Yang Maha Tinggi dan Maha Agung mengucapkan Salam Sejahtera padamu dan memberi Penghoramatn dan Kemuliaan bagimu. Seraya Berfirman. Demi Kemuliaan-Ku dan Keagungan-Ku, Sungguh tidak Kuciptakan langit tang terbentang dan bumi yang dihamparkan, tidak pula bulan yang bercahaya (di malam hari), matahari yang bersinar terang benderang dan bintang-bintang yang beredar pada orbitnya, lautan yang terbentang dan kapal yang berlayar (diatas lautan). KECUALI HANYA UNTUK MENCINTAI KALIAN. Serta Allah SWT telang mengizinkan Aku untuk masuk bersama kalian”
“Bolehkah Aku masuk bersama Kalian di dalam Kisa/Selimut Wahai Rasulullah ?“

Maka Rasulullah saw berkata :

“Salam Sejahtera bagimu wahai pembawa Wahyu Allah, Sungguh telah Aku izinkan kamu Masuk”

Maka masuklah Malaikat Jibrail bersama kami didalam selimut, dan (Malaikat Jibrail) berkata kepada ayahku (Rasulullah saw) :

“sesungguhnya Allah SWT memberikan wahyu kepada Kalian seraya berfirman,
SESUNGGUHNYA ALLAH MENGHENDAKI UNTUK MENGHILANGKAN SEMUA DOA (LAHIR DAN BATIN) DARI KALIAN, HAI AHLUL BAIT DAN MEMBERSIHKAN DENGAN SEBERSIH-BERSIHNYA.
(QS. Al Ahzab (33) ; 33)

Lalu Ali bertanya kepada Ayahku :

“ Wahai Rasulullah, Kabarkan kepadaku apa Keutamaan kedudukan kami di dalam selimut ini di sisi Allah SWT”

Maka Nabi SAW menjawab :

“Demi Zat yang mengutus Aku sebagai nabi dengan kebenaran, memilihku dengan risalah sebagai penyelamat, tidaklah disebut Peristiwa kami ini dalam suatu majelis. Dan disana berkumpul pula pengikut dan pecinta kami, kecuali turun atas mereka Rahmat Allah dan diliputi oleh para Malaikat yang memohonkan ampun untuk mereka hingga mereka berpisah”

Lalu Ali as berkata :

“Jika begitu Demi Allah, kami dan pengikut kami telah beruntung”

Lalu Nabi Saw berkata kepada Ali as :

“Ya Ali, Demi Zat yang mungurusku sebagai Nabi dengan kebenaran,
Memilihku dengan Risalah sebagai penyelamat,
tidaklah disebut-sebut peristiwa kami ini dalam suatu majelis,
dan disana berkumpul pula pengikut dan pecinta kami,
Bila mereka mendapatkan kesulitan, Maka Allah akan memudahkannya
Bila mereka di dalam kesedihan, Maka Allah akan menghilangkan kesedihannya
Bila mereka mempunyai kebutuhan, maka Allah akan memenuhi Kebutuhannya”

Lalu Ali as berkata :

“Jika begitu Demi Allah, kami (Ahlul Bait) serta pengikut dan pecinta kami beruntung dan berbahagia di dunia dan akhirat., Demi Pemelihara Ka’bah”   


---------------------------------------------------------------------


KEMUDIAN DIPERTEGAS KEMBALI DARI AYAT MUBAHALAH QS.3:61

Ketika Rasulullah saw berdebat dengan cara yang paling baik dengan para pendeta Nasrani, Rasulullah saw tidak mendapati dari mereka kecuali kekufuran, pengingkaran dan pembangkangan, dan tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh selain dari bermubahalah. Yaitu dengan cara masing-masing dari mereka memanggil orang-orang mereka, dan kemudian menjadikan laknat Allah menimpa orang-orang yang dusta. Pada saat itulah datang perintah dari Allah SWT,


"Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah kepadanya, 'Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri-diri kami dan diri-diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.'" (QS. Ali 'lmran: 61)


Ketika para pendeta menerima tantangan Rasulullah saw ini, sehingga akan menjadi peperangan penentu di antara mereka, maka para pendeta mengumpulkan orang-orang khusus mereka untuk bersiap-siap menghadapi hari yang telah ditentukan. Ketika telah tiba hari yang ditentukan maka berkumpullah sekelompok besar dari kalangan kaum Nasrani. Mereka maju dengan keyakinan bahwa Rasulullah saw akan keluar menghadapi mereka dengan sekumpulan besar para sahabatnya, sementara istri-istrinya di belakang dia.


Rasulullah saw maju dengan langkah pasti bersama bintang kecil dari Ahlul Bait, yaitu Hasan di sebelah kanannya dan Husain di sebelah kirinya, sementara Ali dan Fatimah di belakangnya. Ketika orang-orang Nasrani melihat wajah-wajah yang bercahaya ini, mereka gemetar ketakutan.


Maka mereka semua pun menoleh ke arah Uskup, pemimpin mereka seraya bertanya, "Wahai Abu Harits, bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?"


Uskup itu menjawab, "Saya melihat wajah-wajah yang jika salah seorang dari mereka memohon kepada Allah supaya gunung dihilangkan dari tempatnya, maka Allah akan menghilangkan gunung itu."


Bertambahlah ketercengangan mereka. Ketika Uskup merasakan yang demikian itu dari mereka, maka dia pun berkata, "Tidakkah engkau melihat Muhammad sedang mengangkat kedua tangannya sambil menunggu terkabulnya doanya. Demi al-Masih, jika dia menggerakkan mulutnya dengan satu kata saja, maka kita tidak akan bisa kembali kepada keluarga dan harta kita."[1]


Akhirnya mereka memutuskan untuk segera pulang dan meninggalkan arena mubahalah. Mereka rela walau pun harus menanggung kehinaan dan memberikan jizyah (denda).


Dengan mereka yang lima Rasulullah saw mampu mengalahkan orang-orang Nasrani dan menjadikan mereka kecil. Rasulullah saw bersabda, "Demi Dzat yang diriku berada di dalam genggamannya, sesungguhnya azab tengah bergantung di atas kepala para penduduk Najran. Kalaulah tidak ada ampunan-Nya niscaya mereka telah diubah menjadi kera dan babi, dan dinyalakan atas mereka lembah menjadi lautan api, serta Allah binasakan perkampungan Najran dan seluruh penghuninya, bahkan burung-burung yang berada di pepohonan sekali pun."


Pertanyaannya , kenapa Rasulullah saw menghadirkan mereka yang lima saja, dan tidak menghadirkan para sahabat dan istri-istrinya?


Pertanyaan itu dapat dijawab dengan satu kalimat, yaitu bahwa Ahlul Bait adalah seutama-utamanya makhluk setelah Rasulullah, dan manusia-manusia yang paling suci. Sifat-sifat yang telah Allah SWT tetapkan bagi Ahlul Bait di dalam ayat Tathhir ini tidak diberikan kepada selain mereka. Oleh karena itu, di dalam menerapkan ayat ini kita mendapati bagaimana Rasulullah menarik perhatian umat kepada kedudukan Ahlul Bait.


Rasulullah menafsirkan firman Allah yang berbunyi "abna'ana" (anak-anak kami) dengan Hasan dan Husain, "nisa'ana" (istri-istri kami) dengan Sayyidah Fatimah az-Zahra as, dan "anfusana" (diri-diri kami) dengan Ali as. Itu dikarenakan imam Ali tidak masuk ke dalam kategori istri-istri dan tidak termasuk ke dalam kategori anak-anak, melainkan hanya masuk ke dalam kata "diri-diri kami". Karena ungkapan "anfusana" (diri-diri kami) akan menjadi buruk jika seruan itu hanya ditujukan kepada diri Rasulullah saw saja.


Bagaimana mungkin Rasulullah saw memanggil dirinya?! Ini diperkuat dengan hadis Rasulullah saw yang berbunyi, "Aku dan Ali berasal dari pohon yang sama, sedangkan seluruh manusia yang lain berasal dari pohon yang bermacam-macam."

Jika Imam Ali adalah diri Rasulullah saw sendiri, maka Imam Ali memiliki apa yang dimiliki oleh Rasulullah saw, berupa kepemimpinan atas kaum Muslimin, kecuali satu kedudukan yaitu kedudukan kenabian. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasulullah saw di dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, "Wahai Ali, kedudukan engkau di sisiku tidak ubahnya sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi sepeninggalku."[2]


Sesungguhnya argumentasi kita dengan ayat ini bukan untuk menjelaskan peristiwa mubahalah, melainkan semata-mata dalam rangka menjelaskan siapakah Ahlul Bait itu. Dan alhamdulillah, tidak ada perbedaan pendapat bahwa ayat ini turun kepada Ashabul Kisa`. Terdapat banyak riwayat dan hadis di dalam masalah ini. Muslim dan Turmudzi telah meriwayatkan di dalam bab keutamaan-keutamaan Ali:


Dari Sa'ad bin Abi Waqash yang berkata, "Ketika ayat ini turun, 'Katakanlah, 'Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu...' Rasulullah saw memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Lalu Rasulullah saw berkata, 'Ya Allah, mereka inilah Ahlul Baitku."'[3]•


------------------------------------------


1. Tafsir ad-Durr al-Mantsur, jld 2, pembahasan tafsir surat Ali 'lmran ayat 61.

2. Sahih Bukhari, kitab Manaqib; Sahih Muslim, kitab keutamaan-keutamaan sahabat; dan Musnad Ahmad, riwayat nomer 1463.

3. Sahih Muslim, jld 2, hal 360; Isa al-Halabi, jld 15, hal 176; Sahih Turmudzi, jld 4, hal 293, hadir nomer 3085; al-Mustadrak 'ala ash-Shahihain, jld 3, hal 150.


-------------------------------------------


DALAM AYAT MUBAHALAH INI KEMBALI BANYAK HADIST YANG MERIWAYATKAN AKAN SIAPA AHLULBAIT NABI YANG ALLAH MAKSUDKAN DALAM (QS. Ali 'lmran: 61) YAITU  :

-RASULULLAH SAWW
-ALI BIN ABI THALIB
-FATIMAH
-HASAN
-HUSEIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar