Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 139-142




Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 139-142
Ayat ke-139:
Artinya:
Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati.
Sangat disayangkan beberapa pengikut agama-agama, yang tidak mengetahui secara sempurna pengetahuan-pengetahuan agama ,mereka menvisualkan, bahwa mereka berada di dekat Allah dan memiliki kedudukan yang istimewa.


 Dan Allah hanya memikirkan mereka dan hanya untuk mereka Allah mengutus para nabi-Nya dan oleh sebab itu mereka tidak mau menerima para nabi lain dan para pengikut mereka. Padahal Allah sama sekali tidak memiliki hubungan kerabat, didekat-Nya adalah Zat Yang Maha Esa. Dan yang menyebabkan jauh atau dekatnya manusia kepada-Nya adalah perbuatan mereka, oleh sebab itu setiap individu bertanggung jawab atas perbuatannya.
Sesungguhnya sebuah perbuatan itu diterima, jika dilaksanakan secara ikhlas untuk Allah, yang mana perbuatan semacam ini, menunjukkan keimanan yang sesungguhnya dan jauh dari setiap kepercayaan syirik yang tercemar.
Ayat ini menunjukkan bahwa egoisme manusia, kadang-kadang sampai pada batas dimana menggangap Allah hanya untuk dirinya dan tidak untuk orang lain, dan Allah hanya memikirkan dirinya dan tidak memikirkan lainya, padahal Allah sama sekali tidak terbatas kepada satu agama pun atau ideologi atau ras dan etnik dan tuhan bagi umat manusia didunia.

Ayat ke-140:
Artinya:
Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah:" Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya? "Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Sebagian pengikut Nabi Musa dan Nabi Isa as, untuk membuktikan kebenaran agama mereka dan menyalahkan agama-agama lain, mereka mengaku bahwa Nabi Ibrahim sekalipun dan para nabi setelahnya juga mengikuti ideologi mereka. Akan tetapi dilihat dari sejarah, Nabi Musa dan Nabi Isa datang setelah para nabi tersebut, maka pengakuan-pengakuan semacam ini, tak lain muncul dari fanatisme yang tidak pada tempatnya dan rasialisme sesat. Mereka tidak mempunyai alasan dan argumentasi lain. Al-Quran menganggap penyimpangan atau penyembunyian kebenaran adalah kezaliman terbesar, karena menyebabkan penyimpangan akidah dan opini generasi-generasi mendatang dan masyarakat di berbagai zaman, serta menyebabkan terhalangnya perkembangan dan kesempurnaan kebudayaan masyarakat manusia.
Ayat ke-141:
Artinya:
Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Ayat ini adalah jawaban terhadap tuduhan-tuduhan kosong yang terdapat pada ayat sebelumnya, berfirman kenapa kalian hanya berfikir sejarah masa lalu kalian sampai zaman Nabi Ibrahim as. Sebuah masyarakat yang hidup harus bersandar kepada perbuatan mereka sendiri, tidak bersandar kepada sejarah masa lalunya. Para nabi dan kaum-kaum terdahulu mereka semua telah tiada dan perbuatan mereka tergantung dengan mereka sendiri, sebagaimana kalian juga bertanggung jawab atas perbuatan kalian sendiri .keutamaan adalah masalah perhitungan yang setiap individu dan kelompok harus mendapatkannya sendiri ,dan tidak masalah warisan yang dapat diwariskan kepada anak
Ayat ke-142:
Artinya:
Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata:" Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya? "Katakanlah:" Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus."
Dalam acara yang lalu kita telah menyinggung bahwa salah satu kritikan-kritikan Yahudi terhadap Muslimin, adalah fenomena perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Mekah. Ayat ini dan beberapa ayat lain setelah ini, memaparkan dengan jelas dan menjawab hal ini. Nabi setelah bi'tsat, yang selama 13 tahun berada di Mekah, mendirikan shalat kearah Baitul Maqdis, karena pertama adalah kiblat para penyembah tuhan dan dihorrmati oleh semua agama. Dan kedua musyrikin telah merubah Ka'bah menjadi rumah berhala dan jika Nabi Saw di Masjidil Haram berdiri menghadap ke Ka'bah seperti menghadap kepada para berhala.
Setelah hijrah ke Madinah, selama beberapa bulan Muslimin masih menghadap ke Baitul Maqdis, sehingga Yahudi menjadikan hal ini sebagai kritikan. Mereka berkata kalian mengikuti kami dan tidak dapat berdiri sendiri, karena kalian tidak memiliki kiblah sendiri. Celaan dan hinaan ini sulit bagi nabi dan Muslimin. Sampai perintah perubahan kiblat di keluarkan oleh Allah dan ketika Nabi Saw mengerjakan shalat Zuhur di masjid, Allah mengutus Jibril as di tengah-tengah shalat supaya merubah Nabi kearah Ka'bah. Oleh sebab itu masjid terkenal ini dinamakan'Dzul Kiblatain, yaitu memiliki dua kiblat.
Tetapi Yahudi tetap memaparkan kritikan ini dan kepada Muslimin berkata, "Jika kiblat sebelumnya benar, apa yang menyebabkan kalian beralih dari kiblat sebelumnya dan jika kiblat ini benar, kenapa selama ini mereka mendirikan shalat kearah Baitul Maqdis."
A-Quran dalam menjawab kritikan ini berfirman, kiblat tidak berarti bahwa Allah memiliki tempat, sehingga menyebabkan kita menghadap ke barat atau ke timur. Tetapi semua; barat dan timur dan semua arah adalah milik-Nya, tidak ada satupun tempat yang mulia bagi-Nya, tetapi dengan perintah-Nya, kita menghormati yang penting adalah kita menerima perintah-Nya, dan kita menjalankan setiap perintah-Nya, baik kearah Ka'bah ataupun Baitul Maqdis. Dan siapa saja yang mendapat hidayah ke jalan ilahi yang lurus yang merupakan menerima perintah-Nya, apapun yang Dia katakan harus diterima tanpa tanya ini dan itu. Tidak hanya menerima segala sesuatu yang sesuai dengan kehendak sendiri dan selain hal tersebut harus dipertanyakan.
Dari ayat-ayat di atas terdapat empat pelajaran yang bisa kita petik, antara lain:
1. Tuhan, adalah Tuhan semua manusia bahkan semua mahluk. Dia tidak terbatas dalam satu agama dan ideologi pun dan tidak seorang pun atau kelompok pun yang mempunyai keutamaan di sisinya. Satu-satunya perbuatan manusia yang menjadi sumber kedekatan atau jauhnya mereka dari-Nya.
2. Penyimpangan kebenaran sebuah agama dan sejarah adalah kedzaliman kebudayaan terhadap keturunan umat manusia yang dalam al-Quran adalah dianggap sebagai kezaliman terbesar.
3. Seharusnya kita memikirkan perbuatan kita sendiri, tidak hanya membanggakan sejarah nenek moyang dan kita menjadi penjual kebanggaan. Kkarena tidak kebaikan mereka mendatangkan pahala bagi kita, dan tidak keburukan mereka menyebabkan kekafiran kita.
4. Kiblat yaitu kita menghadap ke arah yang Allah perintahkan. Tidak berarti Allah berada di arah sana. Ketika kita menghadap ke Baitul Maqdis dan baik sekarang kita menghadap kearah Ka'bah, tidak ada bedanya. Karena keduanya adalah perintah dari Allah, dan tidaklah kehendak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar