Laman

Selasa, 19 April 2011

Memendam Rindu kepada Rasulullah SAW

oleh Ahsa Albanduni

karya JALALUDDIN RAKHMAT
 Cinta merupakan topik yang tiada habis-habisnya diperbincangkan. Karena yang satu ini merupakan fitrah manusia dalam membina hubngan dengan sesamanya selain membuahkan kelanjutan dari apa yang namanya peradaban. Dengan cinta pula, seseorang akan terwarnai segala tingkah laku serta tutur katanya. Lebih-lebih apabila yang menjadi tumpuan cinta adalah diri Rasulullah SAW.




Sosok yang selalu "hadir" dalam keteladanannya ini, dicintai dengan cara yang berbeda bagi tiap pencinta. Karena menurut Ibnu Qayyim; "Tidak mungkin cinta didefinisikan lebih jelas kecuali dengan cinta lagi. Definisi cinta dalam wujud cinta itu sendiri. Cinta tidak dapat digambarkan lebih jelas dari apa yang digambarkan oleh cinta lagi". Tidak heran, dalam berbagai kisah – seperti dalam buku kita kali ini - terdapat beragam cara dan rasa yang direfleksikan oleh para pencinta Rasullulah SAW, ditambah karena cinta tidak sekedar dilukiskan dengan untaian kata-kata.

Cinta juga mendefinisikan dirinya sebagai penyerahan dan kesediaan untuk "menjual diri" dalam artian memberikan yang paling berharga buat sang kekasih. Inilah kecintaan sejati seorang pencinta. Dengan cinta seperti itu, makna yang akan muncul dengan sendirinya ialah memelihara dan mempertahankan kecintaannya. Sehingga, pada saat sakaratul maut sekali pun, nama Rasulullah tidak akan pernah lepas dari mulut dan jantungnya, sebagai bukti nyata kecintaan terhadap rasulullah.

Salah satu anugrah Allah bagi para pencinta Rasul ialah digabungkannya pencinta dengan Rasulullah secara ruhaniyah di dunia dan secara hakiki di akhirat. Karena sabda Rasul; "Engkau bersama dengan orang yang engkau cintai". Kerinduan yang dialami oleh orang-orang pencinta Rasulullah lebih karena menekankan pada suatu hasrat ruhani yang ingin selalu bersama orang yang dicintainya sehingga akhirnya berdampingan di alam surgawi nantinya.

Buku mungil nan indah ini berjudul Rindu Rasul, setebal 261 halaman, buah pemikiran mendalam dari Jalaluddin Rahmat, yang acapkali menggunakan pendekatan sufistik di setiap karya-karyanya. Rindu Rasul, seperti layaknya buku Jalaluddin Rahmat yang lain sarat dengan ketabahan spiritual, penyerahan diri serta upaya-upaya pembersihan hati yang mengagumkan. Kekaguman yang muncul pada dasarnya bukan dari kualitas "makna" yang disampaikan namun cenderung pada suasana yang mampu beliau ciptakan lewat untaian kata-kata.

Banyak buku yang menggambarkan betapa kepribadian Rasulullah itu demikian sempurna, elok dan melekat pada kelembutan hati manusia. Namun Rindu Rasul memberikan nuansa yang berbeda lewat pendekatan personal dari kondisi kejiwaan dan nurani orang-orang yang mencintai Rasulullah. Pendekatan tersebut lebih nyata melalui kisah dari hadits-hadits yang disampaikan pula sanadnya. Pembaca akan merasakan keharuan yang tak terperi, beserta pemakluman yang wajar atas perasaan haru tersebut. Ada keterkejutan yang mungkin dialami pada kesadaran pembaca atas bagaimana sikap mereka selama ini terhadap Rasulullah. Karena buku ini dapat menjadi cermin atas kualitas cinta kita pada Beliau.

Kisah-kisah dari para sahabat hingga pengalaman pribadi sang penulis yang banyak bertebaran didalam buku ini membawa pembaca pada pemahaman tentang hakikat cinta rasul, walaupun beberapa argumentasi yang mengiringi kisah-kisah tersebut agak membuat kening kita berkerut tanda kurang setuju atau kurang paham. Sebuah kisah tentang nenek tua penjual bunga, dan beberapa keajaiban dari syafa'at Rasulullah memberikan gambaran tentang betapa indahnya cinta itu, ditambah dengan sya'ir-sya'ir syahdu dan kesaksian para sahabat atas betapa cintanya Rasulullah terhadap umatnya, semakin membawa kita pada sebuah dunia baru yang sangat lembut namun kuat.

Akhirnya buku ini memberikan inspirasi atas apa yang sebaiknya kita lakukan untuk memupuk cinta kita pada Allah dan Rasul-Nya, inspirasi tersebut bukan berupa perintah, kalimat dikte ataupun apologi namun lebih pada penggugahan nurani dan penyadaran, dengan kata lain sangat manusiawi. Pembaca dapat pula sejenak berekreasi otak dengan menghayati sya'ir penutup yang dikemas sedemikian rupa untuk komsumsi hati yang pada dasarnya rindu nuansa nubuwwah.

 http://mamaabram.multiply.com/reviews/item/3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar