Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 1-2


Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 1-2
Surat kedua di dalam Al-Quran sebuah surat yang terpanjang, yaitu surat Al-Baqarah. Surat ini dinamakan demikian karena dalam Surat ini terdapat cerita tentang baqarah yang berarti sapi betina.Surat ini dimulai dengan huruf-huruf yang memiliki susunan khusus, sehingga menarik perhatian setiap orang.
Ayat ke-1:




الم
Alif laam miim
Biasanya tiap satu kata terdiri dari beberapa huruf, dan memberikan arti tertentu. Akan tetapi Allah swt telah memulai 29 surat dari 114 surat di dalam Kitab-Nya dengan huruf-huruf (ada pula dengan sebuah huruf) di mana setiap huruf dibaca sendiri-sendiri, seperti ayat pertama dari surat Al-Baqarah ini.
Sebagai contoh, kita tidak akan membaca "alam" akan tetapi kita membacanya "alif laam miim". Huruf-huruf semacam ini , yang tak pernah ada sebelumnya di dalam bahasa Arab, di dalam istilah ulama Muslimin disebut "huruf Muqotto'ah", artinya huruf yang terpotong-potong, karena ia dibaca sendiri-sendiri, tak menyambung.
Pada sebagian besar kasus, setelah huruf-huruf ini, datang ayat-ayat yang berbicara tentang mukjizat dan keagungan serta keautentikan Al-Quran. Sebagaimana di dalam surat Asy-Syura, setelah "Haa Miim 'Ain Siin Qoof", ayat selanjutnya mengatakan, "Demikianlah Allah mewahyukan kepadamu dan kepada Nabi-nabi sebelummu. Allah yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana".
Di dalam kitab-kitab tafsir dikatakan bahwa dengan huruf-huruf ini Allah swt ingin mengatakan bahwa Aku (Allah) telah menyusun Kitab yang merupakan mukjizat ini dengan huruf-huruf yang juga ada pada kalian, bukannya dengan huruf-huruf dan kalimat-kalimat serta susunan yang tidak kalian kenal dan tak kalian pahami. Kini, siapa saja yang mengatakan bahwa Al-Quran bukan mukjizat, jika ia berkata benar, hendaklah ia menyusun sebuah kitab yang juga terdiri dari alif ba sebagaimana Al-Quran, yang memiliki kefasihan dan keindahan tak tertandingi, demikian pula dari segi isi dan kandungannya tak ada yang menyamai.
Iya, ini adalah karya seni Allah, yang telah menyusun sebuah kitab dari huruf-huruf alif ba, namun manusia tak mampu bahkan membuat sebuah surat saja yang menyamainya. Sebagaimana pada alam ciptaan ini. Allah menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dari dalam tanah yang mati tak berkehidupan, sementara manusia hanya mampu membangun (benda-benda mati pula) dari tanah, batu dan lumpur.
Sebagaimana dalam surat Asy-Syura, surat ini pun, setelah huruf-huruf "muqotto'ah", maka ayat-ayat berikutnya berbicara tentang sifat-sifat Al-Quran yang menunjukkan kemukjizatannya.
Ayat ke-2:
ذالک الکتاب لا ریب فیه هدا للمتقین
Itulah Kitab yang tak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.

Al-Quran adalah sebuah Kitab yang amat mulia. Al-Quran merupakan warisan dari kaum terdahulu untuk manusia zaman ini. Sebuah Kitab yang mampu menyampaikan ajaran-ajaran yang paling tinggi ke telinga seluruh penduduk dunia.
Meskipun Al-Quran tidak turun dari langit dalam bentuk kitab, namun oleh karena untuk menjaga ayat-ayat ilahi dari segala bentuk perubahan dan penyimpangan , maka Rasulullah saw memerintahkan kepada umatnya yang mengerti baca tulis agar mencatat apa-apa yang telah beliau terima sebagai wahyu dan beliau sampaikan kepada umatnya. Walaupun banyak juga masyarakat yang menghafal dan menyimpannya di dada mereka.
Jika manusia mempelajari kitab ilahi ini dengan teliti dan memahami topik-topik yang terkandung di dalamnya, maka ia pasti akan yakin bahwa kitab ini datang dari sisi Allah. Adapun penjelasan-penjelasan ajaran yang sedemikian hebat, oleh seorang manusia, itu pun pada 14 abad yang lalu, dan hidup di antara kaum yang sama sekali jahil dan bodoh, adalah suatu perkara mustahil.
Sebagaimana telah disebutkan, Al-Quran adalah Kitab pemberi petunjuk dan pembimbing manusia menuju ke kebahagiaan dan kesenangan. Siapapun yang menginginkan kebahagiaan, maka ia tak memiliki jalan lain kecuali kembali kepada Kitab petunjuk yang datang dari Sang Pencipta. Dengan pemanfaatan yang benar dari keberadaannya, maka ia dapat menjauhkan diri dari bahaya-bahaya yang mengancam jiwa raganya.
Dalam ayat 185 Surat Al-Baqarah Allah swt berfirman, "Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya Al-Quran sebagai petunjuk bagi seluruh manusia."
Tentunya jelas sekali bahwa mereka yang benar-benar ingin mengetahui kebenaran dan menerimanya, merupakan orang-orang yang akan dapat mengambil manfaat dari Kitab Langit ini. Sedangkan orang-orang yang keras kepala, fanatik dan hanya memperturutkan hawa nafsunya, yang bukan hanya tidak mencari kebenaran, bahkan ketika mereka menemukannya, mereka berusaha memadamkan cahaya kebenaran tersebut, maka orang-orang seperti ini tak akan pernah memperoleh manfaat dari Al-Quran.
Dengan demikian, sejak langkah pertama, diperlukan adanya ketakwaan fitri yang merupakan syarat untuk seseorang untuk dapat menerima hidayah Al-Quran. Oleh karena itu Al-Quran mengatakan di dalam ayat ini, "Hudallil muttaqin." Al-Quran adalah petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para pengikut Rasulullah saw sangat mementingkan masalah penghafalan dan penulisan Al-Quran. Oleh karena itu, ayat-ayat yang turun mereka tulis sehingga terbentuk sebuah kitab yang kemudian sampai ke tangan kita. Kita pun harus menjaga kesucian dan kehormatan Kitab Ilahi ini.
2. Kandungan Kitab Suci ini sangat kuat dan kokoh, karena ia datang dari Allah yang Maha Bijaksana.
3. Al-Quran adalah kitab pemberi petunjuk kepada seluruh umat manusia. Ia bukan kitab yang berbicara mengenai bidang tertentu. Oleh karena itu, kita tidak akan mencari petunjuk dari Kitab Suci ini yang berkenaan dengan masalah-masalah fisika, kimia, atau matematika.
4. Agar sinar Al-Quran dapat menembus hingga ke lubuk hati dan jiwa kita, maka kita harus mempersiapkan hati dan jiwa kita dengan sebaik-baiknya. Sama halnya cahaya hanya akan menembus kaca yang bersih, bukan yang kotor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar