Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 3-5 Ayat ke-3: الذین یؤمنون بالغیب و یقیمون الصلاة و مما رزقنهم ینفقون Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib dan mendirikan solat, serta mendirikan solat, serta menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Al-Quran membagi alam wujud menjadi dua bagian, yaitu alam gaib yang tak terjangkau oleh indera kita, dan alam nyata yang dapat kita raba dan kita ketahui keberadaannya melalui indera. Sebagian orang hanya mau menerima dan meyakini keberadaan hal-hal yang dapat mereka lihat dan mereka dengar serta mereka tangkap dengan salah satu dari panca indera mereka. Mereka ingin memahami segala sesuatu hanya melalui indera mereka. Padahal indera manusia sangat terbatas dan tidak mampu menjangkau segala sesuatu yang ada. Sebagai contoh, daya tarik bumi merupakan salah satu ciri khas benda-benda materi dan tidak dapat ditangkap dengan indera. Akan tetapi kita mengetahui keberadaannya melalui peristiwa jatuhnya benda-benda ke bawah yaitu ke bumi. Jadi pengetahuan kita akan keberadaan kekuatan atau daya tarik ini, datang melalui akibat-akibat yang ditimbulkannya, bukan dengan menangkap esensi daya tarik itu sendiri. Sebagian orang berkeinginan melihat Allah swt dengan mata mereka. Mereka yang hanya percaya dengan hal-hal materi seperti Bani Israel pernah berkata kepada Nabi Musa as, "Kami tidak akan beriman kepadamu kecuali jika kami dapat melihat Allah dengan jelas." Ini tentu satu hal yang mustahil. Karena Allah swt bukan materi, sehingga dapat dilihat. Akan tetapi kita dapat memastikan, dan meyakini alam gaib, yaitu wujud Allah, para malaikat, dan alam akhirat, yang semuanya itu tak terjangkau oleh indera lahiriah manusia. Tentu saja, iman adalah tingkat yang lebih tinggi dari pada ilmu dan pengetahuan. Suatu tahap dimana hati dan jiwa manusia juga menyaksikan adanya wujud sesuatu, menjalin hubungan dengannya dan mencintainya. Jelas sekali bahwa iman dan keyakinan seperti ini juga akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik pada diri manusia. Dan pada prinsipnya, menurut pandangan Islam, Iman tanpa amal, dan keyakinan semata-mata, tidak akan membawa manusia ke arah kesempurnaan. Ayat ini mengatakan, orang-orang yang bertakwa selain beriman kepada yang gaib, mereka juga mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dengan shalat yang merupakan zikrullah, mereka memenuhi tuntutan-tuntutan ruhani dan jiwa mereka. Dengan itu mereka akan dapat memenuhi tuntutan-tuntutan masyarakat, sehingga rakyat pun dapat merasakan kesejahteraan hidup sekedarnya. Sesungguhnya shalat saja dengan sendirinya tidaklah cukup. Seseorang hendaklah menegakkan shalat, juga mengajak orang lain untuk menegakkan shalat. Hendaknya shalat dilakukan di awal waktu, juga di dalam masjid dengan berjamaah. Dengan demikian, shalat akan mendatangkan manfaat di dalam masyarakat dan inilah posisi yang sebenarnya dari shalat. Berkenaan dengan masalah sedekah pun, Islam tidak menganjurkan pemberian bantuan-bantuan material saja lalu selesai. Akan tetapi yang ditegaskan di dalam Al-Quran untuk diberikan kepada orang lain ialah "Mim Ma Razaqna". Yaitu, apa saja yang telah Allah berikan, meliputi kekayaan harta, kekuatan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan segala fasilitas, kelebihan yang merupakan pemberian Allah swt. Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Alam wujud, tak terbatas pada alam materi. Terdapat hal-hal yang memiliki wujud, tetapi tak terjangkau oleh indera kita. Namun akal dan hati kita dapat membuktikan wujud mereka itu. Dengan demikian kita harus menyakini keberadaan hal-hal tersebut.
2. Iman tak terpisahkan dari amal perbuatan, dan orang yang beriman adalah orang yang selalu beramal soleh, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt.
3. Shalat adalah amalan terpenting bagi manusia beriman.
4. Segala apa yang kita miliki adalah dari Allah, dengan demikian sebagian darinya mestilah kita berikan kepada orang lain yang memerlukan. Allah pun akan memberikan gantinya baik di dunia maupun di akhirat.
5. Islam adalah agama yang lengkap dan diturunkan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Islam mengatur hubungan dengan manusia dan manusia dengan masyarakatnya. Ayat ke-4: و الذین یؤمنون بما انزل الیک و ما انزل من قبلک و بالآخرة هم یوقنون Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan yang telah diturunkan sebelummu, dan mereka meyakini akan hari kiamat. Wahyu adalah salah satu jalan untuk mencapai pengetahuan, dimana orang yang bertakwa beriman kepadanya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, jalan pengetahuan manusia tidak terbatas pada indera, dan bahwa terdapat suatu alam di balik alam materi ini yang telah dibuktikan keberadaannya oleh akal. Namun akal tak mampu mengetahui alam tersebut secara terperinci. Untuk itulah, dengan menurunkan wahyu, Allah swt telah menyempurnakan pengetahuan kita. Akal mengatakan bahwa Tuhan yang kita sebut Allah itu ada dan nyata. Akan tetapi wahyu, menjelaskan sifat-sifat dan kekhususan-kekhususan Allah kepada kita. Akal mengatakan bahwa pengadilan harus ditegakkan untuk memberikan hukuman dan pahala kepada setiap manusia. Dan wahyu mengatakan bahwa hanya alam akhirat yang memiliki ciri-ciri semacam itu. Dengan demikian akal dan wahyu saling menyempurnakan dan orang-orang beriman menggunakan keduanya sebagai perantara mencapai pengetahuan yang benar dan sempurna. Wahyu bukan sesuatu yang khusus bagi Nabi kita saja. Nabi-nabi dan rasul-rasul lain sebelum beliau pun menerima wahyu dan diajak berbicara oleh Allah swt. Dengan demikian, orang-orang yang bertakwa, tak akan berkeras kepala menolak keberadaan para rasul sebelumnya dan hanya menerima kerasulan Nabi Muhammad saw. Mereka menyakini seluruh Nabi dan Rasul Ilahi serta segala sesuatu yang telah diwahyukan kepada mereka. Alam akhirat adalah alam gaib yang hanya dapat dikenali dengan baik dan benar melalui wahyu. Oleh karena itu, orang-orang yang beriman meyakini keberadaan hari kiamat dan kehidupan akhirat berdasarkan Al-Quran. Mereka tidak menganggap bahwa kematian adalah akhir kehidupannya. Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Semua Nabi memiliki tujuan yang sama, oleh karena itu kita semua harus mengimani seluruh kitab samawi.
2. Umat Islam adalah pewaris kitab-kitab samawi sebelum Al-Quran. Oleh sebab itu mereka pun mesti berusaha menjaganya.
3. Keyakinan akan hari kiamat, mendatangkan manfaat yang amat banyak. Ia membuat dunia ini menjadi kecil di mata manusia, menjaga manusia dari perbuatan dosa dan memberi arah serta tujuan yang benar pada perbuatan-perbuatan manusia. Ayat ke-5: اولئک علی هدا من ربهم و اولئک هم المفلحون Mereka itulah orang-orang yang berada di atas petunjuk Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat ini menerangkan akibat yang sangat mulia dan menyenangkan bagi orang-orang yang bertakwa, yang telah mencapai kebahagiaan tersebut karena mereka menerima petunjuk Allah dan selalu berjalan di atas petunjuk tersebut. Kemenangan berarti kebebasan dari hawa nafsu sekaligus peningkatan dan pengembangan keutamaan-keutamaan akhlak. Di dalam bahasa Arab, petani disebut fallah yang pada asalnya berarti orang yang menang. Kata fallah, memiliki akar kata yang sama dengan kata muflihun di dalam ayat ke lima surat Al-Baqarah ini. Karena dengan pekerjaannnya petani menyediakan lahan untuk tumbuhnya benih dari dalam tanah sehingga dapat berkembang baik. Kemenangan adalah tingkat tertinggi tahap kesempurnaan manusia, karena sesuai dengan ayat Al-Quran, bumi ini di ciptakan untuk manusia dan manusia untuk beribadat. Sedangkan ibadah untuk mencapai ketakwaan. Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang yang bertakwa akan mencapai kemenangan. Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jalan mencapai kebahagiaan dan kemuliaan adalah dengan menerima hidayah Ilahi.
2. Kemenangan tak akan diperoleh tanpa usaha. Untuk mencapainya diperlukan ilmu dan iman, serta amal baik. |