Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 18-20



Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 18-20
Ayat ke-18:
صم بکم عمی فهم لا یرجعون
Mereka tuli (dari ajaran-ajaran yang haq) dan bisu (untuk menyatakan kebenaran) serta buta (untuk melihat hakekat). Maka mereka tidak pernah melepas kekufuran dan tidak akan kembali ke arah kebenaran
Meskipun munafik, sama seperti orang-orang lain memiliki mata, telinga dan lidah, tetapi matanya tidak bersedia melihat dan memahami hakikat. Telinganya juga tak ia persiapkan untuk mendengarkan ajaran-ajaran yang hak, dan lidahnya tak pernah mau mengikrarkan kebenaran risalah Nabi saw.


 Oleh karena itu, di tempat lain, Al-Quran menyerupakan mereka dengan binatang yang memang tidak memiliki panca indera yang merupakan alat untuk memperoleh pengetahuan yang luas itu.
Selain ayat ini, di dalam ayat-ayat lain. Al-Quran juga menggunakan kalimat-kalimat, laa yasy'uruun, laa ya'lamuun, laa yubshiruun, ya'mahuun dan sebagainya untuk orang-orang munafik. Kekafiran batin seorang munafik sedemikian kuat menutupi mata, telinga serta mengelukan lidahnya dan memalingkannya dari hakikat-hakikat, sehingga sama halnya orang kafir, ia sudah tak mampu lagi membedakan mana yang haq dan mana yang batil.
Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa dengan hilangnya cahaya iman, kegelapan kufur telah sedemikian rupa menyelubunginya sehingga ia tidak lagi mampu melihat sesuatu. Sedangkan ayat ini mengatakan, bukan hanya tidak mampu melihat kebenaran, bahkan kemampuan mendengar dan mengucapkan kebenaran juga sudah hilang dari mereka. Akibat gerak mereka di dalam kedelapan, maka mereka tidak memperoleh apa-apa selain kejatuhan dan kebinasaan. Sebuah jalan yang tidak lagi memiliki jalan kembali.
Ayat ke-19:
او کصیب من السماء فیه ظلمات و رعد و برق یجعلون اصابعهم فی آذانهم من الصواعق حذر الموت و الله محیط بالکفرین
Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit di sertai gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari tangan mereka ketika mendengar petir karena takut mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir
Pada ayat ke-17 surat Al-Baqarah ini, Allah menyerupakan munafik dengan orang yang berada di sebut tempat gelap dan kehilangan cahaya penerang, lalu mengalami kebingungan dan tak mempunyai jalan untuk kembali. Sedangkan ayat ini berkata, orang munafik bagaikan orang yang berada di lumpur akibat hujan lebat, di tengah gelap gulita malam yang disertai dengan kilat yang menyambar-nyambar dan guntur yang menggelegar, membuatnya ketakutan setengah mati. Namun ia tidak memiliki tempat berlindung untuk menyelamatkan diri dari hujan, tidak pula memiliki cahaya untuk menghadapi kegelapan, tidak juga ia memiliki jiwa dan mental yang kuat untuk menghadapi petir yang mengguntur memekakkan gendang telinga.
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Munafikin tenggelam dalam berbagai kesulitan dan senantiasa merasakan kecemasan. Di dunia ini pun mereka sudah merasakan ketakutan dan keragu-raguan yang selalu mengikuti mereka.
2. Ketakutan akan mati, selalu menghantui orang-orang munafik. Hal itu menyebabkan mereka tidak memiliki ketenangan jiwa.
3. Allah swt menguasai orang-orang munafik dan membongkar rahasia-rahasia serta konspirasi-konspirasi mereka.
4. Kemunafikan akan berakhir pada kekafiran.
5. Hujan lebat, gelegar petir dan cahaya kilat, adalah hal yang sangat menakutkan orang-orang munafik. Al-Quran adalah sumber rahmat Ilahi yang turun untuk umat manusia. Tetapi bagi munafikin ia adalah lonceng bahaya dan sumber kehinaan.
Ayat ke-20:
یکاد البرق یخطف ابصارهم کلما اضاء لهم مشوا فیه واذا اظلم علیهم قاموا و لو شاء الله لذهب بسمعهم و ابصارهم ان الله علی کل شیء قدیر
Hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali sinaran itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu
Kilat dan petir di langit adalah tanda turunnya hujan, kebahagiaan, hijaunya bumi dan kesejahteraan penghuninya. Tetapi ini bukan untuk semua orang, melainkan hanya untuk mereka yang punya kesiapan untuk memanfaatkan bekal dan rahmat Ilahi ini, lalu bagaimanakah dengan seorang musafir yang tertinggal sendirian dalam perjalanan di dunia ini?
Cahaya redup api yang dinyalakan oleh orang-orang munafik serta sinar halilintar di langit yang menakjubkan, kedua-duanya tidak akan menerangi dan membimbing mereka dalam menempuh perjalanan hidup. Sebab yang pertama tidak akan lestari dan abadi. Sedangkan yang kedua hanya merupakan pembawa berita gembira yang bagi mereka hanya akan mendatangkan bencana. Halilintar di langit yang menakjubkan itu ialah wahyu Ilahi. Wahyu tidak sanggup disaksikan oleh orang-orang munafik dan mereka sengaja tidak mau berusaha memperoleh berkahnya dari Nabi.
Sekalipun mereka menyatakan ingin memanfaatkan cahaya ini, tetapi kilat ini melenyapkan penglihatan mereka dan menghapus jalan bagi mereka. Al-Quran mempermalukan mereka sedemikian rupa sehingga mereka terpaksa tak sanggup melanjutkan perjalanan bersama orang-orang mukmin. Mereka tidak punya jalan untuk maju, tidak pula jalan untuk kembali. Semua ini, tentunya merupakan akibat dari kemunafikan mereka kepada Allah dan orang-orang mukmin. Dan seandainya Allah menghendaki hukuman yang sebenarnya terhadap mereka, niscaya Dia tidak hanya menghentikan perjalanan mereka, tetapi juga akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang munafik tidak punya kesanggupan untuk melihat cahaya Ilahi. Ibarat kilau petir di angkasa, sinarnya menyilaukan mata mereka.
2. Orang munafik tidak memiliki cahaya di dalam dirinya, karena itu untuk bergerak dia harus memanfaatkan bias cahaya orang-orang mukmin.
3. Sekalipun orang munafik adakalanya menjejakkan kakinya ke depan, dia tetap tidak akan bisa maju dan terhenti dari gerakan.
4. Orang munafik sewaktu-waktu bisa mendapat murka Allah karena perbuatan-perbuatan yang ia lakukan.
5. Orang munafik tidak akan bisa menipu Allah, dan Allah akan memberikannya balasan dan hukuman. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar