Laman

Selasa, 12 April 2011

Sayyid 'Ali Khamanei ( Rahbar ), Hanya Ada Satu Solusi Bagi Palestina Resistensi dan Moqawamah

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyinggung kekalahan besar dan memalukan yang ditanggung rezim zionis Israel di medan politik dan militer dalam perang 33 hari di Lebanon dan pertempuran 22 hari d...i Gaza, seraya menyebut moqawamah dan resistensi sebagai solusi satu-satunya yang dapat menyelamatkan bangsa Palestina. Di hadapan para hadirin yang terdiri atas para pimpinan dan pejabat tinggi parlemen dunia Islam serta para tokoh moqawamah Islam Palestina dan Lebanon, beliau menegaskan bahwa para pemimpin rezim zionis Israel harus diseret ke pengadilan karena kejahatan yang mereka lakukan. “Prakarsa Iran untuk menyelesaikan masalah Palestina adalah dengan menggelar referendum yang diikuti oleh seluruh warga Palestina meliputi warga Muslim, Kristen dan Yahudi termasuk juga para pengungsi Palestina. Melalui mekanisme yang sejalan dengan prinsip demokrasi ini ditentukan sistem kenegaraan sesuai dengan yang dimaukan oleh rakyat Palestina,” jelas beliau.

Rahbar juga menyinggung dukungan penuh Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Barat juga kubu munafikin di Dunia Islam kepada Israel. Kekalahan rezim zionis Israel dalam menghadapi gerakan moqawamah, menurut Rahbar, adalah petunjuk bahwa rezim ini sedang bergerak ke arah kehancuran. Kepada kaum muslimin di seluruh dunia dan hati nurani yang sadar, beliau mengatakan, “Berupayalah, dengan memecah mitos kekebalan hukum para penjahat zionis, kalian dapat menyeret para pemimpin politik dan militer Israel ke meja pengadilan untuk menghukum mereka sesuai dengan keadilan dan prinsip logika. Dengan demikian, jalan untuk melakukan kejahatan bagi orang-orang yang punya dorongan dan gila kejahatan ini akan tertutup.”

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut kejahatan sadis yang dilakukan orang-orang zionis seperti pembantaian di desa Deir Yassin, pembunuhan massal di kamp pengungsi Sabra dan Shatila serta kejahatan historis di Gaza sebagai bukti bahwa tabiat buas dan perangai jahat tetap melekat pada diri para pemimpin rezim ilegal zionis. Beliau menambahkan, “Kenyataan ini ditambah dengan runtuhnya mitos kedigdayaan semu rezim perampas di hadapan arus kebangkitan umat Islam seharusnya bisa menyadarkan akan kesalahan mereka yang selama ini mendukung perdamaian, kepasrahan dan keinginan untuk hidup berdampingan secara damai dengan rezim zionis karena beranggapan bahwa Israel tidak mungkin terkalahkan. “
Beliau menyatakan bahwa upaya keras dan dalam skala luas yang dilakukan rezim zionis dan para pendukungnya selama enam puluh tahun untuk menyelesaikan masalah legalitas Israel tidak membuahkan hasil. Rahbar menandaskan, “Orang-orang zionis merampas negeri Palestina dengan alasan terjadinya peristiwa Holocauts terhadap mereka. Akan tetapi sikap media-media Barat serta zionis dan rezim-rezim pendukung Israel yang tidak bisa menolerir sekedar pertanyaan atau penelitian tentang Holocaust dengan berlalunya waktu kian mengguncang legalitas keberadaan mereka. Pertanyaan tentang faktor berdirinya rezim ini semakin pelik dan opini dunia kian serius menyoal alasan pembentukan rezim ini.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut kondisi Rezim Zionis Israel saat ini lebih kelam dan semakin parah dibanding sebelumnya. Seraya menyebut aksi demo masyarakat dunia dalam mengecam kejahatan zionis di Gaza sebagai demonstrasi spontan dan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelum ini, Rahbar mengatakan, “Moqawamah Islam di Lebanon dan Gaza telah menyentak dan menyadarkan hati nurani dunia. Telah lahir sebuah fenomena baru bernama perlawanan dunia terhadap zionisme yang dalam 60 tahun terakhir tidak seluas dan sebesar ini.”
Beliau menyatakan bahwa solidaritas masyarakat dunia kepada moqawamah Islam adalah pelajaran besar bagi musuh-musuh umat Islam dan pelajaran berharga bagi umat Islam khususnya para pemuda Muslim yang patriotik. “Fakta ini menunjukkan bahwa perjuangan untuk merebut kembali hak yang terampas tidak akan pernah sia-sia dan janji Allah yang Maha Kuat dan Mulia bahwa Dia akan menolong kaum mukmin dan mujahid pasti akan terbukti,” tegas beliau.

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyinggung paralogisme (bias makna) besar bahwa Israel adalah sebuah fakta yang sudah berumur enam puluh tahun, karena itu semua pihak diseru untuk menerima realitas ini. Beliau mengatakan, “Bukankah negara-negara Balkan, Kaukasus dan Asia Barat daya yang selama delapan puluh tahun kehilangan jatidiri dan berada di bawah kekuasaan bekas Uni Soviet kini berhasil memperoleh kembali identitas dirinya? Kalau demikian, mengapa Palestina yang merupakan bagian dari Dunia Islam tidak bisa meraih kembali jatidiri sebagai negeri Islam dan Arab? Dan mengapa pula anak-anak muda Palestina yang tergolong pemuda Arab paling cerdas dan paling resisten tidak dibiarkan membalik fenomena kejam yang ada saat ini?”

Ungkapan yang menyebutkan bahwa ‘solusi satu-satunya untuk menyelamatkan Palestina adalah solusi perundingan’ dinilai Rahbar sebagai paralogisme besar yang lain. Beliau mengatakan, “Apa yang didapatkan oleh mereka yang selama ini menghibur diri dengan permainan dan tipuan itu? Selain masalah pelecehan dan penistaan yang ada di dalamnya, sebenarnya status pemerintahan otonomi yang mereka dapatkan dari orang-orang zionis diperoleh dengan harga yang sangat mahal, yakni pengakuan atas hak orang-orang Zionis sebagai pemilik hampir seluruh wilayah negeri Palestina. Di saat yang sama, rezim zionis tak segan untuk menistakan dan menyerang pemerintahan yang lemah dan ringkih itu cukup dengan alasan yang sepele. Zionis juga menebar fitnah permusuhan di tengah faksi-faksi Palestina untuk mengadu domba di antara mereka.”

Beliau menambahkan, “Hasil yang kecil itupun sebenarnya diperoleh karena adanya jihad dan perlawanan warga Palestina, baik laki-laki maupun perempuan. Jika tidak ada intifadah, kaum zionis tidak akan pernah bersedia memberikan hak pembentukan pemerintahan yang kecil, lemah dan hina sekalipun kepada orang Palestina.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengangkat masalah dukungan penuh dan tanpa syarat yang diberikan AS kepada rezim zionis Israel, seraya menegaskan, “Bahkan Presiden baru AS yang meraih kursi kekuasaan berkat slogan dan janji untuk mengubah kebijakan pemerintahan George W. Bush, kini justeru mengulangi cara dan menempuh jalan yang sama dengan Bush. Ia menyatakan dukungan mutlaknya untuk keamanan Israel. Artinya ia mengumumkan dukungannya kepada terorisme negara dan pembantaian massal rakyat Palestina. Karena itu, dalam kasus Palestina masih tersisakah makna bagi perundingan dengan AS atau Inggris?”

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyoal sikap dan kinerja Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan Dewan Keamanan (DK) selama 60 tahun dalam memandang isu Palestina. Menurut beliau PBB dan DK telah melewati ujian besar ini secara memalukan. “Karena itu, berunding lewat lembaga-lembaga di bawah PBB juga tidak akan pernah membuahkan hasil,” jelas beliau.
Rahbar menyimpulkan bahwa resistensi dan moqawamah di bawah naungan ‘Tauhid Kalimah dan Kalimah Tauhid” (persatuan dan pengesaan Allah) adalah satu-satunya solusi untuk bisa menyelamatkan bangsa Palestina. “Faksi-faksi pejuang dan rakyat Palestina yang mukmin bersama negara-negara dan bangsa-bangsa Muslim sedunia adalah dua tonggak utama bagi moqawamah dan keselamatan bangsa Palestina. Jika hati-hati nurani yang sadar terutama kalangan ulama dan pemimpin agama, serta kaum cendekiawan, tokoh politik dan figur-figur kampus di mana pun juga bergegas mengulurkan bantuan kepada mereka yang tertindas, niscaya kaum arogan akan berhadap-hadapan dengan badai pemikiran, emosi dan tindakan, seperti yang kita saksikan selama berlangsungnya moqawamah patriotik di Gaza. Dengan terurainya jerat pendudukan atas Palestina, isu paling mendesak di Dunia Islam, yakni isu Palestina, akan terselesaikan berkat kekuatan besar umat Islam.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan bahwa para pemimpin politik dan komandan militer rezim Zionis harus diseret ke pengadilan. “Jika setelah terjadinya tragedi pembantaian besar dalam perang 33 hari di Lebanon yang dilakukan zionis, juga pembunuhan orang-orang Afganistan dan Irak oleh tentara pendudukan, umat Islam secara serius menuntut agar para pelaku kejahatan itu diseret ke meja pengadilan, tentu kita tidak akan pernah menyaksikan Karbala lainnya di Gaza.”
Rahbar menyayangkan sikap sejumlah rezim dan politikus dunia yang tak acuh terhadap etika dan kemanusiaan. Berkat kebangkitan Islam, kata Rahbar, umat Islam hari ini memiliki kekuatan yang sangat besar. Dari pengalaman ini umat Islam mengambil pelajaran dan meyakini bahwa kunci untuk mengurai berbagai masalah yang menimpa negara-negara Islam hanya ada pada keuletan dan persatuan komunitas yang besar ini.

Di bagian lain pidatonya, beliau menyinggung ungkapan sebagian orang yang menganggap isu Palestina sebagai masalah dunia Arab. Beliau mengatakan, “Jika maksud dari ungkapan itu adalah untuk memancing emosi masyarakat Arab lebih besar demi membela dan memperjuangkan masalah Palestina, kami justeru patut memberinya ucapan selamat. Akan tetapi jika yang dimaksudkan adalah membatasi hal ini sebagai masalah dunia Arab semata dengan mengabaikan seruan bangsa Palestina yang meminta bantuan, maka ungkapan itu berarti membantu musuh. Tidak ada satu pun orang Muslim atau Arab yang memiliki harga diri dan hati nurani bisa menerima ungkapan seperti itu.”

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa membantu rakyat Palestina sepenuhnya dan mendukung mereka adalah kewajiban fardu kifayah bagi seluruh umat Islam. Beliau mengatakan, “Negara-negara yang menyoal Iran dan sejumlah negara Muslim lainnya karena menolong rakyat Palestina sebaiknya mereka bangkit menolong rakyat Palestina sehingga kewajiban fardu kifayah ini tidak lagi menjadi tanggungan orang lain. Namun jika mereka tidak memiliki kemauan dan keberanian untuk melakukan hal itu, setidaknya mereka bisa mendukung langkah orang yang merasa bertanggung jawab dan berani melakukannya, jangan malah menjadi batu ganjalan.”

Di bagian akhir kata sambutannya, beliau menjelaskan prakarsa Republik Islam Iran untuk menyelesaikan isu Palestina. Rahbar mengungkapkan, “Kami mengusulkan sebuah mekanisme yang sejalan dengan prinsip demokrasi, yaitu menggelar referendum yang diikuti oleh semua orang yang memiliki hak atas negeri Palestina, baik yang beragama Islam, Kristen ataupun Yahudi, termasuk juga para pengungsi Palestina. Lewat referendum mereka dapat menentukan model sistem kenegaraan yang mereka inginkan.”
Beliau lantas menambahkan, “Jika Dunia Barat tidak menerima solusi seperti ini berarti terungkaplah sikap mereka yang tidak komitmen dengan demokrasi. Sebagaimana juga mereka sebelum ini tidak bersedia mengakui pemerintahan Hamas yang dibentuk berkat pilihan rakyat pada pemilu yang digelar di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Hal itu membuktikan bahwa orang-orang Barat hanya mengakui demokrasi yang sejalan dengan kemauan mereka.”

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut program rekonstruksi Gaza sebagai masalah paling mendesak bagi Palestina. Menurut beliau, pemerintahan Hamas harus menjadi poros bagi seluruh program rekonstruksi Gaza, karena pemerintahan ini dibentuk dengan dukungan mutlak rakyat Palestina dan telah menunjukkan patriotisme perjuangannya di Gaza. “Karena itu, saudara-saudara kita di Mesir hendaknya membuka jalan sehingga seluruh negara dan bangsa-bangsa Muslim bisa melaksanakan kewajiban mereka dalam masalah yang penting ini,” seru Rahbar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar