Boleh dikata, keberhasilan paling penting Rasulullah Saw adalah menciptakan sebuah masyarakat berdasarkan persatuan dan kasih sayang. Persatuan adalah esensi keberadaan. Demi menciptakan persatuan di lingkungan masyarakat, Nabi mengajak masyarakat Islam untuk tetap berpegang teguh kepada tali Allah yang kokoh. Nabi menyebut kekuatan bangsa-bangsa terletak pada persatuan dan rasa solidaritas antarsesama. Umat Islam yang berpegang teguh dengan nasihat Nabi Saw, selama beberapa abad menjadi pelopor di bidang keilmuwan, peradaban dan kemajuan. Dengan munculnya Islam, pribadi agung Nabi Muhammad Saw menjadi titik pertemuan emosi masyarakat dan pusat masyarakat Islam.
Dengan upaya keras yang dilakukannya, Nabi Muhammad Saw menyebarkan persatuan di seluruh dunia. Rasulullah Saw dengan sejumlah metode berhasil menghilangkan sejumlah kendala yang menghambat terciptanya persatuan seperti diskriminasi, pengunggulan etnis dan merasa diri lebih dari yang lain. Bahkan Nabi mengajak para pengikut agama lain untuk bersama-sama menciptakan perdamaian. "Mari kita bersama-sama mengarah pada satu ucapan yang satu antara kami dan kalian. Bahwa kita hanya akan menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya. Sebagian dari kita tidak akan menerima tuhan selain Allah Yang Maha Esa."
Masyarakat Jahiliyah Arab hidup dalam kondisi carut-marut disebabkan tidak adanya aturan. Perang, kebodohan, kekafiran dan fanatisme buta kesukuan merupakan ciri khas utama bangsa Arab sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw. Menurut Ibnu Khaldun, "Kabilah-kabilah Arab adalah perampok dan buas serta memiliki sifat ingin menjarah milik orang lain. Apa yang mereka temukan bakal dirampasnya."
Sebagian ahli sejarah terkait sejarah Arab sebelum kemunculan Islam telah mencatat terjadinya 1700 perang di antara mereka. Sebagian dari perang ini malah berlangsung bertahun-tahun antara sejumlah generasi. Kebiasaan perang sedemikian kuat dalam masyarakat Arab, sehingga ketika Nabi Muhammad Saw berbicara tentang perdamaian dan keindahan surga, satu dari orang-orang Arab bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah! Apakah di surga juga bakal ada perang?" Rasulullah Saw menjawab, "Tidak Ada." Badui Arab ini kembali bertanya, "Bila tidak ada perang di surga, lalu apa artinya surga bagi kami?"
Dalam kondisi sulit seperti ini, Rasulullah Saw memberikan pesan rahmat dan tuntunan ilahi kepada masyarakat Arab. Ketika tiba di Madinah, Nabi mengayomi segala etnis dan suku yang berada di kota ini. Menciptakan persatuan politik dan sosial dilakukan Rasulullah dengan cara melakukan perjanjian di antara suku-suku ini. Apa yang dilakukan beliau merupakan gerakan pentingdemi mengorganisir masyarakat yang lebih beradab dan sempurna. Perjanjian-perjanjian ini merupakan bukti dan dokumen penting strategi Rasulullah dalam menciptakan persatuan Islam di tengah-tengah masyarakat waktu itu.
Sejumlah perjanjian antara Nabi Muhammad Saw dengan sejumlah suku dan kabilah yang ada di Madinah merupakan perjanjian penting, bahkan boleh dikata itu merupakan undang-undang dasar tertulis pertama di dunia. Isi dari perjanjian itu secara jelas menetapkan bahwa umat Islam adalah umat yang satu. Sebagian dari butir-butir yang ada dalam perjanjian ini menunjukkan indahnya persatuan. Sebagian dari butir-butir itu seperti; "Umat Islam bersatu menghadapi kezaliman, agresi, konspirasi dan perusakan. Bila muncul perselisihan antara umat Islam, maka rujukan untuk mencari solusi adalah Allah dan Rasul-Nya. Umat Islam tidak akan membiarkan muslim lainnya menanggung sendiri utangnya yang banyak, tapi mereka harus membantunya."
Di bagian lain dari butir-butir perjanjian bersejarah itu terkait hubungan umat Islam dengan Yahudi Madinah disebutkan, "Umat Islam dan warga Yahudi hidup di Madinah seperti umat yang satu dan setiap dari mereka hidup dengan agamanya sendiri. Umat Islam dan warga Yahudi kedua-duanya akan menghadapi musuh yang menyerang Madinah."
Dapat dikatakan bahwa upaya untuk menciptakan titik-titik kesamaan dalam agama merupakan parameter penting yang digunakan Rasulullah Saw demi memberikan solusi bagi terealisasinya persatuan Islam. Rasulullah dalam perjanjian ‘Aqabah yang dilakukan beliau dengan warga Madinah yang dahulunya disebut Yatsrib kepada sejumlah etnis yang lain beliau berkata, "Kalian pilih 12 orang sebagai wakil yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi di antara kabilah kalian."
Langkah-langkah konstruktif yang dilakukan utusan terakhir Allah Saw, begitu membuat masyarakat gembira. Ketika para wakil suku-suku Yatsrib bertemu dengan Nabi di dekat tempat bernama ‘Aqabah dan mendengar ucapan beliau tentang persatuan dan kasih sayang, mereka berkata, "Sedemikian hebatnya permusuhan antara suku Khazraj dan Aus, dua kabilah di Yatsrib sehingga tidak dapat dibandingkan dengan kabilah-kabilah yang lain. Kami berharap Allah Swt menjadikan engkau sebagai perantara yang mampu mendamaikan rakyat kami, kemudian menciptakan persatuan dan kasih sayang di antara mereka."
Rasul Saw membangun kasih sayang di tengah masyarakat Islam dengan memfokuskannya pada iman kepada Allah. Rasul menyebut masyarakat ideal adalah masyarakat yang setiap anggotanya punya hubungan persaudaraan dengan lainnya dan semua punya kewajiban melindunginya agar Allah melanggengkan sarana demi terciptanya persatuan dan kasih sayang. Dengan dasar ini, Rasulullah Saw menyelenggarakan hubungan persaudaraan antara 300 orang muslim.
Nabi dengan perjanjian umum yang dilakukannya di antara warga Madinah berhasil menyebarkan wangi persaudaraan dan solidaritas di seluruh kondisi masyarakat Islam. Seluruh Madinah mendengarkan ucapan-ucapan indah Nabi. Beliau bersabda, "Al-Jama'ah Rahmatun wa al-Furqah ‘Adzabun" yang artinya jamaah dan bersatu itu merupakan rahmat dan berpisah serta berselisih itu adalah azab." Beliau juga bersabda, "Masyarakat mukmin yang merasa bersaudara dan mencintai lainnya sama seperti satu badan. Bila satu anggota badan itu merasa sakit, maka seluruh badan akan merasakan sakitnya terutama di waktu malam dan demam."
Sekalipun telah berusaha keras untuk menciptakan persatuan di antara umat Islam, tapi Nabi senantiasa khawatir munculnya perselisihan di antara mereka yang pada akhirnya menciptakan kerusakan. Karena kekalahan dan rusaknya hubungan sosial dalam sebuah umat terkait masalah-masalah penting di masa kekacauan prosentasinya semakin besar. Seorang bernama Syits bin Qais pada suatu hari berhasil memprovokasi seorang pemuda Yahudi agar menciptakan perselisihan antara suku Aus dan Khazraj. Perselisihan ini akan mengingatkan orang akan masa Jahiliyah dan akan mengobarkan kebencian lama yang tertanam dalam diri mereka.
Akibat provokasi yang dilakukan, dua kabilah ini kembali menghunuskan pedangnya dan terjadi bentrokan hebat di antara mereka. Nabi Muhammad Saw mendengar berita ini dan melihat kejadian itu. Beliau dengan sigap bersabda, "Wahai umat Islam! Apakah kalian telah melupakan Allah? Kalian kembali menyuarakan yel-yel Jahiliyah, padahal saya masih berada di tengah-tengah kalian. Hal ini kalian lakukan setelah Allah Swt menuntun kalian dengan cahaya Islam, menjadikan kalian bernilai dan membebaskan kalian dari kekafiran?"
Rasulullah Saw dalam pelbagai periode dengan suaranya yang teduh membacakan surat Ali Imran ayat 103 yang berbunyi, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."
Ketika bintang cemerlang Islam terbit dan menyebar dengan cepat ke seluruh Hijaz, orang-orang munafik dimasa tidak adanya Nabi Muhammad Saw, membangun sebuah masjid guna mengurangi kekuatan spiritual umat Islam. Dengan alasan melaksanakan shalat di masjid itu mereka ternyata berbicara tentang upaya dan konspirasi yang dapat dilakukan untuk melawan Islam. Suatu hari Nabi Saw kembali ke Madinah dari perang Tabuk. Orang-orang munafik ini meminta kepada beliau untuk shalat di masjid itu sekaligus meresmikannya. Pada saat itu malaikat pembawa wahyu menyadarkan beliau akan rencana licik mereka dan menyebut masjid itu sebagai masjid "Dhirar". Rasul akhirnya memerintahkan untuk menghancurkan masjid itu, demi mencegah munculnya friksi di antara umat Islam agar persatuan Islam tidak rusak.
Dengan demikian, sebagaimana diucapkan oleh Imam Ali as, "Hati orang-orang baik senantiasa tertarik kepada Rasulullah. Berkat keberadaan beliau, Allah Swt menguburkan kedengkian dan memadamkan api permusuhan. Keberadaan Rasul mampu memberikan kemuliaan dan solidaritas bagi umat Islam. Rasul telah membuka jalan-jalan kebahagiaan yang semula tertutup. "(IRIB/SL/RM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar