Hadis Imam Ali Yang Pertama Kali Beribadah Bersama Nabi
Telah diriwayatkan dalam riwayat yang shahih kalau Imam Ali adalah laki-laki pertama yang memeluk islam dan shalat bersama Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] ketika belum diwajibkan shalat kepada kaum muslimin. Berikut riwayat lain yang memuat pengakuan Beliau mengenai ibadah Beliau bersama Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]
أخبرنا علي بن المنذر قال حدثنا بن فضيل قال حدثنا الأجلح عن عبد الله بن أبي الهذيل عن علي قال ما أعرف أحدا من هذه الأمة عبد الله بعد نبيها غيري عبدت الله قبل أن يعبده أحد من هذه الأمة بسبع سنين
Telah mengabarkan kepada kami ‘Ali bin Mundzir yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail yang berkata telah menceritakan kepada kami Al Ajlah dari ‘Abdullah bin Abi Huzail dari Ali yang berkata “aku tidak mengenal seorangpun dari umat ini yang beribadah kepada Allah setelah Nabi-Nya selain aku, aku beribadah kepada Allah tujuh tahun sebelum seorangpun dari umat ini beribadah kepada-Nya” [Sunan Nasa’i 5/107 no 8396]
Hadis ini sanadnya hasan, para perawinya tsiqat kecuali Al Ajlah ia adalah perawi yang shaduq hasanul hadis.
* ‘Ali bin Mundzir Al Kufiy adalah perawi Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah yang tsiqat. Ibnu Abi Hatim menyatakan ia shaduq tsiqat. Abu Hatim berkata “tempat kejujuran”. Nasa’i menyatakan ia seorang syiah yang tsiqat. Ibnu Numair berkata “tsiqat shaduq”. Daruquthni berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 7 no 627]. Ibnu Hajar menyatakan ia shaduq tasyayyu’ [At Taqrib 1/703]
* Muhmmad bin Fudhail bin Ghazwan Al Kufy adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ahmad berkata ia tasyayyu’ dan hasanul hadis. Ibnu Ma’in menyatakan ia tsiqat. Abu Zur’ah berkata “shaduq termasuk ahlul ilmi”. Abu Hatim berkata “syaikh”. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat shaduq. Al Ijli menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban dan Ibnu Syahin memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ali bin Madini berkata tsiqat tsabit dalam hadis. Daruquthni juga menyatakan ia tsabit dalam hadis. Yaqub bin Sufyan menyatakan ia seorang syiah yang tsiqat. [At Tahdzib juz 9 no 660]. Ibnu Hajar menyatakan ia shaduq dan tasyayyu’ [At Taqrib 2/124]
* Ajlah bin ‘Abdullah bin Hujayyah adalah perawi Bukhari dan Ashabus Sunan. Ibnu Ma’in menyatakan ia shalih, terkadang menyatakan tsiqat, terkadang menyatakan “tidak ada masalah padanya”. Al Ijli menyatakan ia tsiqat. Abu Hatim berkata “tidak kuat, ditulis hadisnya tetapi tidak dijadikan hujjah”. Ibnu Ady menyatakan kalau ia memiliki riwayat-riwayat yang baik dan tidak memiliki riwayat mungkar seorang yang shaduq dan hadisnya lurus. Amru bin ‘Ali juga menyatakan ia shaduq dan hadisnya lurus. Abu Dawud menyatakan ia dhaif. Ibnu Sa’ad menyatakan dhaif jiddan. Yaqub bin Sufyan menyatakan ia tsiqat dan ada kelemahan dalam hadisnya. Al Uqaili menyatakan kalau ia meriwayatkan dari Asy Sya’bi hadis-hadis yang mudhtharib dan tidak memiliki mutaba’ah. [At Tahdzib juz 1 no 353]. Ibnu Hajar menyatakan ia seorang syiah yang shaduq [At Taqrib 1/72]. Adz Dzahabi berkata “seorang syiah yang shaduq meriwayatkan dari Asy Sya’bi, dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in dan yang lainnya, Nasa’i mengatakan ia dhaif” [Man Tukullima Fiihi Wa Huwa Muwatstsaq no 13]. Pernyataan Adz Dzahabi kalau Nasa’i berkata “dhaif” patut diberikan catatan, Nasa’i tidak memasukkan nama Ajlah dalam kitabnya Adh Dhu’afa tetapi Nasa’i pernah berkata tentang Ajlah “tidak kuat [laisa bil qawiy]” [Amal Yaum Wal Laila no 616]. Pernyataan laisa bil qawiy di sisi Nasa’i bisa berarti seorang yang hadisnya hasan maksudnya tidak mencapai derajat shahih.
* ‘Abdullah bin Abi Huzail termasuk perawi Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i. Nasa’i menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 6 no 122]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/543]
* Muhmmad bin Fudhail bin Ghazwan Al Kufy adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ahmad berkata ia tasyayyu’ dan hasanul hadis. Ibnu Ma’in menyatakan ia tsiqat. Abu Zur’ah berkata “shaduq termasuk ahlul ilmi”. Abu Hatim berkata “syaikh”. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat shaduq. Al Ijli menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban dan Ibnu Syahin memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ali bin Madini berkata tsiqat tsabit dalam hadis. Daruquthni juga menyatakan ia tsabit dalam hadis. Yaqub bin Sufyan menyatakan ia seorang syiah yang tsiqat. [At Tahdzib juz 9 no 660]. Ibnu Hajar menyatakan ia shaduq dan tasyayyu’ [At Taqrib 2/124]
* Ajlah bin ‘Abdullah bin Hujayyah adalah perawi Bukhari dan Ashabus Sunan. Ibnu Ma’in menyatakan ia shalih, terkadang menyatakan tsiqat, terkadang menyatakan “tidak ada masalah padanya”. Al Ijli menyatakan ia tsiqat. Abu Hatim berkata “tidak kuat, ditulis hadisnya tetapi tidak dijadikan hujjah”. Ibnu Ady menyatakan kalau ia memiliki riwayat-riwayat yang baik dan tidak memiliki riwayat mungkar seorang yang shaduq dan hadisnya lurus. Amru bin ‘Ali juga menyatakan ia shaduq dan hadisnya lurus. Abu Dawud menyatakan ia dhaif. Ibnu Sa’ad menyatakan dhaif jiddan. Yaqub bin Sufyan menyatakan ia tsiqat dan ada kelemahan dalam hadisnya. Al Uqaili menyatakan kalau ia meriwayatkan dari Asy Sya’bi hadis-hadis yang mudhtharib dan tidak memiliki mutaba’ah. [At Tahdzib juz 1 no 353]. Ibnu Hajar menyatakan ia seorang syiah yang shaduq [At Taqrib 1/72]. Adz Dzahabi berkata “seorang syiah yang shaduq meriwayatkan dari Asy Sya’bi, dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in dan yang lainnya, Nasa’i mengatakan ia dhaif” [Man Tukullima Fiihi Wa Huwa Muwatstsaq no 13]. Pernyataan Adz Dzahabi kalau Nasa’i berkata “dhaif” patut diberikan catatan, Nasa’i tidak memasukkan nama Ajlah dalam kitabnya Adh Dhu’afa tetapi Nasa’i pernah berkata tentang Ajlah “tidak kuat [laisa bil qawiy]” [Amal Yaum Wal Laila no 616]. Pernyataan laisa bil qawiy di sisi Nasa’i bisa berarti seorang yang hadisnya hasan maksudnya tidak mencapai derajat shahih.
* ‘Abdullah bin Abi Huzail termasuk perawi Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i. Nasa’i menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 6 no 122]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/543]
Para perawi hadis ini termasuk perawi tsiqat kecuali Ajlah, ia diperbincangkan ulama. Sebagian menyatakan ia tsiqat dan sebagian melemahkannya tetapi ia tidak memiliki riwayat mungkar kelemahan padanya terbatas pada hadis-hadisnya dari Sya’bi yang mudhtharib dan tidak memiliki mutaba’ah. Maka pendapat yang rajih ia adalah seorang yang shaduq dan hadisnya dinilai hasan.
Sebagian orang melemahkan hadis ini karena mereka menilai matan hadis tersebut mungkar. Padahal yang sebenarnya adalah mereka tidak memahami matan hadis tersebut dengan baik. Ibadah yang dimaksudkan Imam Ali disini adalah shalat dan ini sejalan dengan hadis lain yang sebelumnya pernah kami bahas.
حدثنا محمد بن إسماعيل الرازي حدثنا عبيد الله بن موسى أنبأنا العلاء بن صالح عن المنهال عن عباد بن عبد الله قال قال علي أنا عبد الله وأخو رسوله صلى الله عليه و سلم . وأنا الصديق الأكبر لا يقولها بعدي إلا كذاب صليت قبل الناس لسبع سنين
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismail Ar Raziy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Musa yang berkata telah memberitakan kepada kami Al A’la bin Shalih dari Minhal dari ‘Abbad bin ‘Abdullah yang berkata Ali berkata “aku hamba Allah dan saudara Rasul-Nya dan aku adalah shiddiq al akbar tidak ada yang mengatakan setelahku kecuali ia seorang pendusta. Aku shalat tujuh tahun sebelum orang lain shalat [Sunan Ibnu Majah 1/44 no 120]
Jadi maksud perkataan Imam Ali itu beliau adalah orang yang pertama kali beribadah bersama Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yaitu shalat dan beliau mengatakan kalau beliau telah melakukannya tujuh tahun sebelum orang lain shalat. Maksudnya disini adalah ketika shalat belum diwajibkan kepada orang-orang maka Beliau Imam Ali telah shalat bersama Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar