Laman

Selasa, 19 April 2011

Pelajaran Berharga dari Dr.Musthafa Chamran

Mustafa Chamran adalah Sosok pejuang Islam yang Rela mati dalam Kesyahidannya, dalam buku dengan judul aslinya Chamran be Rewoya-e Hamsar-e Syahid, karya Habibah Ja’fariyan yang diterbit untuk edisi Indonesia oleh penerbit Qorina sungguh sangat berkesan bagi setiap pembacanya.
Setelah membaca Buku ini saya pribadi sangat terkesan dan mengapnya lebih hebat dari novel-novel lainnya yang menghadirkan tokoh Fiktif. Mustafa Chamran adalah kisah nyata dizaman sekarang ini.



Selain pejuang Syahid chamran ternyata memiliki jiwa yang romantis dan sangat menyayangi dan menghormati wanita(istrinya), bagaimana beliau merapikan tempat tidur dan menyediakan sarapan untuk istrinya hingga akhir hayatnya (walau lebih didasari oleh janji yang diucapkannya kepada ibu mertuanya), tetap merupakan contoh yang luar biasa, karena ternyata apa yang dilakukan Nabi saw kepada istri-istrinya buka cuma dongeng semata, ini dibuktikan dengan seorang Mustafa Chamran dapat berbuat yang hampir sama dengan Nabi saw, padahal Mustafa Chamran sendiri hidup sejaman dengan kita bukan hidup pada jaman para sufi.
Tentang keromantisan dari tokoh pejuang inipun bisa dilihat dari kisahnya mendapatkan restu keluarga istrinya dan mempertahankan pernikahan dari tentangan keluarga istrinya dengan akhlaq yang indah, seperti diceritakan bagaimana beliau orang yang mengantarkan ibu mertuanya ke rumah sakit dalam kondisi di tengah medan perang dan bagaimana beliau meminta istrinya untuk selalu menemani ibunya hingga sembuh dan bagaimana beliau mencium tangan istrinya seraya mengucapkan terimakasih sambil menguraikan airmata, hal yang membuat istrinya heran dan bertanya:
“Terima kasih untuk apa, Mustafa?” Mustafa menjwab, “Inilah tangan yang telah mengabdi pada ibunya di hari-hari yang sulit. Tangan ini suci bagiku dan aku harus menciumnya.” Istrinya berkata,”Mengapa engkau berterima kasih padaku? aku berbuat begitu lntaran beliau adalah ibuku, bukan ibumu. Justru engkaulah yang telah berbuat baik kepada beliau.”
Mustafa mengatakan, “tangan yang mengabdi pada ibunya suci. Orang yang tidak berbuat baik pada ibunya tidak akan baik pada siapapun. Aku berterimakasih karena engkau telah mengabdi pada ibumu dengan penuh cinta dan kasih sayang.”
Istrinya berkata “Mutafa, setelah semua perlakuan kasar yang mereka lakukan padamu, engkau masih mengucapkan kata-kata seperti ini?”, Mustafapun menjawab, “Mereka berhak berbuat demikian lantaran mereka menyayangimu.
Mereka tak begitu mengenalku. Dan ini sangat wajar, setiap orangtua ingin menjaga anak gadisnya.” Dan adalagi pesan yang luar biasa buat para pencinta yang mendapat ujian dari keluarga pasangannya, Mustafa Chamran menegaskan kepada istrinya, “Berusahalah dengan cinta dan kasih sayang membuat mereka ridha! Aku tidak suka, sementara aku menikah denganmu, hati ayah ibumu terluka.”syair doa-doa beliau untuk istrinya Ghadeh  “Ya Allah! Aku memohon satu hal dariMu dengan penuh ketulusan;
Jadilah engkau pelindung bagi Ghadeh
dan janganlah Engkau membiarkannya sendiri.
Setelah kematianku, kuingin melihatnya terbang
Ya Allah! Kuingin sepeninggalku Ghadeh tidak berhenti melangkah diatas jalur kebenaran
Kuingin ia memikirkanku bak sekuntum bunga indah yang tumbuh di jalan kehidupan dan kesempurnaan
Kuingin Ghadeh memikirkanku seperti sepotong lilin-lemah-kecil yang menyala dalam keselapan hingga akhir hayatnya,
dan dia beroleh manfaatnya dari cahayanya untuk masa yang singkat
Kuingin dia memikirkanku sebagai angin surgawi yang berembus dari langit,
yang membisikkan di telinganya kata-kata cinta dan pergi menuju kata tanpa batas..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar