Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 143-147



Ayat ke-143:
Artinya:
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.


Pada bagian yang lalu, telah dijelaskan tentang Bani Israel mencemoh penggantian kiblat Muslimin, dan dalam jawabannya, Allah berfirman, bahwa Timur dan Barat adalah milik Allah, siapa saja yang menginginkan petunjuk yang sejati, maka ia harus mengikuti jalan lurus Allah Swt. Bukannya mengira bahwa Allah Swt berada di Timur atau di Barat dan kita hanya mengarah atau menghadap ke sana.
Ayat ini memperkenalkan umat Islam yang ada di tengah-tengah dan terjauhkan dari segala jenis ifrat dan tafrit, yang mana mereka tidak keluar dari garis tengah dan seimbang di segenap lapangan kehidupan, baik material, akidah maupun ekonomi. Islam merupakan contoh yang ideal bagi semua manusia dan masyarakat kemanusiaan.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa bukan semua individu Muslim selamat dari sikap ifrat dan tafrit, banyak sekali dari mereka dalam pemikiran atau perbuatan terjerembab dalam lobang ifrat dan tafrit, lalu apakah maksud ayat ini?
Yang dimaksudkan agama Islam, adalah agama yang komprehensif dan pertengahan, dan hanya orang-orang yang mengkiuti semua perintah-perintahnya, bukannya sebagian darinya saja, yang akan sampai kepada kesempurnaan, dan Allah menjadikan mereka sebagai hujjah dan bukti bagi seluruh ummah dan masyarakat.
Ahli Bait yang merupakan substansi sempurna umat Islam dan manusia-manusia terdepan di dalam mentaati dan mengamalkan perintah-perintah Allah berkata, "Umatan wasatan yang dijadikan oleh Allah Swt sebagai hujjah dan model, tidak lain adalah kami."
Lanjutan ayat tersebut menyinggung poin penting ini bahwa perintah perubahan kiblat tidak berbeda dengan perintah-perintah Allah lainnya, merupakan satu ujian Ilahi yang membedakan barisan orang-orang yang berpasrah diri dengan barisan orang-orang penyembah hawa nafsu. Karena untuk menerima perintah ini, bagi orang-orang yang tidak menerima petunjuk khas Ilahi, adalah perkara yang sulit, dan mereka membuat berbagai alasan untuk mengenepikan perintah ini.

Ayat ke-144:
Artinya:
Sesungguhnya Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Menyusul cemohan dan sindiran orang-orang Yahudi, bahwa orang-orang Muslimin tidak memiliki kiblat secara mandiri, rasul menanti perintah perubahan kiblat, dan di pertengahan waktu shalat Zuhur, perintah ini turun ke atas Nabi dan dengan berputarnya tubuh rasul dari Baitul Maqdis ke Mekkah, orang-orang Muslim yang shalat di belakang beliau memutarkan tubuh mereka ke arah Ka'bah.
Yang menarik di sini, dalam kitab-kitab samawi terdahulu, disebutkan bahwa salah satu dari tanda Rasul Islam, adalah beliau shalat menghadap dua kiblat. Oleh karena inilah, ayat ini memperingatkan ahlul kitab, bahwa kalian yang mengetahui perintah ini adalah benar, lalu kenapa kalian keberatan terhadap perintah ini?
Ayat ke-145:
Artinya:
Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.
Ayat ini membesarkan atau menghibur hati Rasul, sekiranya ahlul kitab tidak mau menerima kiblatmu, maka janganlah engkau bersedih karenanya, karena fanatisme telah menghalangi mereka untuk menerima kebenaran, oleh karenal itulah, segala argementasi yang engkau bawakan tidak akan dieterima oleh mereka.
Namun penolakan mereka tidak semestinya menyebabkan kamu lemah dan berputus-asa sehubungan dengan kiblat yang baru, melainkan dengan tegas kamu harus umumkan bahwa kami tidak akan menyerah diri kepada hiruk-pikuk ini, dan tidak akan ada perubahan dalam sikap kami.
Berangkat pada masalah bahwa setiap orang adalah sama di depan undang-undang dan peraturan, Allah Swt memberi peringatan kepada Rasul Saw, bahwa sekiranya untuk menarik simpati mereka lalu engkau mengikuti mereka, maka engkau telah melakukan kedzaliman yang besar di dalam hak umatmu.

Ayat ke 146-147:
 
Artinya:
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
Tanda-tanda dan sifat-sifat Rasul Saw telah disebutkan di dalam Taurat dan Injil, oleh karena itu ahli Kitab mengenali Nabi Saw, namun fantisme dan kekerasan hati telah menyebabkan sebagian dari mereka menyembunyikan hakekat dan kebenaran ini.
Walaupun sebagian dari ahli Kitab ketika melihat sendiri sifat-sifat nabi Saw, seketika itu juga mereka beriman, karena ciri-ciri khas jasmani sebagaimana yang telah dilukiskan dalam kitab-kitab terdahulu yang dengan terminologi dan ungkapan al-Quran, mereka mengetahui Nabi sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.
Ayat terakhir ini menekankan sebuah poin bahwa hanya yang diturunkan dari Allah-lah yang benar dan walaupun mayoritas manusia membelangkangi dan menolak perintah tersebut, tidak seharunya menyebabkan keraguan dan kegundahan dalam kebenaran wahyu Ilahi.
Dari ayat-ayat di atas terdapat empat pelajaran yang bisa kita petik, antara lain:
1. Kiblat juga berarti lambang kemerdekaan dan juga petanda kepasrahan. Kemerdekaan dari setiap agama dan etnis yang hendak menguasai Muslimin dan pasrah kepada Allah dengan menjalankan segala yang diperintahkannya tanpa syarat.
2. Islam adalah agama yang komprehensif dan pertengahan, dan jika Muslimin berjalan di atas jalan yang lurus, maka mereka dapat menjadi model bagi umat-umat lainnya.
3. Fanatisme dan keras kepala membelakangi segala jenis pemikiran dan argumentasi serta perspektif yang benar, oleh karena itulah agama memerangi aragonisme.
4. Jika tidak ada semangat mencari kebenaran, maka ilmu tidaklah cukup, karena hawa nafsu manusia adakalanya menyembunyikan ilmu dan menyelewengkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar