Laman

Jumat, 29 April 2011

Hadis Bukhari Tentang Surat Ath-Tahrim



Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan sebuah peristiwa secara rahasia kepada salah seorang istrinya (yakni Hafsah) dan dia (Hafsah) kemudian membeberkan pembicaraan itu (kepada A’isyah) dan Allah memberitahukan hal itu kepadanya (Muhammad),lalu dia (Muhammad) memberitahukan sebagian dan merahasiakan sebagian. Tatkala dia (Muhammad) memberitahukan yang sebagian itu (pembicarann antara Hafsalt dan A’isyah), maka dia (Hafsah) bertanya,”Siapakah yang telah memberitahukan hal itu kepadamu?” Nabi menjawab, “Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal telah memberitahukannya kepadaku.” (QS. at-Tahrim : 3)



Jika kalian berdua (yakni Hafsah dan A’isyah) bertobat kepada Allah, maka hati kalian memang telah condong (untuk mematuhi perintah Rasul), dan jika kalian berdua bantu membantu dalam menentang Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah perlindungannya dan begitu pula Jibril dan orang – orang yang saleh di antara kaum mukmin dan selain itu malaikat juga adalah penolongnya.. (QS. al-Tahrim : 4)


Jika dia menceraikan kalian, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kalian, yang patuh, beriman, taat, yang bertaubat, yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (QS. at-Tahrim : 5)




Pada jilid 6 kitab Shahh Bukhari edisi Arab-Inggris, di bab yang berjudul Boleh jadi, jika dia menceeraikan kalian, Tuhannya akan ...” (at-Tahrim : 5), dapat ditemukan hadis-hadis sebagai berikut: Diriwayatkan dari Umar bin Khattab, “Istri-istri Nabi karena kecemburuan mereka, saling membantu untuk melawan Nabi, sehingga aku berkata kepada mereka, ‘Boleh jadi, jika dia menceraikan kalian, Allah akan memberinya istri-istri pengganti yang lebih baik dari kalian!’ Maka demikianlah ayat ini (QS. 66:5) diturunkan.” (Shahih Bukhari, hadis 6.438, jilid 6 hadis ke 438)


Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Saya bermaksud bertanya kepada Umar, maka saya katakan, ‘Siapakah dua orang perempuan yang mencoba saling membantu dalam menentang Rasululllah?’ Saya hampir tidak melanjutkan perkataan saya ketika dia berkata, ‘Mereka adalah Aisyah dan Hafsah.”‘ (Shahih Bukhari, hadis 6.436)


Jika Allah Ta’ala sampai mengancam kedua istri Nabi itu dengan perceraian, disebabkan mereka saling membantu dalam menentang Nabi, lalu bagaimana bisa kita menyatakan bahwa mereka adalah suci dan bebas dosa (maksum)?




Hadits-Hadits lainnya mencatat bahwa Rasulullah SAWW meninggalkan istri-Istrinya selama sebulan ....


Umar kemudian menceritakan sebuah hadis dan berkata, ‘...Aku berteriak kepada istriku dan dia menjawabnya dengan pedas, dan aku tidak suka kalau dia membantahku. Dia berkata kepadaku, “Mengapa engkau begitu terkejut dengan bantahanku? Demi Allah, istri-istri Nabi membantah beliau dan beberapa di antara mereka meninggalkan beliau (tidak berbicara dengan beliau) selama seharian penuh hingga malam tiba.”‘


Pembicaraan itu demikian menakutkanku, dan aku berkata kepadanya, `Siapapun yang melakukan hal itu akan binasa!’ Kemudian aku melangkah setelah merapikan pakaian, dan masuk ke (rumah) Hafsah dan berkata kepadanya, ‘Adakah di antara kalian yang membuat Nabi marah hingga malam?’ Dia menjawab, ‘Ya, ada.’ Aku lalu berkata, ‘Kalian orang yang binasa! Tidakkah kalian takut bahwa Allah akan marah karena marahnya Rasulullah dan karena itu kalian akan binasa? Maka janganlah meminta yang lebih banyak dari Nabi dan jangan membantah beliau dan jangan memutuskan pembicaraan dengan beliau! Mintalah kepadaku apapun yang kamu butuhkan dan jangan berusaha meniru tetanggamu (yaitu Aisyah) dalam kelakuannya, karena dia lebih menarik daripada kamu dan lebih dicintai oleh Nabi!’


Kemudian Umar menambahkan, ‘Suatu saat, ketika aku sedang berpikir tentang suatu masalah, istriku berkata, “Aku sarankan agar engkau melakukan ini dan itu.” Aku bertanya kepadanya, “Apa yang telah kau dapatkan untuk mengerjakan hal itu? Mengapa engkau menonjok hidungmu dalam suatu masalah yang aku ingin melihatnya selesai?” Dia kemudian berkata, “Betapa anehnya engkau ini, hai Ibnu Khattab! Engkau tidak ingin berdebat dengan cara (yang digunakan) putrimu mendebat Rasulullah begitu hebat sehingga beliau menjadi marah selama sehari penuh!”‘


Umar kemudian melaporkan bahwa dia seketika mengenakan pakaian luarnya dan pergi ke tempat Hafsah dan berkata kepadanya, ‘Wahai putriku! Apakah engkau mendebat Rasulullah sehingga beliau menjadi marah selama sehari penuh?’ Hafsah berkata, ‘Demi Allah, kami berdebat dengan beliau.’ Umar berkata, ‘Aku peringatkan engkau akan hukuman Allah dan kemarahan Rasulullah Wahai putriku! Janganlah engkau tertipu oleh orang yang membanggakan kecantikannya karena cinta Rasulullah kepadanya (yakni Aisyah).’


Umar menambahkan, ‘(Suatu hari) Temanku orang Anshar dengan tak disangka-sangka mengetuk pintuku dan berkata, “Buka! Buka!’ Aku bertanya, “Apakah Raja Ghassan telah datang?” Dia berkata, “Tidak, tetapi sesuatu yang lebih buruk. Rasulullah telah mengasingkan diri beliau dari istri-istri beliau.” Aku berkata, “Biarlah hidung Aisyah dan Hafsah tertempel pada debu (yaitu binasa)!”“‘ (Shahih Bukhari, hadis 6.435).


Dalam hadis di atas, Hafsah bersumpah demi Allah bahwa dia berbantahan dengan Rasulullah SAW dan membuat beliau menjauhinya selama sehari penuh! Seperti inikah bukti kesucian dan kesalehan? Menurut Quran Surah al-Ahzab 33, kesucian yang sempurna dan keterjagaan penuh dari dosa adalah ciri khas Ahlulbait. Ayat-ayat Quran di atas dan hadis-­hadis dalam Shahih Bukhari tersebut memberikan bukti bahwa beberapa istri Nabi tidaklah suci dan saleh, sebab kalau tidak tentu Allah tidak akan mengancam mereka dalam Quran dengan penceraian..


Inilah alasan utama pengambilan hadis Zaid bin Arqam dalam Shahih Muslim, dalam mana dia bersumpah demi Allah bahwa istri–istri Nabi tidak termasuk ke dalam Ahlulbait sebab mereka dapat diancam dengan penceraian dan dapat digantikan oleh perempuan-perempuan lain yang lebih baik dari mereka (QS. at-Tahrim : 5).




Hadis yang mengherankan lainnya dalam Shahih Bukhari adalah sebagai berikut:


Diriwayatkan oleh Abdullah, “Nabi berdiri dan berkhutbah, dan menunjuk ke rumah Aisyah, dan berkata, ‘Di sinilah fifiah (akan muncul), ‘(diucapkan tiga kali), ..dan dari sinilah salah satu sisi kepala setan akan muncul.”‘ (Shahih Bukhari, hadis 4.336).


Jadi tidak mungkin para Istri ini menjadi bagian dari Ahlul bait yang disucikan Allah sesuci-sucinya.

2 komentar:

  1. Kisah tu cuma sebagai panduan umat saja....jika berlaku masalah seumpama itu atau seakan-akan, maka kiaskanlah..

    Yang pasti mereka/isteri-isteri Nabi saw memang suci dan akan masuk syurga Allah.

    BalasHapus
  2. makasi akhi syed telah mampir ke blog ana ini, dan ana selalu akan sering minta masukan dari antum. tapi ana mau bertanya tentang " kiaskanlah ", apa yg yg antum maksudkan dengan kiaskanlah? masalah mereka masuk surga itu juga kita tidak ada wewenang dalam memutuskan itu semua, karna itu haq Allah swt. ok, sebelum antum jawab, kita disini bukan dalam rangka menjelekkan atau mendiskriditkan siapapun, kita disini membahas riwayat yg ada, dan secara pribadi ana mau ajak antum sharing tentang masalah ini atau mgkn hal yg lain. dan ana jg minta dalam diskusi kita, jgn ada kata2 kotor dan saling mencaci maki antara kita. kalau anda dapatkan org2 syiah mencaci maki dan mengeluarkan bahasa2 kotor dalam diskusi, jgn jadikan itu tolok ukur mazhab. salam damai

    BalasHapus